Sebaran Frekuensi Panjang Mortalitas dan Laju Eksploitasi

9 Pendugaan ukuran pertama kali matang gonad merupakan salah satu cara untuk mengetahui perkembangan populasi dalam suatu perairan, seperti ikan akan memijah, baru memijah atau sudah selesai memijah. Pendugaan puncak pemijahan dapat dilakukan berdasarkan persentase jumlah ikan matang gonad pada suatu waktu Sulistiono et al. 2001 in Tampubolon 2008. Faktor-faktor yang mempengaruhi saat pertama kali ikan matang gonad adalah faktor internal perbedaan spesies, umur, ukuran, serta sifat-sifat fisiologis dari ikan tersebut dan faktor eksternal makanan, suhu, arus, dan adanya individu yang berlainan jenis kelamin yang berbeda dan tempat memijah yang sama Tampubolon 2008. Secara alamiah TKG akan berkembang menurut siklusnya sepanjang kondisi makanan dan faktor lingkungan tidak berubah Handayani 2006. Umumnya semakin tinggi TKG suatu ikan, maka panjang dan bobot tubuh pun semakin tinggi. Hal ini disebabkan oleh lingkungan dimana ikan tersebut hidup Yustina 2002.

2.5. Sebaran Frekuensi Panjang

Pada dasarnya metode pendugaan stok memerlukan masukan data komposisi umur. Data komposisi umur pada perairan beriklim sedang biasanya diperoleh dengan melakukan perhitungan terhadap lingkaran-lingkaran tahunan pada bagian keras tubuh ikan, yaitu sisik dan otolith. Lingkaran-lingkaran ini terbentuk karena adanya fluktuasi yang kuat dalam berbagai kondisi dari musim panas ke musim dingin dan sebaliknya Sparre Venema 1999. Beberapa metode numerik mulai dikembangkan untuk melakukan konversi atas data frekuensi panjang dalam komposisi umur. Oleh karena itu, pendugaan stok spesies tropis merupakan analisis frekuensi panjang total ikan. Tujuan dilakukannya analisis data frekuensi panjang ialah untuk menentukan umur terhadap kelompok- kelompok panjang tertentu. Analisis tersebut digunakan dalam pemisahan suatu distribusi frekuensi panjang yang kompleks kedalam sejumlah kelompok ukuran Sparre Venema 1999. Metode pendugaan pertumbuhan berdasarkan data frekuensi panjang telah digunakan secara luas di bidang perikanan, biasanya digunakan jika metode lainnya seperti mengetahui umur tidak dapat dilakukan Sparre Venema 1999. 10

2.6. Pertumbuhan

Pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai pertambahan ukuran panjang atau berat dalam suatu waktu, sedangkan pertumbuhan bagi populasi sebagai pertambahan jumlah. Pertumbuhan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam merupakan faktor yang sukar dikontrol, seperti keturunan, jenis kelamin, umur, parasit dan penyakit. Faktor luar yang utama dalam mempengaruhi pertumbuhan adalah makanan dan suhu perairan, namun masih ada faktor luar lainnya yang mempengaruhi seperti, kandungan oksigen terlarut, amonia, salinitas, dan fotoperiod panjang hari Effendie 2002. Menurut King 1995 bahwa sejumlah makanan yang dimakan oleh ikan tertentu sebagian besar energinya digunakan untuk pemeliharaan tubuh, aktivitas dan produksi. Hanya sepertiga bagian yang digunakan untuk pertumbuhan.

2.6.1. Hubungan panjang bobot

Analisis hubungan panjang bobot bertujuan untuk mengetahui pola pertumbuhan ikan di alam. Hal tersebut dapat digunakan untuk kegiatan pengelolaan perikanan. Effendie 2002 menyatakan bahwa bobot dapat dianggap sebagai fungsi dari panjang. Hubungan panjang bobot ikan sebagai pangkat tiga dari panjangnya, dengan kata lain hubungan ini dapat dimanfaatkan untuk menduga bobot melalui panjang. Hasil analisis hubungan panjang-bobot akan menghasilkan suatu nilai konstanta b, yaitu harga pangkat yang menunjukan pola pertumbuhan ikan. Ikan yang memilki pola pertumbuhan isometrik b=0, pertambahan panjangnya seimbang dengan pertambahan bobot. Sebaliknya pada ikan dengan pola pertumbuhan allometrik b ≠3, pertambahan panjang tidak seimbang dengan pertambahan bobot. Pertumbuhan dinyatakan sebagai pertumbuhan allometrik positif, bila b3, yang menandakan bahwa pertambahan bobot lebih cepat dibandingkan dengan pertambahan panjang. Sedangkan pertumbuhan dinyatakan sebagai pertumbuhan allometrik negatif apabila b3, ini menandakan bahwa pertambahan panjang lebih cepat dibandingkan dengan pertambahan bobot Ricker 1970 in Effendie 2002. 11

