4. Green Brand Equity
Mengacu pada Aaker 1991 dan Keller 1993, studi ini mendefinisikan “green brand equity” sebagai “kumpulan persepsi
dari liabilitas dan aset sebuah merek mengenai komitmen dan kepedulian mereka terhadap lingkungan baik dari brand itu sendiri,
nama brand dan simbol yang dapat ditambah atau dikurangi dari nilai yang ada pada suatu produk atau jasa”. Berbasis pada
pengukuran brand equity oleh Yoo et al., 2000, Yoo and Donthu 2001, dan Delgado-Balester and Munuera-Aleman 2005,
pengukuran untuk green brand equity pada penelitian ini terdapat empat poin:
· Saya lebih suka membeli produk Honda dibanding merek
lain yang sejenis, karena komitmennya terhadap lingkungan hidup.
· Saya lebih senang membeli merek Honda meskipun merek
lain juga mempunyai keistimewaan ramah lingkungan. ·
Saya lebih senang membeli merek Honda meskipun merek lain juga mempunyai kinerja yang sama baiknya pada
lingkungan. ·
Saya lebih senang membeli merek Honda meskipun merek lain juga mempunyai kepedulian yang sama terhadap
lingkungan.
5. Attitudinal Loyalty
Mengacu pada Gremler and Brown, 1998; Kumar and Shah, 2004; Traylor, 1981 attitudinal loyalty dapat didefinisikan
sebagai penangkapanmenagkap aspek affektif dan kognitif bagian komponen dari brand loyalty. Berbasis pada pengukuran loyalitas
oleh Chaunduri and Holbrook, 2001; Oliver, 1997; Pritchard et al., 1999; Sirdeshmukh et al., 2002, terdapat lima point
pengukuran untuk attitudinal loyalty: ·
Saya menggunakan produk Honda karena merupakan pilihan terbaik bagi saya.
· Saya akan menjadi pelanggan yang loyal pada produk-
produk dari Honda. ·
Saya berkomitmen untuk selalu menggunakan produk- produk dari Honda.
· Saya bersedia membayar lebih untuk produk-produk dari
Honda. ·
Saya selalu mempertimbangan Honda sebagai pilihan pertama saat saya membeli sepeda motor.
6. Behavioural loyalty
Mengacu pada Dave Chaffrey 2010, Behavioural loyalty adalah loyalitas kepada sebuah merek yang didemonstrasikan oleh