39
5.4. Aspek Permodalan
Sumber keuangan yang digunakan Rimba Jaya Mushroom berasal dari pemilik usaha yaitu Bapak H. Achmad tanpa pinjaman dari bank maupun pihak
lain. Seiring dengan perkembangan kebutuhan dan pembangunan produksi yang semakin meningkat maka kebutuhan modal budidaya jamur tiram ini juga
semakin meningkat. Pihak pengelola Rimba Jaya Mushroom berusaha untuk tidak melakukan pinjaman ke pihak luar tetapi dengan sumber pembiayaan yang
berasal dari keuntungan perusahaan diinvestasikan kembali ke dalam untuk membeli peralatan dan bahan baku yang dibutuhkan dalam usaha budidaya jamur
tiram. Hal ini merupakan suatu kekuatan perusahaan, karena perusahaan sampai saat ini tidak memiliki masalah terhadap permodalan.
Kegiatan pencatatan pembukuan baik pengeluaran maupun pemasukan perusahaan didata secara rutin setiap hari sehingga data keuangan perusahaan
dapat tercatat dengan baik. Tenaga kerja bagian keuangan juga berkompetensi di bidang keuangan, teliti dan harus secara rutin melakukan report laporan tentang
kegiatan dan kondisi keuangan kepada pemilik perusahaan. Transaksi pembayaran untuk kegiatan penjualan dan pembelian bahan baku dilakukan secara tunai.
5.5. Unit Bisnis
Rimba Jaya Mushroom merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pertanian, khususnya dalam budidaya tanaman jamur tiram putih segar, baglog
bibit produksi F2, dan bibit jamur tiram putih bibit induk F1. Beberapa aspek yang akan diuraikan dalam deskripsi unit bisnis ini diantaranya adalah pengadaan
bahan baku atau input, teknis dan teknologi produksi, serta pemasaran jamur tiram putih di Rimba Jaya Mushroom.
5.5.1. Pengadaan Bahan Baku
Kegiatan budidaya jamur tiram putih ini akan berkesinambungan apabila pengadaan bahan baku dapat terpenuhi. Kegiatan produksi akan menghasilkan
produk yang berkualitas apabila didukung oleh pengadaan bahan baku yang sesuai dan juga berkualitas. Rimba Jaya Mushroom menyediakan keseluruhan bahan
baku yang menunjang kegiatan produksi sebelum kegiatan produksi dilakukan.
40 Bahan baku yang dibutuhkan untuk usaha budidaya jamur tiram putih dapat
diperoleh dari daerah-daerah di Bogor, Bandung, Jakarta, Padang, dan Palembang. 1.
Bibit Perusahaan Rimba Jaya Mushroom membuat bibit sendiri yang biasa
disebut bibit master. Bibit master dibuat oleh Bapak Dadang di bagian produksi dan pembuatan bibit master ini dilakukan dalam laboraturium. Bibit master yaitu
pembiakan tahap pertama dari induk jamur ke media agar menghasilkan kultur muni. Kultur murni inilah yang digunakan untuk menghasilkan biakan tahap
kedua F1 dan ketiga F2. Produksi bibit di perusahaan dapat memperkecil pengeluaran dan menambah pendapatan perusahaan.
