Sumber Risiko pada Proses Persiapan Bahan Baku

53 jamur tiram putih menimbulkan kerugian bagi pihak usaha dan menjadi risiko yang harus ditanggung. Sumber risiko produksi jamur tiram putih dapat berasal dari lingkungan produksi, bahan baku yang digunakan, peralatan yang digunakan, dan tenaga kerja yang digunakan untuk melakukan proses produksi jamur tiram putih. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah sumber-sumber risiko yang terjadi pada setiap tahapan proses produksi mulai dari tahap persiapan bahan baku sampai pada tahap pertumbuhan.

6.1.1. Sumber Risiko pada Proses Persiapan Bahan Baku

Sebelum melakukan proses produksi jamur tiram putih, terlebih dahulu semua bahan baku yang digunakan dalam pembuatan media tanamnya dipersiapkan seperti bibit, serbuk kayu, dedak, jagung halus, kapur, air, pupuk urea dan TSP. Rimba Jaya Mushroom memiliki kualitas tertentu tentang beberapa bahan baku tersebut, namun ketika melakukan persiapan bahan baku, ada bahan baku yang kualitasnya tidak sesuai dengan permintaan perusahaan seperti serbuk kayu yang kasar. Serbuk kayu yang kasar akan menjadi sumber risiko dalam memproduksi jamur tiram putih. Ketersediaan serbuk kayu yang baik sangat menunjang terhadap cepatnya proses inkubasi. Serbuk kayu yang diperoleh Rimba Jaya Mushroom tidak diayak terlebih dahulu sehingga serbuk kayu kasar. Perusahaan juga tidak melakukan proses pengayakan. Perusahaan langsung menggunakan serbuk kayu yang telah dipasok tanpa diayak terlebih dahulu sehingga masih terdapat kayu-kayu yang utuh. Kayu-kayu yang utuh tersebut memang masih dapat dibuang oleh tenaga kerja sebelum melakukan packing. Namun, masih saja di beberapa baglog masih terdapat kayu-kayu yang utuh. Kayu-kayu yang utuh tersebut dapat menusuk plastik media tanam setelah melakukan proses packing baglog sehingga plastik media tanamnya bocor dan tenaga kerja tidak memperhatikannya. Jika plastik media tanam telah bocor, maka pada saat proses sterilisasai di mesin steamer media tanamnya akan terkena uap sehingga akan dapat menghambat pertumbuhan miselium karena bibit tidak dapat bertumbuh pada media tanam yang sudah terkena uap. Baglog yang telah terkena uap akan berubah warna menjadi coklat tua dan baglog tersebut akan menjadi lebih berat dari normalnya. Jika media 54 tanamnya sudah terkena uap karena plastiknya bocor, maka baglog tersebut tidak dapat lagi digunakan. Jumlah baglog yang di-packing dan jumlah baglog yang rusak akibat risiko yang disebabkan serbuk kayu kasar serta nilai kerugian yang ditimbulkannya selama bulan Juni 2012 pada usaha Rimba Jaya Mushroom dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Jumlah Baglog yang Di-packing dan Jumlah Baglog yang Rusak Akibat Risiko yang Disebabkan Serbuk Kayu Kasar serta Nilai Kerugian yang Ditimbulkannya Selama Bulan Juni 2012 pada Usaha Rimba Jaya Mushroom Tanggal Jumlah Baglog yang Di- packing Unit Jumlah Baglog yang Rusak Akibat Serbuk Kayu Kasar Unit Nilai Kerugian yang Ditimbulkan Rp 1 7.582 60 96.000,00 2 7.424 92 147.200,00 3 - 65 104.000,00 4 7.557 - - 5 7.411 63 100.800,00 6 6.878 68 108.800,00 7 7.316 72 115.200,00 8 7.475 87 139.200,00 9 7.470 62 99.200,00 10 - 43 68.800,00 11 7.176 - - 12 7.299 64 102.400,00 13 7.535 71 113.600,00 14 7.472 59 94.400,00 15 7.455 68 108.800,00 16 7.376 62 99.200,00 17 - 70 112.000,00 18 7.341 - - 19 7.363 62 99.200,00 20 7.360 52 83.200,00 21 7.360 46 73.600,00 22 7.339 65 104.000,00 23 7.313 76 121.600,00 24 - 74 118.400,00 25 7.222 - - 26 7.354 43 68.800,00 27 7.257 52 83.200,00 28 7.485 49 78.400,00 29 7.437 78 124.800,00 30 7.464 83 132.800,00 Total 191.721 1.686 2.697.600,00 Keterangan: Harga