Curahan Kerja Suami pada Usahatani Padi

penjelas menunjukkan respon peubah endogen terhadap setiap perubahan dari peubah penjelas. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi curahan kerja, pendapatan, dan pengeluaran rumahtangga petani di Kabupaten Donggala ditelah dihasilkan penelitian sebagai berikut :

6.1. Alokasi Curahan Kerja Anggota Rumahtangga Petani

Secara garis besar, dalam penelitian ini meliputi curahan kerja anggota rumahtangga pada usahatani padi dan curahan kerja anggota rumahtangga pada non usahatani. Curahan kerja pada usahatani padi dibagi menjadi curahan kerja suami dan curahan kerja isteri pada usahatani padi. Curahan kerja rumahtangga pada usahatani padi adalah penjumlahan dari curahan kerja suami dan curahan kerja isteri pada usahatani padi. Curahan kerja anggota rumahtangga pada non usahatani terdiri dari menjadi curahan kerja suami, curahan kerja isteri, dan curahan kerja anak pada non usahatani. Curahan kerja rumahtangga pada non usahatani adalah penjumlahan dari curahan kerja suami, curahan kerja isteri pada usahatani padi, dan curahan kerja anak pada non usahatani

6.1.1. Curahan Kerja Suami pada Usahatani Padi

Pada Tabel 7 terlihat bahwa hasil dugaan parameter curahan kerja suami pada usahatani padi CKSUT menunjukkan bahwa semua tanda dugaan parameter variabel penjelas sesuai dengan yang diharapkan atau sesuai hipotesis. Koefisien determinasi yang diperoleh sebesar 0.4326, ini berarti bahwa keragaan curahan kerja suami pada usahatani padi sebesar 43.26 persen dapat dijelaskan oleh variabel curahan kerja suami pada non usahatani CKSNU, tenaga kerja luar keluarga TKLK, pendidikan suami PDS dan luas lahan LL. Curahan kerja suami pada kegiatan non usahatani berhubungan negatif dan berpengaruh nyata pada taraf 1 persen terhadap curahan kerja suami pada usahatani padi. Ada saling keterkaitan antara curahan kerja suami pada kegiatan non usahatani dengan curahan kerja suami pada kegiatan usahatani padi. Hal ini ada hubungannya dengan rumahtangga sebagai pengambil keputusan yaitu setiap anggota rumahtangga petani dapat memutuskan bagaimana mengalokasikan jumlah waktu terbatas yang dimilikinya diantara pilihan untuk bekerja untuk memperoleh penghasilan, dan menentukan apakah anggota rumahtangga suami akan memilih suatu pekerjaan yang mana diantara pekerjaan-pekerjaan tersebut yang memberikan pendapatan yang lebih baik. Adanya keterbatasan waktu yang dimiliki, jika curahan kerja suami pada non usahatani meningkat maka curahan kerja suami pada usahatani padi akan menurun. Tabel 7. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Curahan Kerja Suami pada Usahatani Padi Variabel Notasi Parameter Dugaan Taraf Nyata Elastisitas Intersep INTERSEP 148.1201 .0001 Curahan Kerja Suami pada Non Usahatani CKSNU -0.53126 .0001 -0.48 Tenaga Kerja Luar Keluarga TKLK -0.43014 0.1383 -0.30 Pendidikan Suami PDS -0.74649 0.6640 -0.12 Luas Lahan LL 0.004132 0.0421 0.29 R 2 0.4326 Curahan kerja suami pada usahatani padi tidak respon terhadap curahan kerja suami pada kegiatan non usahatani. Hal ini memberikan gambaran bahwa peningkatan curahan kerja di non usahatani tidak mengakibatkan terjadi penurunan yang cukup berarti pada curahan kerja pada kegiatan usahatani padi karena di lokasi penelitian pada mumnya kegiatan non usahatani dilakukan tidak mengganggu kegiatan usahatani padi. Hal ini sejalan yang dikemukakan Syukur 1988 bahwa rumahtangga pedesaan umumnya tidak hanya bekerja pada satu macam pekerjaan saja dan keterlibatan rumahtangga tani untuk bekerja di non usahatani karena: 1 kegiatan usahatani padi bersifat musiman, sehingga pada musim sepi di usahatani padi maka suami akan memanfaatkan waktu yang tersedia untuk mencari kesempatan kerja lain non usahatani yang tersedia 2 usahatani padi seringkali dihadapkan pada resiko kegagalan panen, sehingga perlu cadangan pendapatan dari kegiatan lain 3 pendapatan dari usahatani di peroleh pada waktu panen. Di lain pihak rumahtangga tani memerlukan biaya hidup untuk kebutuhan setiap hari, sehigga untuk mengatasi hal ini rumahtangga