4 mengakibatkan stock out terhadap produk yang dihasilkan. Kondisi-kondisi ini
juga sering dikeluhkan oleh pengelola martabak air mancur dalam perencanaan dan pengendalian bahan baku yang digunakan.
1.2 Perumusan Masalah
Perkembangan bisnis yang cepat dan ketat menuntun perusahaan untuk bekerja keras, guna mempertahankan dan keberlanjutan usahanya. Perusahaan
harus dapat berbenah dari segala aspek agar dapat beroperasi secara lebih efektif dan efisien. Salah satu hal yang penting dalam usaha manufaktur adalah
mengendalikan persediaan bahan baku, agar dapat optimal dalam berproduksi. Dalam kegiatan perusahaan makanan, tentu sangat membutuhkan suplai bahan
baku yang tepat waktu dan kontinyu. Ketidaktepatan waktu dan stok yang kontinyu pada produksi di suatu perusahaan makanan akan berujung kepada risiko
produksi, salah satunya yaitu terhambatnya kegiatan produksi sehingga tidak dapat melanjutkan kegiatan produksi. Selain itu persediaan bahan baku yang
melebihi maupun kurang akan merugikan perusahaan dengan biaya-biaya yang meningkat. Kekurangan persediaan akan menyebabkan terganggunya proses
produksi, yaitu tidak tercapainya target produksi sesuai dengan permintaan konsumen. Sedangkan kelebihan persediaan mengakibatkan meningkatnya biaya
penyimpanan, disamping timbulnya risiko kerusakan bahan baku akibat penyimpanan yang terlalu lama, dan dapat merugikan perusahaan. Dalam
perusahaan MAM hal tersebut sering terjadi terutama pada saat permintaan terjadi cukup banyak pada waktu tertentu, hal itu menyebabkan persediaan bahan baku
martabak manis terjadi kehabisan stok, dan persediaan itu belum tentu dapat dipesan dan diantar pada saat itu juga, karena MAM memesan dari distributor
produk bahan baku yang terikat hubungan kontrak kerjasama, jadi MAM tidak bisa membeli produk diluar kerjasama tersebut di pasar lokal. Dari data
pemakaian dan pemesanan bahan baku utama martabak manis terdapat gap yang signifikan selama 4 bulan September-Desember 2011 berdasarkan data yang
digunakan yaitu terjadi kelebihan bahan baku berupa tepung terigu pemesanan sebesar 277 ball sedangkan pemakaian sebesar 201 ball sehingga terjadi kelebihan
bahan baku sebesar 76 ball atau sebesar 37,8 persen dan untuk bahan baku gula pasir jumlah pemesanan sebesar 57 ball dan pemakaian sebesar 39,8 ball sehingga
5 terjadi kelebihan bahan baku sebesar 17,2 ball atau sebesar 43,2 persen. Dari
sejumlah kelebihan bahan baku tersebut mengidentifikasikan bahwa kegiatan persediaan bahan baku yang dilakukan MAM masih belum baik.
Dari uraian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1.
Bagaimana penerapan pengendalian bahan baku yang dilakukan perusahaan? 2.
Bagaimana kinerja pengendalian bahan baku antara metode konvensional yang dilakukan perusahaan dan metode Probabilistik?
3. Bagaimana rekomendasi yang terbaik untuk perusahaan untuk penerapan
pengendalian bahan baku?
1.3 Tujuan