Pendapatan Suami dari Non Usahatani

Apabila petani memperluas lahan garapan maka akan meningkatkan curahan tenaga kerja, dan dengan perbaikan teknologi diharapkan dapat meningkatkan produksi dan menambah penghasilan petani. Sejalan yang dinyatakan Hasni, et al , 1999 dalam Sahara dan Idris 2007 bahwa semakin luas areal usahatani makin banyak pula tenaga kerja yang dibutuhkan atau sebaliknya makin sempit areal usahatani makin sedikit pula penggunaan tenaga kerja.

6.4. Pendapatan

Dalam penelitian ini pendapatan meliputi pendapatan dari usahatani padi dan pendapatan dari non usahatani. pendapatan dari non usahatani terdiri dari pendapatan suami, pendapatan isteri, dan pendapatan anak dari non usahatani. Pendapatan rumahtangga dari usahatani padi merupakan pengurangan penerimaan usahatani padi dengan biaya produksi usahatani padi. Penerimaan usahatani padi merupakan hasil perkalian dari produksi padi yang dihasilkan dan harga jual padi dalam bentuk gabah kering giling. Pendapatan rumahtangga dari non usahatani adalah penjumlahan dari pendapatan suami, pendapatan isteri, dan pendapatan anak dari non usahatani.

6.4.1. Pendapatan Suami dari Non Usahatani

Pada Tabel 13 terlihat bahwa hasil dugaan parameter pendapatan suami pada non usahatani PSNUT menunjukkan bahwa semua tanda dugaan parameter variabel penjelas sesuai dengan yang diharapkan atau sesuai hipotesis. Koefisien determinasi yang diperoleh sebesar 0.53.37, ini berarti bahwa keragaan pendapatan suami pada non usahatani sebesar 53.37 persen dapat dijelaskan oleh variabel curahan kerja suami pada non usahatani CKSNU, umur suami USM, dan pendidikan suami PDS. Berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa curahan kerja suami dari non usahatani berhubungan positif dan berpengaruh nyata pada taraf 1 persen terhadap pendapatan suami dari non usahatani. Hal ini berarti bahwa ada keterkaitan antara curahan kerja suami dari non usahatani terhadap pendapatan suami dari non usahatani. Jika terjadi peningkatan curahan kerja suami pada non usahatani maka akan dapat meningkatkan pendapatan suami dari non usahatani tersebut. Nilai elastisitas yang diperoleh sebesar 1.54, ini berarti bahwa dengan peningkatan satu persen curahan kerja suami pada non usahatani maka akan dapat meningkatkan pendapatan suami dari non usahatani sebesar 1.54 persen. Pada Tabel 16 terlihat bahwa umur suami berhubungan positif dan berpengaruh tidak nyata terhadap pendapatan suami dari non usahatani. Hal ini berarti bahwa dengan bertambahnya umur suami maka pendapatan suami dari non usahatani juga bertambah. Hanya saja respon curahan kerja umur tidak elastis terhadap pendapatan suami dari non usahatani. Ini berarti bahwa dengan bertambahnya umur satu persen hanya meningkatkan pendapatan sebesar 0,76 persen. Tabel 16. Hasil Dugaan Parameter Persamaan Pendapatan Suami dari Non Usahatani Variabel Notasi Parameter Dugaan Taraf Nyata Elastisitas Intersep INTERSEP -1.586E7 0.0004 Curahan Kerja Suami pada Non Usahatani CKSNU 115822.8 .0001 1.54 Umur Suami USM 130274.8 0.0074 0.76 Pendidikan Suami PDS 719345.1 0.0149 1.12 R 2 0.5337 Pendidikan suami berhubungan berhubungan positif dan berpengaruh tidak nyata terhadap pendapatan suami dari non usahatani. Hal ini berarti bahwa dengan bertambahnya pendidikan suami pada kegiatan non usahatani maka pendapatan suami dari non usahatani juga bertambah. Walaupun pendidikan suami tidak respon terhadap pendapatan suami dari non usahatani, namun pada dasarnya makin tinggi pendidikan anggota rumahtangga maka akan memiliki kesempatan yang cukup besar untuk memperoleh kesempatan kerja di non usahatani dan secara tidak langsung dapat meningkatkan pendapatan yang diperoleh. Hal ini sejalan yang dikemukakan Hadi 1985 bahwa makin tinggi tingkat pendididikan angkatan kerja maka akan memiliki peluang yang besar untuk memperoleh kesempatan kerja di sektor pertanian.

6.4.2. Pendapatan Isteri dari Non Usahatani