baglog siap jual Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan yang dilakukan pada usaha Rimba Jaya Mushroom, bahwa setiap kali produksi senin-sabtu pada bulan Juni 55 2012 terjadi kerugian akibat risiko yang disebabkan serbuk kayu kasar. Jumlah baglog yang rusak akibat serbuk kayu kasar dan yang tidak dapat digunakan lagi dapat dilihat pada saat semua baglog telah berada di ruang inokulasi. Baglog yang sudah rusak dan terkena uap akan berubah warna menjadi coklat tua dan baglog tersebut akan menjadi lebih berat dari normalnya. Plastik media tanam juga akan terlihat rusak akibat kayu-kayu utuh yang menusuk plastik media tanam tersebut. Hal ini sangat mudah diidentifikasi atau dilihat sehingga sebelum melakukan proses inokulasi, maka tenaga kerja akan memisahkan semua baglog yang telah rusak akibat serbuk kayu yang kasar. Dari semua baglog yang telah dipisahkan karena rusak tersebut, maka dapat dihitung berapa jumlah baglog yang rusak akibat serbuk kayu yang kasar setiap hari. Jumlah baglog yang rusak akibat serbuk kayu yang kasar serta kerugian yang ditimbulkannya setiap kali produksi selama bulan Juni 2012 dapat dilihat pada Tabel 9. Jumlah baglog yang rusak akibat serbuk kayu kasar selama bulan Juni 2012 adalah sebanyak 1.686 baglog dan jumlah kerugian yang diakibatkan adalah sebesar Rp 2.697.600,00. Kerugian per baglog dihitung berdasarkan harga jual baglog siap budidaya, yaitu Rp 1.600,00 per baglog, sehingga setiap satu baglog yang rusak akibat risiko serbuk kayu kasar, maka perusahaan akan mengalami kerugian sebesar Rp 1.600,00. Berdasarkan Tabel 9 juga dapat dibandingkan jumlah baglog yang rusak akibat serbuk kayu kasar dengan jumlah baglog yang di-packing setiap harinya, sehingga selama bulan Juni 2012 total baglog yang rusak akibat serbuk kayu kasar adalah sebanyak 1.686 baglog dari 191.721 baglog. Kerugian yang terjadi akibat dari risiko yang disebabkan serbuk kayu kasar akan berpengaruh pada penerimaan ataupun pendapatan perusahaan. Hal ini akan menurunkan hasil produksi jamur tiram putih pada Rimba Jaya Mushroom. Untuk itu, dibutuhkan upaya untuk mengantisipasi kerugian akibat risiko yang disebabkan serbuk kayu kasar. Upaya yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengantisipasi terjadinya baglog yang bocor akibat serbuk kayu yang kasar adalah dengan memberikan perintah kepada seluruh tenaga kerja yang melakukan packing baglog agar lebih cermat melihat kayu-kayu yang utuh sehingga tidak ikut masuk ke dalam baglog. Perintah ini diberikan oleh manajer produksi dua. 56 Namun, berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan pihak perusahaan bahwa di bulan Juni 2012 masih saja terdapat baglog yang rusak akibat serbuk kayu yang kasar sehingga baglog tersebut tidak dapat lagi digunakan. Hal ini mungkin terjadi karena tenaga kerja yang melakukan packing baglog adalah tenaga kerja yang pengupahannya berdasarkan jumlah baglog yang telah di- packing, dimana upah yang diterima oleh tenaga kerja packing baglog adalah Rp 40,00 per baglog. Sistem pengupahan ini membuat tenaga kerja cenderung ingin cepat-cepat melakukan packing, sehingga tidak cermat untuk melihat kayu-kayu utuh yang ikut di-packing. Tenaga kerja yang memindahkan baglog yang sudah di-packing ke dalam mesin steamer juga tidak memperhatikan baglog yang bocor tersebut sehingga media tanamnya terkena uap dan baglog tersebut tidak dapat lagi digunakan. Jika baglog yang bocor akibat serbuk kayu kasar dapat dilihat sebelum masuk ke mesin steamer, maka baglog yang bocor tersebut masih dapat di-packing kembali sehingga tidak terjadi kerugian.

6.1.2. Sumber Risiko pada Proses Percampuran Bahan Baku