22
melalaui data yang dipisah berdasarkan kelompok ukuran ikan kurisi. Analisis penduga mortalitas dan laju eksploitasi dengan kurva tangkapan yang dilinearkan
berdasarkan data posisi panjang. Analisis hubungan panjang bobot digunakan untuk menduga pola pertumbuhan ikan kurisi.
3.4.1. Nisbah kelamin
Nisbah kelamin digunakan untuk melihat perbandingan ikan jantan dan ikan betina yang ada pada suatu perairan. Untuk mencari nisbah kelamin dapat
menggunakan rumus berikut: 1
P adalah proporsi ikan jantan atau betina, n adalah jumlah ikan jantan atau betina dan N adalah jumlah total ikan jantan dan betina.
3.4.2. Sebaran frekuensi panjang
Data yang digunakan dalam penentuan distribusi frekuensi panjang adalah panjang total dari ikan kurisi yang didaratkan di PPN Karangantu. Tahapan untuk
menganalisa frekuensi panjang adalah sebagai berikut : a
Menentukan banyaknya kelas dengan menggunakan rumus :
∑
+ =
n kelas
log 32
. 3
1
Keterangan : n = Jumlah keseluruhan data
b Menentukan lebar selang kelas dengan menggunakan rumus :
∑
− =
kelas X
X SK
min max
c Menentukan frekuensi setiap kelas dan memasukkan frekuensi masing-masing
kelas dengan memasukkan panjang dan masing-masing ikan contoh pada selang kelas yang telah ditentukan.
Distribusi frekuensi panjang yang telah ditentukan dalam selang kelas yang sama kemudian diplotkan kedalam sebuah grafik. Grafik tersebut akan
23
menggambarkan pergeseran distribusi kelas panjang setiap bulannya. Pergeseran distribusi kelas panjang menggambarkan jumlah kelompok umur yang ada kohort.
Bila terjadi pergeseran modus distribusi frekuensi panjang berarti terdapat lebih dari satu kohort.
3.4.3. Identifikasi kelompok ukuran
Pendugaan kelompok ukuran dilakukan dengan menganalisis frekuensi panjang ikan kurisi. Data frekuensi panjang dianalisis dengan menggunakan salah
satu metode yang terdapat di dalam program FISAT II FAO-ICLARM Stock Assesment Tool
yaitu metode NORMSEP Normal Separation. Sebaran frekuensi panjang dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok umur yang diasumsikan
menyebar normal, masing-masing dicirikan oleh rata-rata panjang dan simpangan baku.
Boer 1996 menyatakan jika f
i
adalah frekuensi ikan dalam kelas panjang ke-i i = 1, 2, …, N, µ
j
adalah rata-rata panjang kelompok umur ke-j, σ
j
adalah simpangan baku panjang kelompok umur ke-j dan p
j
adalah proporsi ikan dalam kelompok umur ke-j j= 1, 2, …, G maka fungsi objektif yang digunakan untuk
menduga {µ
j
, σ
j
, p
j
adalah fungsi kemungkinan maksimum maximum likelihood function
dengan persamaan sebagai berikut :
∑ ∑
= =
=
G j
ij j
N i
i
q p
f L
1 1
log 2
Dengan ketentuan
2
2 1
exp 2
1
j j
i
x ij
j q
σ μ
π σ
− −
=
yang merupakan fungsi kepekatan peluang sebaran normal dengan nilai tengah µ
j
dan simpangan baku σ
j
. x
i
merupakan titik tengah dari kelas panjang ke-i. Fungsi objektif L ditentukan dengan cara mencari turunan pertama L masing-masing terhadap µ
j
, σ
j
, p
j
sehingga diperoleh dugaan µ
j
, σ
j
, p
j
yang akan digunakan untuk menduga parameter pertumbuhan.
Dalam penggunaan metode NORMSEP sangat diperhatikan nilai indeks separasi. Menurut Hasselblad 1996, McNew Summerfelt 1978 serta Clark
1981 in Sparre Venema 1999 menjelaskan bahwa indeks separasi merupakan
24
kuantitas yang relevan terhadap studi bila dilakukan kemungkinan bagi suatu pemisahan yang berhasil dari dua komponen yang berdekatan. Apabila indeks
separasi kurang dari dua 2 maka tidak mungkin dilakukan pemisahan kelompok ukuran karena akan terjadi tumpang tindih dengan kedua kelompok ukuran tersebut.
3.4.4. Tingkat kematangan gonad