85 Kerugian yang terjadi akibat dari baglog dan hasil jamur yang rusak
karena serangan hama akan berpengaruh pada penerimaan ataupun pendapatan perusahaan. Hal ini akan menurunkan hasil produksi jamur tiram putih pada
Rimba Jaya Mushroom. Untuk itu, dibutuhkan upaya untuk mengantisipasi kerugian akibat risiko serangan hama. Upaya yang dilakukan oleh perusahaan
untuk mengantisipasi terjadinya kerugian akibat serangan hama pada kumbung pertumbuhan adalah membersihkan kumbung dan lingkungan kumbung tersebut.
Selain itu, dilakukan penyemprotan obat pembasmi hama dan penyakit, yaitu Agrimax bersamaan dengan proses penyiraman jamur. Penyemprotan obat
pembasmi hama dan penyakit tidak dilakukan setiap hari. Penyemprotan ini dilakukan jika banyak hama kumbang Cyllodes Bifacies yang menyerang hasil
jamur di kumbung pertumbuhan.
6.2. Hasil Penilaian Tingkat Sumber-Sumber Risiko Produksi Jamur
Tiram Putih di Rimba Jaya Mushroom Sumber-sumber risiko yang telah diidentifikasi menggunakan analisis
kualitatif dapat diukur tingkatannya berdasarkan nilai kerugian yang ditimbulkan oleh masing-masing sumber risiko. Hal ini dilakukan untuk melihat sumber risiko
produksi yang paling besar sampai yang paling kecil pada usaha jamur tiram putih di Rimba Jaya Mushroom. Setelah mengidentifikasi sumber-sumber risiko
produksi jamur tiram putih mulai dari tahap persiapan bahan baku sampai tahap pertumbuhan di Rimba Jaya Mushroom, maka ada beberapa sumber risiko yang
dapat mengurangi hasil produksi jamur tiram putih di Rimba Jaya Mushroom. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan selama bulan Juni 2012 di usaha
Rimba Jaya Mushroom, beberapa sumber risiko tersebut terjadi setiap kali melakukan produksi. Namun, nilai kerugian yang ditimbulkan oleh beberapa
sumber risiko tersebut berbeda-beda karena sumber risikonya juga berbeda dan jumlah baglog yang terserang masing-masing risiko tersebut juga berbeda.
Pada bahasan sebelumnya telah diuraikan jumlah baglog dan hasil jamurnya yang rusak akibat dari masing-masing sumber risiko yang telah
diidentifikasi serta nilai kerugian yang ditimbulkannya selama bulan Juni 2012 pada usaha Rimba Jaya Mushroom. Oleh karena itu, sumber risiko terbesar
86 sampai terkecil pada usaha jamur tiram putih Rimba Jaya Mushroom dapat dilihat
berdasarkan nilai kerugian yang diakibatkan dari masing-masing sumber risiko. Pada beberapa sumber risiko produksi yang telah diidentifikasi, akan diurutkan
risiko mana yang menimbulkan nilai kerugian yang paling besar sampai dengan yang paling kecil dengan cara memberi angka 1 sampai angka 9. Angka 1 akan
diberi pada sumber risiko yang paling besar nilai kerugiannya dan angka 2 diberi pada sumber risiko yang nilai kerugiannya di bawah angka 1, demikian seterusnya
sampai pada nilai kerugian yang paling kecil, yaitu angka 9. Tingkat sumber- sumber risiko produksi jamur tiram putih pada usaha Rimba Jaya Mushroom
dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Tingkat Sumber-Sumber Risiko Produksi Jamur Tiram Putih pada
Usaha Rimba Jaya Mushroom Berdasarkan Data pada Bulan Juni 2012
Penyebab Sumber
Risiko Produksi
Jumlah Total
Baglog Unit
Frekuensi Kejadian
Unit Nilai
Kerugian Rp
Tingkat Risiko
1 Tahap Persiapan Bahan Baku - Serbuk kayu kasar
191.721 1.686
0,88 2.697.600
2 2 Tahap Pencampuran Bahan Baku
- Pencampuran bahan
baku tidak merata 15.690
