Pola Pengeluaran Rumahtangga Petani

disebabkan oleh alokasi curahan kerja suami pada kegiatan non pertanian lebih tinggi jika dibandingkan dengan anggota rumahatangga lainnya. Jika dikaitkan dengan Tabel 4 dan Tabel 5, kontribusi pendapatan anggota rumahtangga bervariasi, dan variasi pendapatan tersebut disebabkan oleh variasi curahan kerja. Secara keseluruhan menunjukkan bahwa tinggi rendahnya pendapatan tunai sangat ditentukan oleh adanya alokasi curahan kerja pada masing-masing kegiatan. Semakin tinggi alokasi curahan kerja pada kegiatan tertentu maka pendapatan tunai yang dihasilkan juga akan semakin tinggi dan secara tidak langsung menunjukkan bahwa rumahtangga dalam mengalokasikan kerjanya sangat dipengaruhi oleh pendapatan tunai yang di peroleh pada masing-masing kegiatan tersebut.

5.5. Pola Pengeluaran Rumahtangga Petani

Pengeluaran rumahtangga petani terdiri dari pengeluaran untuk konsumsi dan investasi. Pengeluaran untuk konsumsi terdiri dari pengeluaran untuk konsumsi pangan dan pengeluaran non pangan. Pengeluaran untuk investasi terdiri dari pengaluaran untuk investasi produksi dan pengeluran untuk investasi pendidikan. Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa total pengeluaran rata-rata rumahtangga petani sebesar Rp 13 250 357. Pengeluaran yang terbesar adalah konsumsi pangan yaitu Rp 6 443 136 atau 48.66 persen dari total pengeluaran rata-rata rumahtangga, kemudian pengeluaran untuk konsumsi non pangan sebesar Rp 5 732 817 atau 43.30 persen dari total pengeluran rumahtangga. Pengeluaran untuk pangan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan jenis pengeluaran lainnya, ini berarti bahwa kesejahteraan rumahtangga petani di lokasi penelitian masih rendah. Hal ini didasarkan pada Hukum Engel Engel s Law yang menyatakan bahwa proporsi pengeluaran untuk pangan menurun jika pendapatan masyarakat bertambah, yang berarti bahwa pangan merupakan kebutuhan pokok yang konsumsinya naik kurang cepat jika dibandingkan dengan kenaikan pendapatan. Rumahtangga dengan tingkat pendapatan yang lebih tinggi telah mencukupi kebutuhan konsumsi pangannya sehingga untuk meningkatkan kepuasan rumahtangga maka rumahtangga akan mengalokasikan pendapatannya untuk jenis pengeluaan selain untuk konsumsi pangan. Tabel 6. Pola Pengeluaran Rata- rata Rumahtangga Petani Lahan Sawah di Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Donggala tahun 2008. No. Uraian Jumlah Rp Presentasi 1. Konsumsi Pangan 6 443 136 48.66 2. Konsumsi Non Pangan 5 732 817 43.30 3. Konsumsi Total 12 185 953 91.96 4. Investasi Produksi 149 690 1.13 5. Investasi Pendidikan 924 194 6.98 6. Investasi Total 1 064 404 8.06 7. Pengeluaran Total 13 250 357 100 Pengeluaran investasi pendidikan lebih tinggi dibandingkan dengan investasi produksi yang merupakan pengeluaran terkecil dari seluruh jenis pengeluaran yaitu Rp 140 210 atau 1.06 persen dari total pengeluaran rata-rata yang ada. Pengeluaran rumahtangga petani untuk konsumsi lebih besar jika dibandingkan dengan pengeluaran untuk investasi karena pengeluaran untuk konsumsi baik konsumsi pangan merupakan kebutuhan primer dan non pangan merupakan kebutuhan sekunder dalam rumahtangga.

VI. FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI CURAHAN KERJA, PENDAPATAN DAN PENGELUARAN