2. Bahan Baku
a. Serbuk Kayu
Serbuk kayu merupakan bahan dasar dalam budidaya jamur tiram putih karena serbuk kayu menjadi tempat tumbuh jamur yang dapat mengurai dan
memanfaatkan komponen kayu sebagai sumber nutriennya. Ketersediaan serbuk kayu yang baik sangat menunjang terhadap cepatnya proses inkubasi. Kandungan
yang terdapat dalam serbuk kayu sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan jamur, kandungan yang terdapat antara lain: karbohidrat, lignin, dan serat. Serbuk kayu
yang baik adalah serbuk yang tidak banyak mengandung getah, bersih, dan kering tidak busuk. Serbuk kayu yang banyak mengandung getah akan menghambat
terhadap proses pertumbuhan miselium. Sedangkan serbuk kayu yang basah atau busuk akan memicu tumbuhnya jamur-jamur liar yang tentunya akan mengganggu
bahkan mengagalkan pertumbuhan miselia dan memicu terjadinya kontaminasi yang nantinya akan menimbulkan berbagai macam penyakit. Jenis kayu yang
paling baik untuk dijadikan media adalah kayu albasia, karena jenis kayu ini tidak keras, tekstur yang dimiliki cukup lembut dan kayu ini tidak banyak mengandung
getah. Untuk menjaga kontinuitas serbuk kayu, Rimba Jaya Mushroom memiliki
pemasok tetap yaitu dari pabrik penggergajian kayu yang terdapat di daerah Leuwiliang, Cibadak, dan Sukabumi. Sampai saat ini perusahaan selalu
mendapatkan serbuk kayu dari para pemasoknya. Serbuk kayu tersebut langsung
41 diambil oleh supir perusahaan ke Leuwiliang, Cibadak, dan Sukabumi. Serbuk
kayu diperoleh dengan harga Rp 3.000,00 per karung. b.
Dedak Dedak juga merupakan bahan baku yang sangat penting dalam proses
budidaya jamur tiram putih karena dedak merupakan bagian untuk pertumbuhan dan perkembangan miselium yang secara tid
ak langsung juga menjadi “pemicu” pertumbuhan jamur. Dedak yang digunakan harus dedak yang masih baru dan
tidak berbau ataupun busuk. Dedak yang baik adalah dedak bekatul, yaitu dedak yang lebih halus dan banyak mengandung menirnya. Rimba Jaya Mushroom
memperoleh dedak dari seorang pemasok tetap yaitu Bapak John yang didatangkan langsung dari Banten, Padang, dan Palembang. Pemasok dedak
langsung mengantarkan dedak ke tempat perusahaan. Dedak diperoleh dengan harga Rp 1.800,00-2.000,00 per kg. Perusahaan tidak mengalami kesulitan dalam
pemenuhan kebutuhan dedak karena sudah bekerjasama dengan pemasok tetap yang sekaligus menjadi pemasok jagung halus.
c. Jagung Halus
Kegunaan jagung halus agar miselium lebih kuat dan jamur yang dihasilkan lebih kenyal. Rimba Jaya Mushroom memperoleh jagung halus dari
pemasok yang sama dengan pemasok dedak, yaitu Bapak John yang didatangkan langsung dari Banten, Padang, dan Palembang. Jagung halus diperoleh dengan
harga Rp 3.500,00 per kg. Perusahaan juga tidak mengalami kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan jagung halus dan pihak pemasok yang langsung
mendatangkan jagung halus ke tempat perusahaan. d.
Kapur Kapur yang dimaksud disini adalah kapur yang telah mati gamping atau
sering disebut juga kapur pertanian, yang apabila diberi air tidak lagi memuai atau panas. Kegunaan kapur untuk proses budidaya jamur tiram putih yaitu untuk
mengatur pH substrat tanam agar mendekati netral atau basa sebagai sumber kalsium dan sumber mineral pada substrat tanammedia tanam. Kebutuhan kapur
pada Rimba Jaya Mushroom diperoleh dari seorang pemasok tetap, yaitu Bapak H. Saefudin yang didatangkan langsung dari Bandung. Kapur diperoleh dengan
harga Rp 4.000,00 per kg. Sama halnya dengan pemenuhan kebutuhan dedak dan
42 jagung halus, perusahaan juga tidak mengalami kesulitan dalam pemenuhan
kebutuhan kapur karena sudah bekerjasama dengan pemasok tetap dan pihak pemasok yang langsung mendatangkan kapur ke tempat perusahaan.