760 4,84
1.200.800 4
3 Tahap Packing Baglog -
Baglog kurang padat 187.497
162 0,08
255.960 9
- Pengikatan plastik
media tanam longgar 191.721
217 0,11
347.200 8
4 Tahap Sterilisasi -
Kematangan baglog tidak sempurna
187.497 1.849
0,99 2.921.420
1 5 Tahap Inokulasi
- Peralatan, tempat,
dan tenaga kerja tidak higienis
187.497 921
0,49 1.473.600
3 6 Tahap Inkubasi
- Kesalahan
penyusunan baglog ke rak-rak
kumbung 187.497
596 0,32
941.680 5
- Serangan hama
187.497 328
0,17 518.240
6 7 Tahap Pertumbuhan growing
- Serangan hama
15.690 321
2, 05 507.180
7 Total
6.840 9,93
10.863.680
87 Pada Tabel 18 dapat dilihat tingkatan risiko berdasarkan besar kecilnya
nilai kerugian dari masing-masing sumber risiko produksi jamur tiram putih di Rimba Jaya Mushroom. Pada Tabel tersebut juga dapat dilihat frekuensi kejadian
dari masing-masing sumber risiko yang dapat dibandingkan dengan jumlah total baglognya. Jumlah total baglog pada beberapa sumber risiko adalah berbeda. Hal
ini terjadi karena setiap tahapan proses produksi jamur tiram putih juga berbeda. Jumlah total baglog yang dipakai sebagai perbandingan dengan frekuensi kejadian
pada risiko serbuk kayu kasar dan risiko pengikatan plastik media tanam longgar adalah jumlah total baglog yang di-packing selama bulan Juni 2012. Jumlah total
baglog yang dipakai sebagai perbandingan dengan frekuensi kejadian pada risiko pencampuran bahan baku tidak merata dan risiko hama di kumbung pertumbuhan
adalah jumlah total baglog yang diisi ke kumbung pertumbuhan. Jumlah total baglog yang dipakai sebagai perbandingan dengan frekuensi kejadian pada risiko
baglog kurang padat, kematangan baglog tidak sempurna, peralatan, tempat, dan tenaga kerja tidak higienis, kesalahan penyusunan baglog ke rak-rak kumbung
inkubasi, dan serangan hama di kumbung inkubasi adalah jumlah total baglog yang diisi ke kumbung inkubasi 40 hari yang lalu.
Dari informasi tingkatan risiko pada Tabel 18 dapat diketahui urutan dari risiko, mulai dari yang paling besar sampai yang paling kecil pada usaha jamur
tiram putih di Rimba Jaya Mushroom. Risiko yang disebabkan kematangan baglog tidak sempurna pada tahap sterilisasi merupakan risiko yang paling besar,
diikuti dengan risiko yang disebabkan serbuk kayu kasar pada tahap persiapan bahan baku, risiko yang disebabkan peralatan, tempat, dan tenaga kerja tidak
higienis, demikian seterusnya sampai risiko yang paling kecil, yaitu risiko yang disebabkan baglog kurang padat pada tahap packing baglog.
Pada Rimba Jaya Mushroom semua baglog ± 7.500 baglog disterilisasi di empat mesin steamer dengan kapasitas ± 2.000 baglog untuk setiap mesin
steamer. Semua baglog yang disusun ke mesin steamer seharusnya tidak boleh melebihi kapasitas mesin steamer, karena hal ini akan berpengaruh terhadap
tingkat kematangan baglog. Dalam hal ini tenaga kerja yang mengangkut dan menyusun semua baglog ke mesin steamer tidak menghitung berapa baglog yang
telah disusun ke mesin steamer, sehingga tidak dapat diketahui apakah semua
88 baglog yang telah diisi ke dalam mesin steamer sesuai dengan kapasitas mesin
steamer. Semua baglog disusun rapi dan merapat. Namun, semua baglog yang disterilisasi menggunakan mesin steamer tersebut tidak semuanya mendapatkan
panas yang sempurna. Beberapa baglog mendapatkan panas yang tidak merata sehingga tingkat kematangannya tidak sempurna.
