56 Namun, berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan pihak perusahaan
bahwa di bulan Juni 2012 masih saja terdapat baglog yang rusak akibat serbuk kayu yang kasar sehingga baglog tersebut tidak dapat lagi digunakan. Hal ini
mungkin terjadi karena tenaga kerja yang melakukan packing baglog adalah tenaga kerja yang pengupahannya berdasarkan jumlah baglog yang telah di-
packing, dimana upah yang diterima oleh tenaga kerja packing baglog adalah Rp 40,00 per baglog. Sistem pengupahan ini membuat tenaga kerja cenderung ingin
cepat-cepat melakukan packing, sehingga tidak cermat untuk melihat kayu-kayu utuh yang ikut di-packing. Tenaga kerja yang memindahkan baglog yang sudah
di-packing ke dalam mesin steamer juga tidak memperhatikan baglog yang bocor tersebut sehingga media tanamnya terkena uap dan baglog tersebut tidak dapat
lagi digunakan. Jika baglog yang bocor akibat serbuk kayu kasar dapat dilihat sebelum masuk ke mesin steamer, maka baglog yang bocor tersebut masih dapat
di-packing kembali sehingga tidak terjadi kerugian.
6.1.2. Sumber Risiko pada Proses Percampuran Bahan Baku
Setelah proses persiapan bahan baku dilakukan, maka proses selanjutnya adalah pencampuran bahan baku. Namun, sebelum mencampur semua bahan
baku, terlebih dahulu dilakukan pengomposan. Pengomposan dilakukan dengan cara menimbun campuran serbuk kayu dan kapur dengan kurun waktu selama tiga
hari. Hal ini dilakukan untuk menurunkan pH serbuk kayu sehingga tingkat keasaman atau pH berada dalam kisaran enam sampai tujuh. Setelah tiga hari,
kompos tersebut sudah dapat dicampur dengan dedak, jagung halus, pupuk Urea, Pupuk TSP, dan air. Pencampuran bahan tersebut harus merata, karena hal itu
akan berdampak langsung pada pertumbuhan jamur. Namun, pada usaha Rimba Jaya Mushroom masih saja terjadi pencampuran bahan baku yang tidak merata
sehingga hal ini ini dapat menjadi sumber risiko dalam produksi jamur tiram putih yang dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan.
Setelah pengomposan dilakukan, kompos tersebut sudah dapat dicampur dengan dedak, jagung halus, dan air. Pencampuran bahan tersebut harus merata,
karena hal itu akan berdampak langsung pada pertumbuhan jamur. Setelah merata maka bahan tersebut diberi larutan pupuk Urea dan TSP, kemudian dicampur
kembali dengan air secukupnya agar serbuk kayu lebih lunak dan bahannya
57 menjadi lembab. Pencampuran semua bahan tersebut harus merata agar nutrisinya
juga merata sehingga baik bagi pertumbuhan jamur dan tidak terjadi gumpalan- gumpalan. Pada Rimba Jaya Mushroom, sebagian bahan tidak tercampur dengan
merata. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan miselium dan hasil panen jamur tiram putih nantinya.
Serbuk kayu adalah sebagai media tanam bagi jamur tiram putih, dedak sebagai sumber makanan tambahan atau nutrisi bagi pertumbuhan jamur, jagung
halus juga sebagai sumber nutrisi bagi pertumbuhan jamur, pupuk Urea sebagai penyubur jamur tiram putih, pupuk TSP sebagai pembentuk buah bagi jamur tiram
putih, dan air sebagai pemicu pertumbuhan jamur tiram putih. Jika semua bahan baku tersebut tidak tercampur secara merata, maka sebagian media tanam tidak
akan mendapatkan sumber nutrisi dan kadar air yang cukup. Hal ini akan menyebabkan lambatnya proses pertumbuhan miselium, dan jika miselium sudah
berhasil tumbuh, maka pertumbuhan buah jamurnya juga akan lambat dan hasil jamurnya menjadi tidak tebal. Hal ini dapat mengurangi bobot jamur tiram putih
per baglog sehingga akan dapat menurunkan hasil produksi pada Rimba Jaya Mushroom. Cara yang paling mudah untuk melihat baglog yang mengandung
campuran bahan baku yang tidak merata adalah pada saat baglog berada di ruang pertumbuhan. Hasil jamurnya lebih kecil dari normalnya dan tidak tebal.
Perbedaanya sangat terlihat dengan hasil jamur yang bahan bakunya tercampur dengan merata.