2.6.2. Parameter Pertumbuhan L

∞ , K, dan t Persamaan pertumbuhan Von Bertalanffy dapat memberikan representasi pertumbuhan populasi dengan baik. Hal ini dikarenakan persamaan pertumbuhan Von Bertalanffy berdasarkan konsep fisiologis sehingga dapat digunakan untuk mengetahui beberapa masalah seperti variasi pertumbuhan karena ketersediaan makanan Beverton Holt 1957. Menurut Sparre Venema 1999 parameter ikan memilki peran yang penting dalam pengkajian stok ikan. Salah satu aplikasi yang sederhana adalah untuk mengetahui panjang ikan pada saat umur tertentu atau dengan menggunakan inverse persamaan pertumbuhan Von Bertalanffy dapat diketahui umur ikan pada saat panjang tertentu. Dengan demikian, penyusunan perencanaan pengelolaan akan lebih mudah. Metode Ford Walford merupakan metode sederhana dalam menduga parameter pertumbuhan L ∞ dan K dari persamaan Von Bertalanffy dengan interval waktu pengambilan contoh yang sama Sparre Venema 1999. Metode ini memerlukan masukan data panjang rata-rata ikan dari beberapa kelompok ukuran. Kelompok ukuran dipisahkan dengan menggunakan metode Battacharya Sparre Venema 1999.

2.6.3. Faktor Kondisi

Faktor Kondisi menyatakan kemontokan ikan dengan angka. Faktor kondisi ini disebut juga Ponderal’s index Legler 1961 in Effendie 2002. Faktor kondisi menunjukkan keadaan ikan dari segi kapasitas fisik untuk bertahan hidup dan melakukan reproduksi Effendie 2002. Satuan Faktor kondisi sendiri tidak berarti apapun, namun kegunaannya akan terlihat jika dibandingkan dengan individu lain atau satu kelompok dengan kelompok lain. Perhitungan faktor kondisi berdasarkan pada panjang dan bobot ikan. Faktor kondisi juga akan berbeda tergantung jenis kelamin ikan, musim atau lokasi penangkapan serta faktor kondisi juga dipengaruhi oleh tingkat kematangan gonad dan kelimpahan makanan King 1995. Variasi nilai kondisi tergantung pada makanan, umur, jenis kelamin dan kematangan gonad Effendie 2002. Faktor kondisi tinggi pada ikan betina dan jantan menunjukkan ikan dalam perkembangan gonad, sedangkan faktor kondisi rendah menunjukkan ikan kurang mendapat asupan makanan Effendie 2002. 12

2.7. Mortalitas dan Laju Eksploitasi

Laju mortalitas total Z dapat digunakan untuk menduga mortalitas penangkapan F dan mortalitas alami M. Mortalitas alami adalah mortalitas yang terjadi karena berbagai sebab selain penangkapan, seperti pemangsaan, termasuk kanibalisme, penyakit, stres, pemijahan, kelaparan dan usia tua. Laju mortalitas akan berbeda pada spesies yang sama dengan wilayah yang berbeda tergantung dari kepadatan pemangsaan dan pesaing yang kelimpahannya dipengaruhi oleh kegiatan penangkapan Sparre Venema 1999. Beverton Holt 1957 menduga bahwa predasi merupakan faktor eksternal yang umum sebagai penyebab mortalitas alami. Nilai laju mortalitas alami berkaitan dengan nilai parameter pertumbuhan Von Bartalanffy yaitu K dan L ∞. Semakin tinggi nilai K pertumbuhan cepat maka mortalitas alami M juga semakin tinggi dan begitu pun sebaliknya. Nilai M juga berkaitan dengan nilai L ∞ karena pemangsa ikan besar lebih sedikit dari ikan kecil. Menurut Pauly 1984, faktor yang mempengaruhi nilai M adalah suhu rata-rata perairan selain faktor panjang maksimum secara teoritis L ∞ dan laju pertumbuhan. Sedangkan mortalitas penangkapan adalah mortalitas yang terjadi akibat aktivitas penangkapan Sparre Venema 1999. Laju eksploitasi E didefinisikan sebagai bagian suatu kelompok umur yang akan ditangkap selama ikan tersebut hidup. Dengan kata lain laju eksploitasi adalah jumlah ikan yang ditangkap dibandingkan dengan jumlah total ikan yang mati karena semua faktor baik alami maupun penangkapan Pauly 1984. Gulland 1971 in Pauly 1984 menduga bahwa suatu stok yang dieksploitasi secara optimum, maka laju mortalitas penagkapannya F akan setara dengan laju mortalitas alaminya M atau laju eksploitasi E sama dengan 0,5. Menurut King 1995, penentuan laju eksploitasi merupakan salah satu faktor yang perlu diketahui untuk menentukan kondisi sumberdaya perikanan dalam pengkajian stok ikan.

2.8. Model Produksi Surplus