Pendapatan dan Pengeluaran Rumahtangga

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : 1 pola hidup, 2 pemilikan aset produktif, 3 keadaan sosial ekonomi rumahtangga, 4 tingkat upah, dan 5 karakteristik yang melekat pada setiap anggota rumahtangga Irawan, et al, 1988. Berdasarkan hasil penelitian-penelitian di atas, disimpulkan bahwa curahan waktu kerja pada usahatani adalah jumlah jam kerja yang dicurahkan anggota rumahtangga baik pada kegiatan usahatani maupun non usahatani dan secara umum bahwa curahan kerja suatu rumahtangga pada suatu kegiatan sangat dipengaruhi oleh pendapatm yang diperoleh, jumlah anggota rumahtangga dan pendapatan di luar usahatani. Sedangkan keputusan produksi dan konsumsi rumahtangga saling terkait sehingga perlu dilakukan analisis secara simultan.

2.2. Pendapatan dan Pengeluaran Rumahtangga

Pendapatan rumahtangga petani berasal dari berbagai sumber dengan kontribusi masing-masingnya bervariasi antara daerah, agroekosistem, dan antara kelompok pendapatan. Kontribusi sektor pertanian terhadap struktur pendapatan rumahtangga pedesaan sangat dipengaruhi oleh sumberdaya, aksesibilitas terhadap penguasaan modal, ketrampilan dan teknologi, selain itu pula bahwa jumlah anggota rumahtangga, luas lahan dan alokasi tenaga kerja juga dapat mempengaruhi pendapatan rumahatangga. Sedangkan Pengeluaran rumahtangga petani menunjukkan pola yang berbeda berdasarkan kelompok pendapatan, agroekosistem, pendapatan total keluarga, jumlah anggota rumah tangga dan pengeluaran untuk investasi pendidikan. Pengeluaran untuk konsumsi pangan tetap utama dan meningkat dengan peningkatan pendapatan. Dewasa ini sumber pendapatan sebagian besar rumahtangga tidak hanya dari satu sumber, melainkan dari beberapa sumber atau dikatakan rumahtangga tersebut melakukan diversifikasi pekerjaan atau memiliki aneka ragam sumber pendapatan Susilowati et al, 2002 Sejalan dengan hal tersebut maka Andriati 2003 menyatakan bahwa sumber pendapatan rumahtangga petani terutama berasal dari pendapatan non pertanian dan yang terbesar berasal dari pria. Untuk total pendapatan rumahtangga petani per tahun, pendapatan agroekosistem dataran tinggi sedikit berbeda dari dataran rendah karena adanya sumber pendapatan lain. Pengeluaran rumahtangga petani menunjukkan pola yang berbeda berdasarkan kelompok pendapatan dan agroekosistem. Pengeluaran untuk konsumsi pangan tetap utama dan meningkat dengan peningkatan pendapatan, demikian pula pada agroekosistem dataran rendah dan tinggi. Pengeluaran untuk konsumsi non pangan pada agroekosistem dataran tinggi meningkat dengan peningkatan pendapatan, namun pada agroekosistem dataran rendah konsumsi non pangan pada kelompok pendapatan menengah lebih kecil dari kelompok pendapatan rendah. Pengeluaran untuk investasi pada agroekosistem dataran rendah menitikberatkan pada investasi pendidikan baik pada kelompok pendapatan tinggi, menengah, dan kelompok pendapatan rendah. Pada agroekosistem dataran tinggi, titik berat investasi pendidikan hanya pada kelompok pendapatan menengah. Sedang pada kelompok pendapatan tinggi, investasi aset rumahtangga lebih diutamakan, namun kelompok pedapatan rendah lebih mengutamakan investasi kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian Gunawan dan Sodikin 1990 menunjukkan bahwa pendapatan rumahtangga petani di desa tanah kering lebih tinggi daripada daerah persawahan. Becker 1985 menyatatakan bahwa pendapatan per jam wanita yang belum kawin melebihi pendapatan per jam wanita yang sudah kawin pada pasar kerja yang sama karena wanita yang sudah kawin mempunyai anak dan bertanggungjawab atas pemeliharaannya. Fenomena meningkatnya partisipasi angkatan kerja wanita disertai dengan menurunnya fertilitas. Penurunan tingkat fertilitas berarti jumlah anak sedikit sehingga wanita mempunyai energi yang lebih banyak dan waktu yang lebih fleksibel untuk masuk ke angkatan kerja. Kontribusi sektor pertanian terhadap struktur pendapatan rumahtangga pedesaan sangat dipengaruhi oleh sumberdaya, aksesibilitas terhadap penguasaan modal dan keterampilan, serta teknologi Sudaryanto dan Syafaat 1993. Hasil penelitian Hadi 1985, menyimpulkan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi pencurahan tenaga kerja pada kegiatan di luar pertanian dan pendapatan rumahtangga pedesaan yaitu: 1 jumlah anggota rumahtangga, 2 jarak dari desa ke kota kabupaten terdekat, dan 3 pendapatan bersih per hari pada kegiatan non pertanian. Alokasi tenaga kerja pedesaan pada berbagai sumber pendapatan dimungkinkan karena tersedianya alternatif kesempatan kerja pada berbagai bidang, terutama sektor non pertanian. Chuzaimah 2006 menyimpulkan bahwa tingkat pendapatan