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan yang dilakukan pada usaha Rimba Jaya Mushroom, bahwa setiap hari pada bulan Juni 2012 terjadi kerugian
akibat risiko yang disebabkan pencampuran bahan baku yang tidak merata. Jika baglog mengandung campuran bahan baku yang tidak merata, baglog tersebut
bukan berarti tidak dapat lagi berproduksi. Baglog tersebut tetap dapat berproduksi, namun bobot jamur dari baglog tersebut berkurang. Jumlah baglog
yang mengandung campuran bahan baku yang tidak merata lebih mudah diidentifikasi atau dilihat ketika melakukan panen pertama dari baglog tersebut,
dimana hasil dari jamurnya akan lebih kecil dari normalnya dan tidak tebal. Jumlah baglog yang diisi ke kumbung pertumbuhan dan jumlah baglog yang
mengandung campuran bahan baku yang tidak merata serta nilai kerugian yang
58 ditimbulkannya selama bulan Juni 2012 pada usaha Rimba Jaya Mushroom dapat
dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Jumlah Baglog yang Diisi ke Kumbung Pertumbuhan dan Jumlah
Baglog yang Mengandung Campuran Bahan Baku yang tidak Merata serta Nilai Kerugian yang Ditimbulkannya Selama Bulan Juni 2012
pada Usaha Rimba Jaya Mushroom
Tanggal Jumlah Baglog yang
Diisi ke Kumbung Pertumbuhan Unit
Jumlah Baglog yang Mengandung Campuran
Bahan Baku tidak Merata Unit
Nilai Kerugian yang Ditimbulkan Rp
1 523
23 36.340,00
2 523
31 48.980,00
3 523
19 30.020,00
4 523
15 23.700,00
5 523
27 42.660,00
6 523
31 48.980,00
7 523
16 25.280,00
8 523
18 28.440,00
9 523
25 39.500,00
10 523
19 30.020,00
11 523
33 52.140,00
12 523
24 37.920,00
13 523
31 48.980,00
14 523
29 45.820,00
15 523
28 44.240,00
16 523
32 50.560,00
17 523
24 37.920,00
18 523
20 31.600,00
19 523
22 34.760,00
20 523
32 50.560,00
21 523
16 25.280,00
22 523
25 39.500,00
23 523
26 41.080,00
24 523
26 41.080,00
25 523
24 37.920,00
26 523
23 36.340,00
27 523
29 45.820,00
28 523
31 48.980,00
29 523
28 44.240,00
30 523
33 52.140,00
Total 15.690
760 1.200.800,00
Keterangan: Harga jual jamur tiram putih
Pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa jumlah baglog yang mengandung campuran bahan baku yang tidak merata selama bulan Juni 2012 adalah sebanyak
760 baglog dan jumlah kerugian yang diakibatkan adalah sebesar Rp 1.200.800,00. Kerugian per baglog dihitung dengan asumsi bahwa satu baglog
menghasilkan jamur tiram putih sebanyak 0,4 kg hasil produksi normal Rimba
59 Jaya Mushroom dan ketika terjadi risiko pencampuran bahan baku yang tidak
merata, maka diasumsikan bobot jamur berkurang menjadi 0,2 kg per baglog. Jadi, untuk menghitung hasil produksi yang berkurang akibat risiko perncampuran
bahan baku yang tidak merata yang menyebabkan berkurangnya bobot jamur per baglog adalah dengan mengalikan jumlah baglog yang mengandung campuran
bahan baku yang tidak merata tersebut dengan 0,2 kg. Kemudian hasil perkalian dari hasil produksi yang berkurang tersebut dengan harga jual rata-rata Rp
7.900,00 selama bulan Juni 2012 merupakan jumlah kerugian yang diakibatkan per hari.
Berdasarkan Tabel 10 juga dapat dibandingkan jumlah baglog yang mengandung campuran bahan baku tidak merata dengan jumlah baglog yang diisi
ke kumbung pertumbuhan setiap harinya, sehingga selama bulan Juni 2012 total baglog yang mengandung campuran bahan baku tidak merata adalah sebanyak
760 baglog dari 15.690 baglog. Dalam hal ini, diasumsikan bahwa jumlah baglog yang diisi ke kumbung pertumbuhan setiap harinya adalah tetap, yaitu sebanyak
523 baglog per hari. Asumsi ini berlaku karena pada Rimba Jaya Mushroom, jumlah baglog yang diisi ke kumbung pertumbuhan tidak menentu jumlahnya
setiap hari. Baglog yang diisi ke kumbung pertumbuhan adalah baglog sisa pengiriman atau penjualan.
Kerugian yang terjadi akibat dari risiko yang disebabkan pencampuran bahan baku yang tidak merata akan berpengaruh pada penerimaan ataupun
pendapatan perusahaan. Hal ini akan menurunkan hasil produksi jamur tiram putih pada Rimba Jaya Mushroom. Untuk itu, dibutuhkan upaya untuk
mengantisipasi kerugian akibat risiko yang disebabkan pencampuran bahan baku yang tidak merata. Upaya yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengantisipasi
terjadinya kerugian akibat dari pencampuran bahan baku yang tidak merata adalah membagi dua pencampuran bahan baku di dua tempat dengan maksud semua
bahan baku dapat dicampur secara merata. Namun, berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan pihak perusahaan bahwa di bulan Juni 2012 masih saja
terjadi pencampuran bahan baku yang tidak merata sehingga terjadi kerugian karena bobot jamur tiram akan berkurang. Hal ini terjadi karena pencampuran
bahan baku di Rimba Jaya Mushroom masih manual menggunakan sekop dan
60 semua bahan baku untuk pembuatan sekitar 7.500 baglog dicampur hanya dengan
dua kali pengadukan, sehingga hal ini yang membuat semua bahan baku tidak dapat tercampur dengan sempurna.
6.1.3. Sumber Risiko pada Proses Packing Baglog