e. Air
Ketersediaan air sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan miselium dan buah jamur karena jamur tiram putih memerlukan substrat tanam dengan
kandungan air yang cukup banyak. Air juga digunakan dalam proses pencampuran antara serbuk kayu, dedak, jagung halus, kapur, pupuk urea, dan
TSP. Rimba Jaya Mushroom tidak mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan air ataupun mengeluarkan biaya karena lokasi perusahaan berada dekat
sungai sebagai sumber airnya. Pompa air sanyo adalah alat yang digunakan Rimba Jaya Mushroom untuk memompa air dari sungai untuk memenuhi
kebutuhan air dalam proses produksi. Sebelum air tersebut digunakan, terlebih dahulu air digenangkan di sebuah bak agar kotoran air mengendap di bawah.
f. Pupuk Urea dan TSP
Pupuk urea dan TSP digunakan dalam proses produksi baglog siap budidaya bibit produksi F2. Pupuk Urea dan TSP digunakaan pada saat proses
pencampuran antara serbuk kayu, dedak, jagung halus, kapur, dan air. Terlebih dahulu pupuk Urea dan TSP dilarutkan ke dalam air sebelum dicampurkan dengan
bahan baku lainnya. Selain bahan baku yang telah disebutkan di atas, ada beberapa bahan baku
lainnya yang dibutuhkan untuk proses kegiatan produksi yang diperoleh dari pasar di daerah Jakarta seperti kantong plastik, kapas, alkohol, spirtus, tali rapia dan
karet. Kantong plastik digunakan untuk tempat media tanam baglog siap budidaya yang berukuran 20 x 35 cm. Kantong plastik yang digunakan tidak terlalu tebal
karena ketebalan plastik mempengaruhi pertumbuhan miselium. Plastik yang digunakan tidak mudah pecah dan mempunyai ketahanan terhadap panas 100
C. 5.5.2.
Teknis Produksi Jamur Tiram Putih
Kegiatan produksi jamur tiram putih pada Usaha Rimba Jaya Mushroom dapat berjalan dengan baik karena berbagai faktor yang mendukung, antara lain
karena input yang dibutuhkan mudah diperoleh serta sarana transportasi yang memadai. Dalam kegiatan usahanya, Usaha Rimba Jaya Mushroom memiliki alur
43 proses produksi yang teratur. Alur proses produksi budidaya jamur tiram putih
pada Usaha Rimba Jaya Mushroom dapat dilihat pada Lampiran 4. 1.
Persiapan Bahan Baku Persiapan bahan baku merupakan tahap awal dalam proses produksi jamur
tiram putih. Bahan baku yang digunakan yaitu serbuk kayu, kapur, dedak, air, pupuk Urea, dan TSP. Adapun takaranukuran serbuk kayu, dedak, kapur, jagung
halus, pupuk Urea, dan TSP yang dibutuhkan untuk pembuatan sekitar 8.000 baglog adalah sebagai berikut sekali pengadukan:
- Serbuk gergaji : 672 karung 1 karung = 15 kg
- Dedak : 1200 kg
- Jagung Halus : 96 kg
- Kapur : 32 karung 1 karung = 10 kg
- Pupuk Urea : 5 kg
- Pupuk TSP : 4 kg
- Air : 360 ember 1 ember= 5 kg
2. Pembuatan SubstratMedia Tanam
a. Pencampuranpengadukan bahan Sebelum mencampur semua bahan baku, terlebih dahulu dilakukan
pengomposan. Pengomposan dilakukan dengan cara menimbun campuran serbuk gergaji dan kapur, dengan kurun waktu selama tiga hari.
Pengomposan dilakukan 3 kali dalam satu minggu, yaitu pada hari Senin, Rabu, dan Jumat. Proses pengomposan yang baik ditandai dengan tingkat
keasaman atau pH enam sampai tujuh. Setelah tiga hari, kompos tersebut sudah dapat dicampur dengan dedak, jagung halus, dan air. Bahan baku
tersebut ditebar pada tempat yang disediakan lalu bahan tersebut dicampur secara manual dengan menggunakan sekop. Pupuk Urea dan TSP
dilarutkan ke dalam air secukupnya. Pencampuran bahan tersebut harus merata, karena hal itu akan berdampak langsung pada pertumbuhan jamur.
