49
4.8. Mortalitas dan Laju Eksploitasi
Pendugaan konstanta laju mortalitas total Z ikan kurisi dilakukan dengan kurva hasil tangkapan yang dilinearkan berbasis data panjang Gambar 18. Laju
mortalitas alami diduga menggunakan rumus empiris Pauly Sparre Venema 1999 dengan suhu rata-rata permukaan perairan Teluk Banten
29,5 C Nuraini
2004.
Gambar 18. Kurva hasil tangkapan yang dilinearkan berbasis data panjang : titik yang digunakan dalam analisis regresi menduga Z
Hasil analisis laju mortalitas dan laju eksploitasi ikan kurisi dapat dilihat dalam Tabel 12. Laju mortalitas total ikan kurisi betina sebesar 1,0436 per tahun
dengan laju mortalitas alami 0,3285 per tahun dan laju mortalitas penangkapan sebesar 0,7151 per tahun, sehingga diperoleh laju eksploitasi sebesar 0,6852 atau
68,52 per tahun. Sedangkan laju mortalitas total ikan kurisi jantan sebesar 2,4211 per tahun dengan laju mortalitas alami 0,4295 dan laju mortalitas penangkapan
sebesar 1,9916 per tahun, sehingga diperoleh laju eksploitasi sebesar 0,8226 atau 82,26 per tahun.
50
Tabel 12. Laju mortalitas dan eksploitasi ikan kurisi Nemipterus furcosus di PPN
Karangantu, Teluk Banten Parameter
Nilai per tahun Betina Jantan
Mortalitas total Z 1,0436
2,4211 Mortalitas alami M
0,3285 0,4295
Mortalitas penangkapan F 0,7151
1,9916 Eksploitasi E
0,6852 0,8226
Mortalitas alami adalah mortalitas yang terjadi karena berbagai sebab selain penangkapan seperti pemangsaan, penyakit, stres pemijahan, kelaparan dan usia tua
Sparre Venema 1999. Beverton Holt 1957 menduga bahwa faktor eksternal yang umum sebagai penyebab mortalitas alami yaitu adanya predasi. Menurunnya
laju mortalitas alami disebabkan oleh berkurangnya jumlah ikan yang tumbuh hingga usia tua dan mengalami kematian secara alami akibat telah tertangkap lebih
dahulu oleh aktifitas penangkapan yang tinggi. Laju mortalitas penangkapan ini lebih besar dibandingkan laju mortalitas alaminya. Hal ini menunjukkan faktor
kematian ikan kurisi lebih dipengaruhi oleh kegiatan penangkapan. Hal ini dapat dilihat dari data TKG ikan yang tertangkap yaitu dominan TKG 2 dan TKG 3.
Berdasarkan hasil analisis laju eksploitasi ikan kurisi betina 68,52 dan ikan kurisi jantan 82,26. Laju eksploitasi di Teluk Banten cukup tinggi disebabkan
permintaan terhadap ikan kurisi yang tinggi pula, sehingga terjadi penangkapan ikan secara terus menerus, serta penggunaan alat tangkap jaring dogol yang sangat tidak
selektif. Nilai mortalitas penangkapan dipengaruhi oleh laju eksploitasi. Semakin tinggi tingkat eksploitasi, makin tinggi mortalitas penangkapan. Tingginya laju
mortalitas penangkapan dan menurunnya laju mortalitas alami juga dapat menunjukkan dugaan terjadi growth overfishing yaitu sedikitnya jumlah ikan tua
Sparre dan Venema 1999 karena ikan muda tidak diberikan kesempatan untuk tumbuh sehingga dibutuhkan pengurangan dalam penangkapan ikan. Menurut
Gulland 1971 in Pauly 1984 laju eksploitasi optimum adalah sebesar 0,5 atau 50, sedangkan laju eksploitasi ikan kurisi betina dan jantan di Teluk Banten
masing-masing mencapai 68,52 dan 82,26, maka laju eksploitasi ikan kurisi telah melewati batas optimum yang disebabkan adanya tekanan penangkapan
terhadap ikan kurisi di Teluk Banten.
51
4.9. Model Produksi Surplus