tenaga kerja dan pendapatan pada kegiatan di luar usahatani. Hal ini disebabkan karena disamping potensi tenaga kerjanya makin besar, kebutuhan hidup
rumahtangga juga makin besar. Sebaliknya makin kecil jumlah anggota rumahtangga maka makin kecil pula pencurahan tenaga kerja dan pendapatan di
luar usahatani. Jumlah anak yang sekolah rata-rata 1.69 orang. Tidak semua rumahtangga
petani mempunyai anak balita dan rata-rata hanya memiliki 1.04 orang dari jumlah rumahtangga yang mempunyai balita dan ini sesuai dengan kondisi usia
kepala keluarga diatas 41 tahun dan umur isteri yang berada di atas 36 tahun. Adanya kepemilikaan anak balita dalam suatu rumahtangga petani maka akan
mempengaruhi curahan kerja isteri dalam mengaloakasikan waktunya baik untuk kegiatan pada usahatani padi, kegiatan non usahatani maupun kegiatan
tumahtangga. Dengan adanya anak balita dalam rumahtangga maka ada indikasi bahwa isteri akan lebih banyak melakukan kegiatan rumahtangga untuk mengurus
anak balita jika dibandingkan dengan melakukan kegiatan di usahatani padi maupun kegiatan non usahatani, apalagi jika dalam suatu rumahtangga tidak
memiliki tenaga kerja lain baik tenaga kerja dalam keluarga maupun tenaga kerja luar keluarga untuk membantu mengasuh anak balita tersebut.
5.3. Alokasi Curahan Kerja Anggota Rumahtangga Petani
Alokasi curahan kerja anggota rumahtangga petani digolongkan dalam dua kegiatan yaitu: kegiatan mencari nafkah dan kegiatan tidak mencari nafkah.
Kegiatan mencari nafkah yaitu: kegiatan yang dilakukan oleh anggota rumahtangga yang menghasilkan pendapatan berupa uang atau barang untuk
memenuhi kebutuhan hidup dalam rumahtangga. Kegiatan mencari nafkah oleh
anggota rumahtangga petani dilakukan pada kegiatan usahatani padi dan non usahatani. Kegiatan non usahatani berupa berdagang, karyawan baik bekerja pada
pemerintahan maupun swasta, selain itu pula melakukan kegiatan non usahatani dibidang jasa meliputi: sopir, tukang ojek, buruh bangunan dan pembantu
rumahtangga. Sedangkan kegiatan tidak mencari nafkah yaitu kegiatan yang dilakukan oleh anggota rumahtangga yang tidak menghasilkan pendapatan.
Kegiatan ini berupa pekerjaan dalam rumahtangga atau kegiatan dalam pemanfaatan waktu luang. Keputusan untuk memaksimumkan pendapatan oleh
setiap anggota rumahtangga dalam usahatani ataupun non usahatani dilakukan dengan mengalokasikan waktu kerja riil yang dimiliki setiap anggota rumahtangga
yaitu pilihan untuk bekerja di dalam usahtani padi ataupun non usahatani. Analisis mengenai alokasi curahan kerja dalam penelitian ini meliputi curahan
kerja suami, isteri, dan anak termasuk anggota rumahtangga lainnya. Alokasi curahan kerja pada kegiatan usahatani padi terdiri dari alokasi
waktu curahan suami dan alokasi waktu kerja isteri. Alokasi waktu curahan pada kegiatan non usahatani terdiri dari alokasi curahan kerja suami, alokasi curahan
kerja isteri, dan alokasi curahan kerja anak. Tabel 4. Alokasi Curahan Kerja Rata-rata Anggota Rumahtangga Petani Lahan
Sawah di Kabupaten Donggala tahun 2008. HOKTahun
Non usahatani Anggota
Rumah tangga
Usaha tani
padi Karya-
wan Dagang Jasa Jumlah
Total Curahan
kerja Suami
Isteri Anak
104.62 40.76
72.00 28.00
128.04 126.84
150.26 31.24
90.96 90.94
65.83 68.59
250.22 283.62
218.85 33.24
37.68 29.08
354.84 324.38
218.85 39.51
36.12 24.37