Setelah rata maka bahan tersebut diberi larutan pupuk Urea dan TSP, kemudian air secukupnya agar serbuk kayu lebih lunak dan bahannya
menjadi lembab sehingga mudah dilarutkan. Pemberian air dilakukan dengan cara menyiramkan air ke seluruh bagian bahan sampai bahan
44 tersebut agak basah dan bisa dikepal. Pada proses pengomposan dan
pencampuranpengadukan bahan baku dilakukan oleh lima orang tenaga kerja
harian pria.
Upah untuk
sekali pengomposan
dan pencampuranpengadukan bahan baku adalah Rp 60.000,00 untuk lima
orang tenaga kerja. b.
Pemasukan media ke dalam baglog packing baglog Pembuatan baglog dilakukan dengan cara manual yaitu media tanam
dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu dipadatkan. Serok digunakan untuk memasukkan media ke dalam kantong plastik , dan kantong plastik
itu sendiri digunakan untuk pembungkus media tanam. Kantong plastik yang digunakan yaitu plastik yang tidak mudah rusak dan tahan panas
polypropylene berukuran 20 x 35 cm. Setelah media dipadatkan, ujung plastik disatukan dan diikat dengan menggunakan talia rapia pada bagian
leher plastik. Setelah selesai baglog tersebut lalu disusun ke dalam keranjang dan siap untuk disterilisasi. Setiap baglog adalah berukuran
kurang lebih 1,7 kg. Pengisian media ke dalam plastik biasa dilakukan secara manual oleh 27 orang tenaga kerja upahan yang semuanya adalah
wanita dan berasal dari daerah di sekitar perusahaan. Tenaga kerja wanita digunakan dalam proses packing baglog adalah karena pada umumnya
wanita lebih teliti dalam melakukan packing baglog. Upah tenaga kerja pada proses packing baglog adalah berdasarkan jumlah baglog yang telah
di-packing, yaitu Rp 40,00 per baglog. c.
Sterilisasi Proses sterilisasi dilakukan agar media tanam baglog menjadi matang
sehingga mudah diuraikan dan untuk menghilangkan mikroorganisme yang mengganggu pertumbuhan jamur. Baglog disterilisasi menggunakan
mesin steamer. Rimba Jaya Mushroom memiliki 5 mesin steamer dan setiap satu mesin steamer menggunakan 4 kompor dan tabung gas
berukuran 12 kg. Sterilisasi dilakukan pada suhu 80-100 C selama 12 jam.
Setelah selesai disterilisasi maka baglog tersebut didinginkan di ruang inokulasi selama satu hari sebelum pengisian bibit F1 karena baglog yang
panas tidak boleh langsung diisi bibit F1 karena akan dapat menyebabkan
45 bibit mati. Proses pengisian dan pengeluran baglog dari mesin steamer
bongkar pasang steamer dilakukan oleh 4 orang tenaga kerja pria dengan upah Rp.18,00 per baglog.
3. Inokulasi Pengisian Bibit
Proses inokulasi merupakan proses pengisian bibit ke dalam substratmedia tanam. Alat dan bahan yang digunakan untuk proses inokulasi
yaitu bibit F1 siap pakai, spatula, karet, kapas, dan lakban. Agar inokulasi dapat berjalan dengan baik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat
melakukan kegiatan ini yaitu, antara lain : 1
Kebersihan meliputi kebersihan alat, tempat dan sumberdaya manusia atau pelaksananya. Pada Rimba Jaya Mushroom ada satu orang tenaga
kerja yang bertugas khusus untuk membersihkan keempat ruangan inokulasi.
2 Kualitas bibit merupakan kunci keberhasilan dalam budidaya jamur
tiram putih. Pada proses ini bibit yang digunakan berasal dari bibit yang dihasilkan sendiri oleh Rimba Jaya Mushroom.
