Hubungan panjang bobot Pertumbuhan

42

4.7. Pertumbuhan

4.7.1. Hubungan panjang bobot

Analisis hubungan panjang dan bobot menggunakan data panjang total dan bobot basah ikan contoh untuk melihat pola pertumbuhan individu ikan kurisi di perairan Teluk Banten . Hubungan panjang bobot ikan kurisi jantan pada setiap pengambilan contoh di Teluk Banten disajikan pada Tabel 8 dan ikan kurisi betina pada Tabel 9. Tabel 8. Hubungan panjang bobot ikan kurisi Nemipterus furcosus jantan di PPN Karangantu, Teluk Banten setiap pengambilan contoh Pengambilan Waktu N b R 2 keterangan Contoh 1 24 Februari 2011 31 2,77 0,97 Allometrik negatif 2 10 Maret 2011 113 2,77 0,92 Allometrik negatif 3 24 Maret 2011 59 3,07 0,98 isometrik 4 7 April 2011 63 3,05 0,99 isometrik 5 21 April 2011 54 3,07 0,99 isometrik 6 12 Mei 2011 97 2,80 0,99 Allometrik negatif Gabungan 417 2,88 0,96 Allometrik negatif Tabel 9. Hubungan panjang bobot ikan kurisi Nemipterus furcosus betina di PPN Karangantu, Teluk Banten setiap pengambilan contoh Pengambilan Waktu N b R 2 keterangan Contoh 1 24 Februari 2011 39 3.14 0.97 isometrik 2 10 Maret 2011 53 2.99 0.98 isometrik 3 24 Maret 2011 41 2.89 0.94 isometrik 4 7 April 2011 44 2.83 0.98 Allometrik negatif 5 21 April 2011 31 2.78 0.93 isometrik 6 12 Mei 2011 54 2.54 0.95 Allometrik negatif Gabungan 262 2,77 0,95 Allometrik negatif Contoh ikan kurisi yang digunakan selama penelitian ini yaitu sebanyak 679 ekor. Pengambilan contoh yang dilakukan selama enam kali menunjukkan bahwa secara umum pertumbuhan ikan kurisi jantan maupun betina bersifat allometrik negatif yaitu laju pertumbuhan panjang lebih cepat dibandingkan bobot yang didukung dengan dilakukan uji t pada selang kepercayaan 95. 43 Pada ikan kurisi jantan dan betina secara keseluruhan pertumbuhannya bersifat allometrik negatif. Namun, pada pengambilan contoh ke-3, 4 dan 5 untuk ikan kurisi jantan dan pada pengambilan contoh ke-1, 2, 3, dan 5 untuk ikan kurisi betina menunjukkan pola pertumbuhannya isometrik setelah dilakukan uji t yang menyatakan gagal tolak H . Pola pertumbuhan ikan kurisi di Teluk Banten bersifat allometrik negatif diduga karena faktor genetik, hal ini didukung oleh hasil penelitian lainnya yang juga menyatakan bahwa pola pertumbuhan ikan kurisi bersifat allometrik negatif yang dapat dilihat pada Tabel 10. Adanya perbedaan pola pertumbuhan untuk setiap pengambilan contoh dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti suhu sehingga mempengaruhi kualitas dan jumlah ketersediaan makanannya. Sesuai dengan pernyataan Effendie 2002 yang menyatakan bahwa adanya perbedaan pola pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti suhu, kualitas dan jumlah ketersediaan makanan, selain itu faktor dalam seperti gen, umur, jenis kelamin, hormon serta penyakit. Tabel 10. Perbandingan pola pertumbuhan ikan kurisi genus: Nemipterus Spesies Daerah Penangkapan Pola Pertumbuhan Nemipterus furcosus PPN Karangantu Teluk Banten Allometrik Negatif penelitian ini Nemipterus tambuloides PPI Labuan Teluk Banten Allometrik Negatif Robiyani 2000 Nemipterus balinensis TPI Cilincing Teluk Jakarta Allometrik Negatif Fitriyanti 2011 Pola pertumbuhan ikan kurisi yang diperoleh dari hasil analisis penelitian ini sama dengan pola pertumbuhan ikan kurisi di perairan Teluk Banten tahun 2000 dan juga di Teluk Jakarta. Hal ini menunjukkan bahwa ikan kurisi secara umum memiliki pola pertumbuhan allometrik negatif. 44 Gambar 12. Hubungan panjang-bobot dan hubungan logaritma panjang-logaritma bobot ikan kurisi Nemipterus furcosus di PPN Karangantu, Teluk Banten pada bulan Februari 2011-Mei 2011 Dengan menggunakan analisis hubungan panjang bobot Gambar 12 diketahui persamaan W = 0,00003L 2,848 dengan nilai b sebesar 2,848 berdasarkan uji t dilakukan terhadap nilai b dengan α = 0,05 diketahui bahwa pola pertumbuhan ikan kurisi bersifat allometrik negatif yaitu pola pertumbuhan panjang lebih dominan dibandingkan pertumbuhan bobot. Pada persamaan logaritma panjang dan logaritma bobot memperoleh persamaan Log W = 2,848 Log L – 4,588 yang artinya setiap penambahan logaritma panjang sebesar 1 mm akan menurunkan logaritma bobot sebesar 2,848 gram. Gambar 13. Hubungan panjang-bobot dan hubungan logaritma panjang-logaritma bobot ikan kurisi Nemipterus furcosus jantan di PPN Karangantu, Teluk Banten pada bulan Februari 2011-Mei 2011 45 Pada ikan kurisi jantan hubungan panjang bobot ikan kurisi di Teluk Banten adalah W = 0,00002 L 2,882 dan logaritma panjang dan logaritma bobot memperoleh persamaan Log W = 2,882 Log L – 4,662 Gambar 13. Nilai koefisien sebesar 96 menunjukkan bahwa formula ini dapat menjelaskan keadaan sebenarnya di alam sebesar 96. Nilai b = 2,882 setelah dilakukan uji t α=0,05 diketahui bahwa ikan kurisi jantan di Teluk Banten bersifat allometrik negatif yaitu pertumbuhan panjang lebih cepat dibandingkan bobot Effendie 2002. Hal ini terlihat dari bentuk tubuh ikan yang pipih memanjang. Gambar 14. Hubungan panjang-bobot dan hubungan logaritma panjang-logaritma bobot ikan kurisi Nemipterus furcosus betina di PPN Karangantu, Teluk Banten pada bulan Februari 2011-Mei 2011 Persamaan hubungan panjang bobot ikan kurisi betina adalah W = 0,00004 L 2,765 dan logaritma panjang dan logaritma bobot memperoleh persamaan Log W = 2,765 Log L - 4,406. Dari persamaan tersebut menunjukkan setiap penambahan logaritma panjang maka akan menurunkan logaritma bobot sebesar 2,765 gram. Nilai koefisien sebesar 95 menunjukkan bahwa menjelaskan keadaan sebenarnya di alam sebesar 95. Nilai b = 2,765 setelah dilakukan uji t α=0,05 diketahui bahwa ikan kurisi betina di Teluk Banten menunjukkan allometrik negatif yang menunjukkan pertumbuhan panjang lebih cepat dibandingkan bobot disajikan pada Gambar 14. 46

4.7.2. Faktor kondisi