Jumlah 145.38 100 405.14 122.20 225.4 752.7 100 898.07 100
Pada Tabel 4 menunjukkan bahwa alokasi curahan kerja anggota rumahtangga petani pada usahatani padi sebesar 145.38 HOK per tahun yang
meliputi curahan kerja suami sebesar 104.62 HOK per tahun dan ini merupakan curahan kerja terbesar dalam rumahtangga. Begitu pula dengan total curahan kerja
seluruh anggota rumahatangga yang paling besar mencurahkan kerjanya selama setahun adalah suami yaitu sebesar 354.84 HOK per tahun kemudian isteri sebesar
324.38 HOK per tahun, dan anak 218.85 HOK per tahun. Ini disebabkan karena suami sebagai kepala rumahtangga yang memiliki tanggung jawab yang besar
terhadap anggota rumahtangga untuk mencari nafkah. Dalam usahatani padi, kegiatan terbesar umumnya dilakukan pada saat
pengolahan tanah, penanaman dan panen. Curahan kerja isteri pada usahatani padi sebesar 40.76 HOK per tahun. Curahan kerja isteri terhadap kegiatan
usahatani lebih rendah dibandingkan dengan suami karena pada umumnya isteri lebih banyak membantu dalam kegiatan penanaman, dan panen. Isteri juga lebih
banyak mencurahkan kerjanya pada kegiatan dalam rumahtangga seperti kegiatan memasak, mencuci, dan aktivitas rumahtangga lainnya khususnya mengasuh anak
bagi isteri yang memiliki anak balita. Isteri memiliki peran ganda dalam rumahtangga yaitu disamping membantu suami bekerja dalam kegiatan usahatani
dan non usahatani juga mengatur rumahtangga sebagai ibu rumahtangga. Anak tidak terlibat dalam kegiatan usahatani padi karena pada umumnya anak-anak
masih bersekolah sehingga untuk kegiatan produktif sangat kurang, dan bagi anak yang tidak bersekolah lagi pada umunya anak tersebut lebih mencurahkan pada
kegiatan non pertanian.
Alokasi curahan kerja anggota rumahtangga petani pada kegiatan non usahatani adalah jumlah jam kerja anggota rumahtangga petani yang dicurahkan
untuk kegiatan mencari nafkah pada non usahatani yang dilakukan dalam satu tahun. Pada Tabel 4 terlihat bahwa alokasi curahan kerja anggota rumahtangga
pada kegiatan non usahatani yaitu bekerja sebagai karyawan baik di pemerintahan maupun swasta, berdagang, dan jasa. Bidang jasa meliputi jasa tukang ojek,
sopir angkot, buruh bangunantukang kayu, buruh dagang dan buruh tukang cuci. Ini sejalan dengan Elizabeth 2007 menyatakan bahwa penyerapan tenaga kerja
di luar sektor pertanian di pedesaan cenderung sebagai tenaga buruh kasar kurang membutuhkan keterampilan dan pendidikan formal, hanya pada pengalaman
yang mereka kuasai. Banyak penduduk desa sebagai pedagang dengan skala usaha kecil-kecilan
temasuk pedagang pasar hasil pertanian, pedagang keliling, pedagang di kioswarung, berburuh sebagai buruh tukang kayu dan batu atau pekerjaan yang
memerlukan keterampilan dalam menjual jasa sebagai tukang ojek, sopir angkot. Hal ini ada hubungannya dengan pendidikan petani pada lokasi penelitian hanya
pada tingkat pendidikan dasar. Menurut Widodo 1997 bahwa faktor pendidikan merupakan variabel sangat penting dalam rangka memacu kemandirian bangsa
dalam menggapai tujuan karena pendidikan merupakan variabel masukan input yang memiliki determinasi kuat terhadap kualitas manusia individu dan
penduduk sosial. Masukan dari kualitas akan menghasilkan output berupa produktivitas, kreativitas, etos kerja, dan kemandirian baik di sektor ekonomi
mauoun di sektor non ekonomi.