3 Teknik inokulasi dilakukan dengan cara pengisian bibit ke dalam
media tanam. Media yang telah diisi bibit selanjutnya ditutup dengan menggunakan kapas yang sebelumnya telah disterilisasi lalu diikat
dengan menggunakan karet. Penutupan media tanam dengan kapas dimaksudkan untuk pertumbuhan miselium jamur terjadi dengan baik,
karena miselium jamur tumbuh dengan baik pada kondisi tidak terlalu banyak oksigen. Apabila penutupan dilakukan dengan rapat sekali,
maka pertumbuhan miselium akan terhambat dan akan berakibat kurang baik dalam pembentukan tubuh buahnya. Inokulasi dilakukan
di empat ruangan yang tertutup. Sebelum melakukan pengisian bibit, terlebih dahulu spatula dan tangan dari tenaga kerja diberi alkohol agar
mikroorganisme lain tidak masuk ke dalam baglog pada saat pengisian bibit dilakukan. Pengisian ini harus dilakukan dengan teliti dan cepat.
Setiap pengisisan bibit dalam satu baglog telah dilakukan, maka botol bibit F1 dan baglog yang telah diisi bibit segera ditutup kembali agar
mikroorganisme lain tidak sempat masuk ke dalam baglog yang telah
46 diisi bibit. Proses inokulasi dilakukan oleh 20 tenaga kerja pria dan
wanita dengan upah yang diterima yaitu Rp 45,00 per baglog. 4.
Inkubasi Baglog yang telah diiisi bibit pada ruang inokulasi kemudian disusun pada
rak-rak yang ada pada ruang inkubasi. Tahap inkubasi adalah tahap pertumbuhan miselium jamur. Inkubasi dilakukan dengan cara menyimpan media yang telah
diisi dengan bibit pada kondisi tertentu agar miselia jamur tumbuh. Media tersebut ditata di atas rak yang terdapat dalam kumbung. Suhu yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan miselia adalah antara 22-28 C dengan kelembapan 60-80
persen. Inkubasi dilakukan hingga seluruh media berwarna putih merata. Waktu yang dibutuhkan untuk tahap inkubasi adalah selama kurang lebih 40 hari. Jika
seluruh permukaan media baglog sudah berwarna putih merata, maka baglog sudah siap untuk pertumbuhan jamur growing. Kebersihan kumbung inkubasi
dan tenaga kerja di bagian inkubasi juga menentukan keberhasilan panen jamur. Proses ini harus dijaga kesterilannya untuk mencegah kontaminasi yang akan
berpengaruh terhadap pertumbuhan miselium. Pada Rimba Jaya Mushroom ada tenaga kerja harian yang khusus untuk membersihkan ruang inkubasi.
5. Pemeliharaan
Proses pemeliharaan yaitu suatu perlakuan yang bertujuan untuk menjaga dan menciptakan kondisi lingkungan yang baik bagi pertumbuhan jamur. Adapun
kegiatan dalam pemeliharaan jamur tiram putih adalah: a.
Pertumbuhan Growing Media tanam yang sudah putih oleh miselium setelah 40 hari sudah siap
untuk pertumbuhan jamur. Penanaman dilakukan dengan cara membuka karet penutup plastik media tanam yang sudah penuh dengan miselium.
