Model produksi surplus Analisis ketidakpastian hasil tangkapan

29 M adalah mortalitas alami, L ∞ adalah panjang asimsotik pada persamaan pertumbuhan Von Bertalanffy, K adalah koefisien pertumbuhan pada persamaan pertumbuhan Von Bertalanffy, T adalah rata-rata suhu permukaan air C Laju mortalitas penangkapan F ditentukan dengan : F = Z – M 24 Laju eksploitasi ditentukan dengan membandingkan mortalitas penangkapan F terhadap mortaliatas total Z Pauly 1984 : Z F M F F E = + = 25 Laju mortalitas penangkapan F atau laju eksploitasi optimum menurut Gulland 1971 in Pauly 1984 adalah: F optimum = M dan E optimum = 0,5 26

3.4.7. Model produksi surplus

Tingkat upaya penangkapan optimum fmsy dan hasil tangkapan maksimum lestari MSY dari unit penangkapan dengan model Schaefer 1954 in Sparre Venema 1999. Dapat diketahui melalui persamaan berikut : 1 Hubungan antara hasil tangkapan Y dengan upaya penangkapan f, Y = af + bf 2 2 Upaya penangkapan optimum fmsy diperoleh dengan cara menyamakan turunan pertama hasil tangkapan Y terhadap upaya penangkapan f dengan nol atau dydf = 0 : Y = af + bf 2 Y’= a + 2bf Y’= 0 a = -2bf f msy = -a2b 30 3 Maximum sustainable yield MSY atau merupakan hasil tangkapan maksimum lestari diperoleh dengan mensubtitusikan nilai upaya penangkapan optimum fmsy ke persamaan pada butir 1 di atas, Y = af + bf 2 MSY = a fmsy+ b fmsy 2 MSY = -a 2 4b Pada model ini, untuk mendapatkan gambaran pengaruh dari upaya penangkapan f terhadap hasil tangkapan per unit upaya penangkapan CPUE dan untuk mendapatkan nilai konstanta a dan b pada rumus di atas digunakan analisis regresi dengan melinierkan model Schaefer seperti berikut: Y = af + bf 2 CPUE Yf = a+bf Rumus yang digunakan untuk mengetahui CPUE adalah sebagai berikut: CPUE = Catch Effort Keterangan : CPUE : Hasil tangkapan per upaya penangkapan kgunit Catch : Hasil tangkapan per tahun kg Effort : Upaya penangkapan per tahun unit

3.4.8. Analisis ketidakpastian hasil tangkapan

Analisis ketidakpastian dalam perikanan mengikuti hukum peluang dimana terdapat kemungkinan berhasil atau gagal dalam menghasilkan tangkapan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya upaya serta harga price dari ikan hasil tangkapan. Analisis ketidakpastian dilakukan dengan menggunakan Kaidah Bayes yang menggunakan probabilitas bersyarat sebagai dasarnya. Kaidah Bayes dijelaskan dalam Walpole 1993 , yaitu: Jika kejadian-kejadian B 1 , B 2 , …, B k merupakan kejadian yang saling terpisah dari ruang contoh S dengan PB i ≠ 0 untuk i = 1, 2, …, k, maka untuk sembarang kejadian A yang bersifat PA ≠ 0 : 27 31 untuk r = 1,2,…,k Metode Bayes merupakan metode yang baik dalam pembelajaran berdasarkan data training, dengan menggunakan probabilitas bersyarat sebagai dasarnya. Metode Bayes hanya bisa digunakan untuk persoalan klasifikasi dengan supervised learning dan data-data kategorikal. Metode Bayes memerlukan pangetahuan awal untuk mengambil suatu keputusan. Tingkat keberhasilan metode ini sangat tergantung pada pengetahuan awal yang diberikan. Dalam menganalisis ketidakpastian ini digunakan alat bantu berupa perangkat lunak Crystall ball yang berbasis aplikasi spreadsheet suite untuk model prediksi, ramalan, simulasi dan optimasi. Menggunakan Crystall ball dapat membuat keputusan taktis yang tepat untuk mencapai tujuan dan mendapatkan keunggulan kompetitif pada kondisi pasar paling tidak pasti. Crystall ball dapat membantu menganalisis resiko dan ketidakpastian yang terkait dengan model spreadsheet suite meliputi analisis simulasi Monte Carlo Crystall ball, time-series peramalan CB Prediction , dan optimisasi Opt Quest serta pengembangan antar muka kostum dan proses Goldman 2002 in Wardani 2010. 32

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Ikan Kurisi di Perairan Teluk Banten

Penduduk di sekitar Teluk Banten kebanyakan memiliki profesi sebagai nelayan. Alat tangkap yang banyak digunakan oleh para nelayan adalah jaring dogol, bagan, jaring insang, payang dan lain-lain. Kapal yang digunakan umunya berukuran 6 GT. Hasil tangkapan utama nelayan di Teluk Banten berupa ikan pepetek, cumi-cumi, kurisi, kembung, kuniran dan lain-lain. Berikut ini disajikan gambar hasil tangkapan per jenis ikan dominan tahun 2010 di PPN Karangantu Gambar 6. Gambar 6. Hasil tangkapan per jenis ikan dominan tahun 2010 di PPN Karangantu Sumber : Ditjen-Tangkap DKP 2011 Ikan kurisi di Teluk Banten yang didaratkan di PPN Karangantu sebagian besar ditangkap dengan menggunakan alat tangkap jaring dogolgardan. Pengoperasian alat tangkap ini dengan menggunakan alat bantu mesin gardan berkekuatan sekitar 6 PK untuk menarik jaring. Daerah penangkapannya di utara Pulau Panjang yang memiliki dasar pantai pasir berlumpur dengan kedalaman diatas 16 meter. Penangkapan ikan dilakukan pada siang hari, dari jam 7 pagi hingga jam 5 sore. Ikan kurisi akan didistribusikan ke daerah Serang, Cilegon, Tangerang dan Jakarta dalam bentuk segar maupun olahan ikan asin.