Alokasi curahan kerja suami yaitu sebesar 250.22 HOK per tahun, isteri sebesar 283.62 HOK per tahun dan anak sebesar 218.85 HOK per tahun. Dilihat
dari jumlah curahan kerja non usahatani secara keseluruhan maka alokasi curahan kerja rumahtangga lebih banyak dicurahkan ke non usahatani sebagai karyawan
yaitu anggota rumahtangga yang bekerja di pemerintahan maupun swasta. Ini diduga bahwa bekerja sebagai karyawan lebih baik dan lebih bergengsi walaupun
kebanyakan dari anggota rumahtangga umumnya bekerja hanya sebagai pekerja harian. Hal ini banyak dilakukan pada anak dengan curahan kerja sebagai
karyawan sebesar 150.26 HOK per tahun. Tabel 4 menunjukkan bahwa anak tidak mencurahkan kerja di kegiatan
usahatani padi tetapi lebih banyak mencurahkan kerjanya pada kegiatan non usahatani baik sebagai karyawan maupun jasa. Menurut Antara 2007 bahwa
saat ini bidang pertanian kurang diminati oleh pemuda pedesaan apalagi perkotaan karena banyak anak berpikir bahwa pertanian identik dengan cangkul, caping,
selalu bergelut tanah atau lumpur dan terkesan kotor, kolot dan kerja keras dan ditambah dengan penyempitan lahan pertanian yang diikuti oleh pertambahan
jumlah penduduk. Berdasarkan pada Tabel 4 terlihat bahwa jumlah pencurahan kerja seluruh
anggota rumahtangga maka alokasi curahan kerja pada kegiatan non usahatani sebesar 752.69 HOK per tahun. Ini berarti bahwa rumahtangga petani padi lebih
giat bekerja pada non usahatani dibandingkan dengan kegiatan usahatani padi dengan total curahan kerja seluruh anggota rumahtangga sebesar 145.38 HOK per
tahun. Hal ini diduga bahwa dalam pengelolaan usahatani khususnya padi, kegiatan usahatani yang cukup banyak mencurahan kerja pada saat pengolahan
lahan, penanaman, dan panen sedangkan tahap lain pada kegiatan pengelolaan padi relatif kurang membutuhkan curahan kerja. Ini sesuai yang dinyatakan Sawit
1986, bahwa ada dua hal yang mempenguhi pasar tenaga kerja yaitu : 1 ada masa amat kekurangan pekerjaan di desa yaitu pada masa sepi di kegiatan
pertanian, dimana pada masa ini kegiatan non pertanian makin menonjol, mungkin pekerjaan non pertanian dikerjakan di desa sekitarnya atau bermigrasi
sirkulasi ke kota 2 ada masa sibuk pertanian dimana permintaan tenaga kerja begitu tinggi, dan upah diperkirakan akan meningkat dimasa tersebut, atau
setidaknya konsumen buruh akan memberikan berbagai insentif tertentu agar buruh bersedia bekerja di tempatnya. Dalam masa ini diperkirakan kegiatan non
pertanian akan terhenti atau berkurang. Pekerjaan non usahatani umumnya merupakan pekerjaan sampingan yaitu
pekerjaan non usahatani yang dilakukan pada saat kegiatan mulai berkurang misalnya setelah tanam dan menunggu waktu panen atau saat musim kemarau tiba
dan kegiatan non usahatani ini dilakukan bertujuan untuk meningkatkan pendapatan rumahtangga petani tersebut. Berdasarkan hasil penelitian pada desa
contoh bahwa penerapan pola tanam sangat tergantung pada pengelolaan dan ketersediaan air pada lahan sawah tersebut. Pada desa contoh lahan sawah adalah
berpengairan teknis dengan pola tanam yang diterapkan adalah padi – padi – bera. Hal ini juga menunjang kesempatan petani untuk memanfaatkan waktu luangnya
atau saat sepi di usahatani akan mencurahkan kerjanya pada kegiatan non usahatani. Hal ini sesuai yang dinyatakan Ravianto 1985 bahwa penyerapan
tenaga kerja dipengaruhi oleh intensitas dan pola tanam.
5.4. Kontribusi Pendapatan Anggota Rumahtangga Petani