II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Curahan Kerja
Cukup banyak penelitian-penelitian terdahulu tentang curahan kerja dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap curahan kerja pada kegiatan usahatani
seperti, Rochaeni dan Lakollo 2005 menjelaskan tentang curahan waktu kerja pada usahatani adalah jumlah jam kerja yang dicurahkan anggota rumahtangga
pada usahatani. Curahan waktu kerja pada usahatani dibagi menjadi curahan waktu kerja suami dan curahan waktu kerja isteri. Curahan waktu kerja suami
pada usahatani padi dipengaruhi oleh curahan waktu kerja suami pada usahatani non padi, biaya tenaga kerja luar keluarga, pengeluaran total rumahtangga, umur
suami, dan pendidikan suami. Curahan waktu kerja isteri pada usahatani dipengaruhi oleh curahan waktu kerja isteri pada non usahatani, biaya tenaga kerja
luar keluarga, pengeluaran total rumah tangga, dan jumlah anak balita. Curahan waktu kerja pada non usahatani adalah jumlah waktu yang
dicurahkan anggota rumah tangga untuk kegiatan non usahatani. Curahan waktu kerja pada non usahatani terdiri dari curahan waktu kerja suami dan curahan kerja
isteri, dan curahan waktu kerja anak. Curahan waktu kerja suami pada non usahatani dipengaruhi oleh pendapatan suami pada non usahatani, curahan waktu
kerja pada usahatani, umur suami, dan pendidikan suami. Curahan waktu kerja isteri pada non usahatani dipengaruhi oleh pendapatan dari non usahatani, curahan
waktu kerja pada usahatani dan jumlah anak balita. Curahan waktu kerja anak pada non usahatani dipengaruhi oleh pendapatan anak pada non usahatani, umur
anak, dan pendidikan anak Rochaeni dan Lakollo, 2005.
Nurmanaf 1989 dalam penelitiannya mengenai alokasi curahan kerja rumahtangga pedesaan di Lampung menemukan bahwa curahan kerja
rumahtangga dipengaruhi oleh faktor-faktor pendorong yang ada pada rumahtangga itu sendiri dan faktor penarik dari luar. Identifikasi faktor-faktor
yang mempengaruhi curahan kerja dibatasi pada faktor-faktor di tingkat rumahtangga dan dirinci kedalam tiga sektor kegiatan yaitu, kegiatan usaha
pertanian, buruh pertanian dan luar pertanian. Faktor-faktor yang berpengaruh pada curahan jam kerja rumahtangga, pendidikan, jumlah angkatan kerja
rumahtangga, luas lahan pertanian yang dimiliki, dan perbedaan agroekologi daerah sawah dan lahan kering.
Menurut Soepriati 2006 bahwa curahan kerja untuk meningkatkan produksi dipengaruhi oleh curahan kerja luar usaha terutama untuk tanaman padi
yang lebih banyak membutuhkan tenaga kerja luar keluarga. Peningkatan curahan kerja luar keluarga sangat dipengaruhi oleh besarnya upah yang diperoleh.
Curahan kerja di luar usahatani sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, umur, pendapatan yang diharapkan. Curahan kerja pada usahatani dipengaruhi oleh
pendapatan dari usahatani, curahan kerja luar keluarga, jumlah anggota keluarga dan curahan kerja non usahatani.
Penelitian Sumaryanto 1989 menemukan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh nyata dalam penawaran tenaga kerja pada usahatani padi adalah
tingkat upah riil, luas lahan garapan, pendapatan di luar usahatani padi, status garapan, faktor kelembagaan hubungan kerja, dan kondisi agroekosistem. Jumlah
anggota rumahtangga usia kerja, beban tanggungan dan harga gabah riil tidak berpengaruh nyata.
Mangkuprawira 1985 mengkaji alokasi dan kontribusi kerja anggota keluarga di Sukabumi, Jawa Barat. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa
tampak nyata alokasi suami dan istri dalam mencari nafkah dipengaruhi oleh faktor-faktor demografis, ekonomi dan ekologi. Faktor imbalan kerja suami dan
istri berpengaruh nyata dan positif terhadap alokasi waktu suami dan istri dalam mencari nafkah. Pola pengeluaran rumahtangga berhubungan nyata dengan faktor-
faktor pendapatan rumahtangga, pendidikan suami, tipe alokasi dan musim. Tingkat partisipasi wanita diduga tergantung pada tiga faktor. Pertama,
dalam masyarakat yang tingkat fertilisasinya tinggi sehingga ukuran tenaga kerja normal adalah tidak besar, wanita muda tidak berkarir dan tidak akses pada
pendidikan dan pelatihan. Kedua, jika rata-rata tingkat fertilisasi tinggi, fertilisasi menekan aktivitas wanita. Kondisi tenaga kerja anak bisa digunakan sebagai
subtitusi bagi bentuk tenaga kerja yang lain, ini bisa timbul pada masyarakat kota maupun desa yang berpenghasilan rendah. Pembatasan penggunaan tenaga kerja
anak, akan meningkatkan partisipasi tenaga kerja wanita, yang semestinya disubtitusikan oleh tenaga kerja anak. Oleh karena itu bukan hanya dengan
menggalakkan penurunan tingkat kesuburan wanita, tetapi juga perbaikan posisi bersaing wanita dalam pasar tenaga kerja, akan meningkatkan partisipasi tenaga
kerja wanita. Ketiga, aktivitas ekonomi wanita dibatasi oleh aktivitas pemeliharaan anak. Hal ini juga tergantung pada ketersediaan tenaga kerja
alternatif untuk aktifitas pemeliharaan anak, terutama oportuniti biaya relatif pemeliharaan anak terhadap pendapatan wanita Standing, 1978
Penyerapan tenaga kerja pada usahatani padi di Jawa Barat tanpa membedakan pria dan wanita menunjukkan bahwa alokasi waktu kerja bagi setiap rumahtangga
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : 1 pola hidup, 2 pemilikan aset produktif, 3 keadaan sosial ekonomi rumahtangga, 4 tingkat upah, dan 5
karakteristik yang melekat pada setiap anggota rumahtangga Irawan, et al, 1988. Berdasarkan hasil penelitian-penelitian di atas, disimpulkan bahwa
curahan waktu kerja pada usahatani adalah jumlah jam kerja yang dicurahkan anggota rumahtangga baik pada kegiatan usahatani maupun non usahatani dan
secara umum bahwa curahan kerja suatu rumahtangga pada suatu kegiatan sangat dipengaruhi oleh pendapatm yang diperoleh, jumlah anggota rumahtangga dan
pendapatan di luar usahatani. Sedangkan keputusan produksi dan konsumsi rumahtangga saling terkait sehingga perlu dilakukan analisis secara simultan.
2.2. Pendapatan dan Pengeluaran Rumahtangga