Model Produksi Surplus TINJAUAN PUSTAKA

12

2.7. Mortalitas dan Laju Eksploitasi

Laju mortalitas total Z dapat digunakan untuk menduga mortalitas penangkapan F dan mortalitas alami M. Mortalitas alami adalah mortalitas yang terjadi karena berbagai sebab selain penangkapan, seperti pemangsaan, termasuk kanibalisme, penyakit, stres, pemijahan, kelaparan dan usia tua. Laju mortalitas akan berbeda pada spesies yang sama dengan wilayah yang berbeda tergantung dari kepadatan pemangsaan dan pesaing yang kelimpahannya dipengaruhi oleh kegiatan penangkapan Sparre Venema 1999. Beverton Holt 1957 menduga bahwa predasi merupakan faktor eksternal yang umum sebagai penyebab mortalitas alami. Nilai laju mortalitas alami berkaitan dengan nilai parameter pertumbuhan Von Bartalanffy yaitu K dan L ∞. Semakin tinggi nilai K pertumbuhan cepat maka mortalitas alami M juga semakin tinggi dan begitu pun sebaliknya. Nilai M juga berkaitan dengan nilai L ∞ karena pemangsa ikan besar lebih sedikit dari ikan kecil. Menurut Pauly 1984, faktor yang mempengaruhi nilai M adalah suhu rata-rata perairan selain faktor panjang maksimum secara teoritis L ∞ dan laju pertumbuhan. Sedangkan mortalitas penangkapan adalah mortalitas yang terjadi akibat aktivitas penangkapan Sparre Venema 1999. Laju eksploitasi E didefinisikan sebagai bagian suatu kelompok umur yang akan ditangkap selama ikan tersebut hidup. Dengan kata lain laju eksploitasi adalah jumlah ikan yang ditangkap dibandingkan dengan jumlah total ikan yang mati karena semua faktor baik alami maupun penangkapan Pauly 1984. Gulland 1971 in Pauly 1984 menduga bahwa suatu stok yang dieksploitasi secara optimum, maka laju mortalitas penagkapannya F akan setara dengan laju mortalitas alaminya M atau laju eksploitasi E sama dengan 0,5. Menurut King 1995, penentuan laju eksploitasi merupakan salah satu faktor yang perlu diketahui untuk menentukan kondisi sumberdaya perikanan dalam pengkajian stok ikan.

2.8. Model Produksi Surplus

Model produksi surplus digunakan untuk menentukan tingkat upaya optimum effort optimum, yaitu suatu upaya yang dapat menghasilkan suatu tangkapan maksimum lestari tanpa mempengaruhi produktifitas stok secara jangka panjang, 13 yang bisa disebut dengan hasil tangkapan maksimum lestari. Model produksi surplus bisa diterapkan bila dapat diperkirakan dengan baik tentang hasil tangkapan total berdasarkan spesies dan atau hasil tangkapan per unit upaya per spesies dan upaya penangkapannya dalam beberapa tahun. Upaya penangkapan harus mengalami perubahan yang substantial selama waktu yang dicakup Sparre Venema 1999. Model produksi surplus merupakan model yang sangat sederhana dan murah biayanya. Model ini dikatakan sederhana karena data yang diperlukan sangat sedikit, sebagai contoh tidak perlu menentukan kelas umur sehingga dengan demikian tidak perlu penentuan umur dan hanya memerlukan data tentang hasil tangkapan dan upaya penangkapan yang biasanya tersedia di setiap tempat pendaratan ikan Sparre Venema 1999. Selain itu, model ini dikatakan murah biayanya karena dalam penggunaan model ini biaya yang dikeluarkan lebih sedikit bila dibandingkan dengan model lain seperti dengan penggunaan trawl dan echosounder yang tergolong sangat mahal karena pelaksanaan kegiatan tersebut harus menggunakan kapal riset khusus, sehingga jumlah dana yang harus dikeluarkan untuk mengkaji seluruh perairan sangat besar Wiyono 2005. Hal ini merupakan salah satu alasan mengapa model surplus hasil tangkapan banyak digunakan di dalam estimasi stok ikan di perairan tropis. Model produksi surplus dapat diterapkan bila dapat diperkirakan dengan baik tentang hasil tangkapan total berdasarkan spesies danatau hasil tangkapan per unit upaya catch per unit effortCPUE per spesies danatau CPUE berdasarkan spesies dan upaya penangkapannya dalam beberapa tahun Sparre Venema 1999. Namun jumlah upaya penangkapan yang dapat menggambarkan upaya yang benar- benar efektif dan bukan sekedar nominal yang sulit ditentukan. Oleh sebab itu, penggunaan model ini memerlukan kehati-hatian dan sedapat mungkin dibarengi dengan berbagai informasi tambahan dan validasi dengan menggunakan beberapa metode lain. Model ini dapat dipergunakan dalam menganalisis sumberdaya pelagis besar, pelagis kecil, demersal kecil, demersal besar, udang dan krustasea lainnya, serta moluska Widodo et al. 1998 in Syakila 2009. 14 Persyaratan untuk analisis model produksi surplus hasil tangkapan adalah sebagai berikut Sparre Venema 1999: 1 Ketersediaan ikan pada tiap-tiap periode tidak mempengaruhi daya tangkap relatif. 2 Distribusi ikan menyebar merata. 3 Masing-masing alat tangkap menurut jenisnya mempunyai kemampuan tangkap yang seragam. Asumsi yang digunakan dalam model surplus hasil tangkapan menurut Sparre Venema 1999 adalah : 1 Asumsi dalam keadaan ekuilibrium Pada keadaan ekuilibrium, hasil tangkapan biomassa per satuan waktu adalah sama dengan jumlah ikan yang tertangkap hasil tangkapan per satuan waktu ditambah dengan ikan yang mati karena keadaan alam. 2 Asumsi biologi Alasan biologi yang mendukung model surplus hasil tangkapan telah dirumuskan dengan lengkap oleh Ricker 1975 in Sparre Venema 1999 sebagai berikut : a. Menjelang densitas stok maksimum, efisiensi hasil tangkapan berkurang, dan sering terjadi jumlah rekrut lebih sedikit daripada densitas yang lebih kecil. Pada kesempatan berikutnya, pengurangan dari stok akan meningkatkan rekrutmen. b. Bila pasokan makanan terbatas, makanan kurang efisien dikonversikan menjadi daging oleh stok yang besar daripada oleh stok yang lebih kecil. Setiap ikan pada suatu stok yang besar masing-masing memperoleh makanan lebih sedikit, dengan demikian dalam fraksi yang lebih besar makanan hanya digunakan untuk mempertahankan hidup dan dalam fraksi yang lebih kecil digunakan untuk pertumbuhan. c. Pada suatu stok yang tidak pernah dilakukan penangkapan terdapat kecenderungan lebih banyak individu yang tua dibandingkan dengan stok yang telah dieksploitasi. 15 3 Asumsi terhadap koefisien kemampuan menangkap Pada model surplus hasil tangkapan diasumsikan bahwa mortalitas penangkapan proporsional terhadap upaya. Namun demikian upaya ini tidak selamanya benar, sehingga kita harus memilih dengan benar upaya penangkapan yang benar-benar berhubungan langsung dengan mortalitas penangkapan. Suatu alat tangkap baik jenis maupun ukuran yang dipilih adalah yang mempunyai hubungan linear dengan laju tangkapan.

2.9. Ketidakpastian Hasil Tangkapan