tani mencoba bekerja pada kegiatan yang langsung dapat memberikan pendapatan 4 untuk sebagian besar rumahtangga tani, kesempatan kerja dan pendapatan dari usahatani padi saja tidak mencukupi kebutuhan hidup keluarga. Tenaga kerja luar keluarga TKLK berhubungan negatif dan berpengaruh tidak nyata terhadap curahan kerja suami pada usahatani padi. Artinya jika penggunaan kerja tenaga kerja luar keluarga yang digunakan petani bertambah maka curahan kerja suami pada usahatani berkurang. Dengan bertambahnya tenaga kerja luar keluarga digunakan dalam usahatani maka akan bertambah pula biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja luar keluarga dan curahan kerja suami pada usahatani padi makin berkurang. namun dengan bertambahnya pengggunaan tenaga kerja luar maka suami mempunyai waktu lebih besar pada non usahatani. Petani lebih memilih untuk mengeluarkan biaya untuk membayar upah tenaga kerja luar keluarga untuk bekerja pada lahan usahataninya dari pada petani tersebut yang bekerja sendiri. Hal ini pada umumnya dilakukan pada saat pengolahan tanah, penanaman dan, panen. Respon curahan kerja suami pada usahatani padi inelastis terhadap kerja tenaga kerja luar keluarga. Pendidikan suami PDS berhubungan negatif dan berpengaruh tidak nyata terhadap curahan kerja suami pada usahatani padi. Hal ini berarti ada keterkaitan antara pendidikan dengan curahan kerja suami pada usahatani, artinya semakin tinggi tingkat pendidikan maka curahan kerja suami pada usahatani berkurang. Namun berdasarkan hasil penelitian bahwa tingkat pendidikan suami masih rendah yaitu pada tingkat pendidikan dasar. Ada indikasi bahwa dengan pendidikan rendah maka petani kurang mampu mengadopsi teknologi lebih baik sesuai yang dianjurkan dan hal ini dapat menyebabkan produktivitas padi yang dihasilkan masih rendah. Walaupun secara statistik pendidikan suami tidak berpengaruh nyata terhadap curahan kerja pada usahatani namun pada dasarnya pendidikan dan keterampilan sangat dibutuhkan pada kegiatan usahatani untuk mempermudah penyerapan teknologi dalam pengelolaan usahatani sehingga petani mampu menerapkan teknologi yang dianjurkan dalam kegiatan usahataninnya sehingga dapat meningkatkan produktivitas usahatani padi. Dengan pendidikan yang tinggi maka petani dapat mengelola usahataninya secara efektif dan efisien dan dilain pihak pada masa sepi di usahatani maka petani akan memanfaatkan waktunya untuk mencurahkan kerja pada non usahatani karena dengan pendidikan tinggi maka petani akan lebih mudah mendapatkan kesempatan kerja untuk memperoleh penghasilan sehingga dapat menambah pendapatan keluarga. Luas lahan LL berhubungan positif dan berpengaruh nyata pada taraf 4 persen terhadap curahan kerja suami pada usahatani padi. Ada saling keterkaitan antara luas lahan yang dimiliki dengan besarnya curahan kerja yang digunakan. Semakin luas lahan yang dikelola maka secara langsung akan meningkatkan curahan kerja pada kegiatan usahatani tersebut, sehingga untuk mengalokasikan curahan kerjanya cenderung dipengaruhi oleh besar kecilnya kepemilikan lahan. Berdasarkan hasil penelitian bahwa luasan kepemilikan lahan sawah rata-rata sebesar 0.7 hektar, ini berarti bahwa dengan keterbatasan lahan yang dimiliki maka petani akan cenderung melakukan kegiatan non usahatani terutama pada saat setelah tanam dan setelah panen padi. Dengan sempitnya lahan yang dimiliki maka petani akan berusaha mencari pekerjaan di non usahatani dalam rangka peningkatan pendapatan untuk mencukupi kebutuhan keluarga. P ada Tabel 7 terlihat bahwa curahan kerja pada usahatani padi tidak respon terhadap luas areal yang diusahakan. Ini berarti bahwa dengan meningkatnya luas lahan satu persen hanya meningkatkan curahan kerja isteri pada kegiatan usahatani padi sebesar 0.29 persen. Hal ini diduga ada hubungananya dengan terbatasnya penggunaan input-input pertanian, sehingga rumahtangga dalam mengusahakan usahatani padi cenderung lebih mengarah kepada tujuan konsumsi sendiri sehingga curahan kerjanya juga tidak terlalu besar.

6.1.2. Curahan Kerja Isteri pada Usahatani Padi