Kematangan baglog yang tidak sempurna terjadi karena api kompor gas yang tidak merata. Sterilisasi dilakukan selama 12 jam dan tidak dapat dipastikan
apakah kondisi apinya selama 12 jam dalam kondisi baik. Penanggung jawab sterilisasi mengontrol mesin steamer setiap 2 jam sekali dan jika terjadi kondisi
api yang tidak merata ataupun yang padam tidak dapat diketahui secara cepat dan hal ini dapat menyebabkan kematangan baglog menjadi tidak sempurna. Selain
itu, kematangan baglog yang tidak sempurna juga terjadi karena kesalahan dalam penyusunan baglog di mesin steamer. Susunan baglog yang terlalu rapat juga akan
mempengaruhi tingkat kematangan dari baglog tersebut. Ketika susunan baglog terlalu rapat, maka uap dari hasil pengukusan tidak menyebar rata sehingga
beberapa baglog khususnya yang tersusun rapat tidak mendapat uap secara sempurna. Mesin steamer juga terdiri dari dua tingkat. Semua baglog disusun di
kedua tingkat mesin steamer tersebut. Susunan baglog yang rapat tersebut membuat semakin kecilnya celah uap pengukusan untuk menyebar, khususnya
pada baglog yang diletakkan paling atas. Risiko yang disebabkan kematangan baglog tidak sempurna terjadi setiap kali produksi dilakukan dan nilai kerugian
dari risiko tersebut adalah sebesar Rp 2.921.420,00 selama bulan Juni 2012.
Berdasarkan tingkatan sumber risiko produksi jamur tiram putih pada Rimba Jaya Mushroom, dapat dilihat sumber risiko yang menimbulkan nilai
kerugian yang besar bagi usaha, sehingga pihak perusahaan boleh lebih fokus untuk menangani risiko tersebut. Risiko yang disebabkan kematangan baglog
tidak sempurna merupakan sumber risiko yang memberi nilai kerugian yang paling besar bagi usaha Rimba Jaya Mushroom. Dalam hal ini perusahaan dapat
lebih fokus untuk mengantisipasi risiko tersebut agar nilai kerugian yang diakibatkan dapat berkurang.
89
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Beberapa sumber risiko produksi yang terjadi pada setiap tahapan proses produksi jamur tiram putih di Rimba Jaya Mushroom mulai dari tahap persiapan
bahan baku sampai tahap pertumbuhan adalah bahan baku serbuk kayu yang kasar, pencampuran bahan baku tidak merata, baglog kurang padat, pengikatan
plastik media tanam longgar, kematangan baglog tidak sempurna, peralatan, tempat, dan tenaga kerja tidak higienis, kesalahan penyusunan baglog ke rak-rak
kumbung inkubasi, dan serangan hama di kumbung inkubasi dan kumbung pertumbuhan. Perusahaan juga melakukan upaya untuk mengantisipasi masing-
masing sumber risiko tersebut. Berdasarkan jumlah baglog yang rusak dan nilai kerugian yang
ditimbulkan oleh masing-masing sumber risiko yang telah diidentifikasi, maka risiko yang paling besar adalah risiko yang disebabkan kematangan baglog yang
tidak sempurna pada tahap sterilisasi. Risiko ini terjadi setiap kali produksi dilakukan dan nilai kerugiannya lebih besar dari sumber risiko lainnya.
7.2. Saran
Hampir di setiap proses produksi jamur tiram putih ada kegagalan yang terjadi. Manajer di setiap bagian produksi semestinya melakukan pencatatan
setiap baglog yang rusak. Melakukan pencatatan setiap baglog yang rusak juga dapat digunakan sebagai bentuk pengawasan.
Risiko yang disebabkan kematangan baglog tidak sempurna pada tahap sterilisasi merupakan sumber risiko yang paling besar bagi usaha Rimba Jaya
Mushroom. Oleh karena itu, pengawasan yang dilakukan oleh perusahaan pada bagian produksi tersebut menjadi prioritas.