dan pengeluaran petani peserta Rice Estate lebih besar dibandingkan petani non peserta. Dimana luas lahan dan jumlah pestisida berpengaruh nyata terhadap produksi peserta dan non peserta. Luas lahan, upah, pendapatan dari usahatani dan usia kepala keluarga berpengaruh nyata terhadap tenaga kerja keluarga pada usahatani. Alokasi tenaga kerja di luar usahatani dan pendapatan total berpengaruh nyata terhadap pendapatan di luar usahatani. Pendapatan total, jumlah tanggungan keluarga dan pendidikan istri berpengaruh nyata terhadap konsumsi pangan. Produksi tahun lalu, konsumsi pangan, dan total pendapatan berpengaruh nyata terhadap stok peserta serta konsumsi pangan dan pendapatan total terhadap non peserta. Pendidikan kepala keluarga berpengaruh nyata terhadap rekreasi peserta dan pendapatan total, luas lahan dan dummy asal petani terhadap non peserta. Soepriati 2006 dalam penelitiannya menyatakan bahwa pola pengeluaran rata-rata rumah tangga petani lahan sawah menunjukkan bahwa konsumsi pangan lebih besar dari non pangan yang dipenuhi dari pendapatan non usahatani. faktor- faktor yang mempengaruhi peningkatan produksi usahatani padi, ubi jalar, dan ubi kayu adalah kepemilikan lahan, curahan kerja keluarga dan penggunaan pupuk. Curahan kerja di luar usahatani sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, umur, dan pendapatan yang diharapkan. Curahan kerja pada usahatani dipengaruhi oleh pendapatan dari usahatani, curahan kerja luar keluarga, jumlah anggota keluarga dan curahan kerja non usahatani. Pengeluaran konsumsi pangan sangat dipengaruhi oleh pendapatan total keluarga, jumlah anggota rumah tangga dan pengeluaran untuk investasi pendidikan. Hasil penelitian Sarasutha, et al, 2003 menunjukkan bahwa sumber pendapatan rumahtangga petani di Sulawesi Tengah terutama berasal dari usahatani tanaman pangan. Sedangkan dari sektor non pertanian berasal dari dagang, usaha atau pekerja jasa, buruh bangunan, buruh industri, pegawai negeri atau pegawai swasta, dan lain-lain. Sumber pedapatan rumahtangga petani yang mengusahakan komoditas pangan sebagian besar 92.37 persen berasal dari sektor pertanian, sedangkan non pertanian hanya 7.63 persen. Usahatani tanaman pangan memberikan kontribusi terbesar 43.60 persen, kontribusi pendapatan yang cukup besar juga didapatkan dari usahatani perkebunan 28.14 persen dan usahatani ternak 13.92 persen. Pengeluaran dari kelompok makanan padi-padian terhadap total pengeluaran pangan memiliki kontribusi terbesar baik secara agregat, daerah kota, maupun bagi rumahtangga dengan kelas pendapatan berbeda. Terdapat kecendrungan pangsa pengeluaran kelompok padi-padian di kota lebih rendah daripada di desa serta juga terdapat kecendrungan pangsa tersebut makin rendah dengan makin tingginya pendapatan. Untuk kelompok ikan, daging, telur dan susu, kacang-kacangan, buah-buahan, makanan dan minuman jadi, pangsa pengeluaran masing-masing kelompok tersebut bagi rumahtangga di kota lebih tinggi daripada di desa Sarasutha, et al, 2003 Pengeluaran rumahtangga petani yang mengusahakan komoditas pangan sebesar 58.16 persen, merupakan pengeluaran pangan Pengeluaran terbesar untuk makanan pokok berupa lauk pauk, sayur, dan buah sebesar 40.86 persen. Pengeluaran non pangan sebesar 41.84 persen dengan persentase terbesar pengeluaran untuk bahan bakar dan penerangan sebesar 9.26 persen serta pendidikan sebesar 8.65 persen. Rata-rata pengeluaran rumahtangga petani Sulawesi Tengah sebesar 60.04 persen berupa pengeluaran pangan, sedangkan pengeluaran untuk makanan pokok, lauk pauk, sayur, dan buah sebesar 36.82 persen. Pengeluaran non pangan sebesar 39.96 persen dengan pengeluaran terbesar untuk bahan bakar dan penerangan sebesar 11.87 persen. Pengeluaran rumahtangga yang mengusahakan komoditas padi sawah sebesar 53.58 persen merupakan pengeluaran pangan, sebagian besar pengeluaran berupa makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah sebesar 34.04 persen. Pengeluaran non pangan sebesar 46.42 persen dengan pengeluaran terbesar berupa bahan bakar dan penerangan sebesar 11.50 persen, pengeluaran lain-lain untuk upacara keagamaan sebesar 4.96 persen Sarasutha, et al, 2003 . Berdasarkan hasil-hasil penelitian tersebut nampaknya bahwa sumber pendapatan rumahtangga dapat berasal dari pendapatan disektor pertanian maupun non pertanian, sedangkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pendapatan seperti jumlah anggota keluarga, alokasi tenaga kerja dan sebagainya. Sedangkan pengeluaran konsumsi pangan sangat dipengaruhi oleh pendapatan total keluarga, jumlah anggota rumah tangga dan pengeluaran untuk investasi pendidikan.

2.3. Studi Empiris Model Ekonomi Rumahtangga