Pembukaan karet penutup plastik media tanam dilakukan agar media tanam memperoleh oksigen yang cukup untuk pertumbuhan jamur agar
jamur tumbuh dengan normal. Setelah tiga hari, maka ujung plastik dipotong menggunakan pisau dan setelah dua sampai tiga hari dilakukan
pemotongan ujung plastik, biasanya jamur kecil pinhead sudah mulai tumbuh. Selanjutnya, pinhead tersebut dibiarkan tumbuh menjadi jamur
yang siap untuk dipanen. Jamur yang siap panen jangan dibiarkan terlalu
47 lama, karena bentuk jamur akan menjadi kurang baik. Perawatan yang
dilakukan pada proses ini dengan cara mengatur suhu kumbung yaitu pada suhu 16-22
C dan mempertahankan kelembaban media tanam yaitu pada kelembaban 70-80 persen. Pengukuran suhu dapat dilakukan dengan
menggunakan termometer ruangan, sedangkan pengukuran kelembaban dengan menggunakan higrometer. Kedua alat tersebut dapat dipasang pada
kumbung budidaya. Namun, pada kumbung budidaya Rimba Jaya mushroom kedua alat tersebut tidak digunakan. Perawatan yang dilakukan
perusahaan untuk mempertahankan suhu dan kelembaban hanya dengan penyemprotan air.
b. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama yang sering merusak substrat tanam jamur dan merugikan di antaranya adalah rayap, lalat, kumbang Cyllodes Bifacies, cacing, tikus,
dan celurut. Hama tersebut menyerang tubuh buah jamur dan juga media tanamnya, akibatnya terjadi kontaminasi dan kerusakan baglog. Umumnya
pembudidaya jamur menggunakan insektisida untuk membasmi hama serangga, tetapi ini sangat membahayakan pertumbuhan kuncup-kuncup
jamur karena beberapa insektisida juga dapat bersifat sebagai fungisida atau senyawa pencegahpembasmi jamur. Pada Rimba Jaya Mushroom
pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan cara menyemprotkan obat pembasmi hama dan penyakit, yaitu Agrimax bersamaan dengan
proses penyiraman jamur. Pengendalian hama dan penyakit juga dilakukan dengan tetap menjaga kebersihan kumbung, lingkungan sekitar kumbung,
serta kebersihan alat-alat yang digunakan selama proses produksi. 6.
Panen Panen dilakukan setelah pertumbuhan jamur mencapai tingkat yang
optimal, yaitu cukup besar dan berwarna putih bersih. Panen dilakukan setiap hari selama tiga sampai empat bulan masa produktif maksimal baglog dengan melihat
diameter jamur, yaitu rata-rata antara 5-10 cm. Panen dilakukan setiap hari di pagi hari dan secara manual dengan pemetikan jamur langsung dari media tanamnya
baglog. Pemanenan perlu dilakukan dengan mencabut keseluruhan rumpun hingga akar-akarnya untuk menghindari adanya akar atau batang yang tertinggal.
48 Bagian jamur yang tertinggal dapat membusuk, sehingga dapat mengakibatkan
kerusakan media serta dapat merusak pertumbuhan jamur yang lain. Pada Rimba Jaya Mushroom pemanenan dilakukan pagi hari sekitar pukul 07.00 WIB, hal ini
dilakukan agar kondisi jamur tetap segar. 7.
Penanganan Pasca Panen Jamur tiram putih merupakan komoditas hasil pertanian yang akan cepat
layu atau membusuk jika tidak dengan perlakuan yang benar. Penanganan pasca panen harus segera dilakukan agar tidak mendatangkan kerugian. Setelah jamur
tiram putih yang dipanen dikumpulkan dalam keranjang, kemudian disortir dengan cara memotong bagian ujung akarnya, kemudian dikemas dalam plastik
bening bersih. Pada Rimba Jaya Mushroom jamur tersebut dikemas dalam plastik ukuran 3 kg dan 5 kg. Cara pengemasannya yaitu tudung jamur bagian atas
dihadapkan ke arah luar plastik dan disusun melingkar pada sisi plastik bagian dalam, setelah itu jamur ditimbang dan plastik diiikat dengan menggunakan tali
rapia. Untuk menghindari keluhan dari pelanggan atas kurangnya kiloan jamur akibat beda timbangan yang dipakai biasanya penimbangan dilebihkan sekitar 0,2
kg tiap kemasannya. Perusahaan ini menjual jamur segar yang langsung dipasarkan ke pasar di daerah Jakarta, Tanggerang, Bekasi, dan Bogor.
5.5.3. Pemasaran