Total dan Retensi Karoten

47 Kadar air mengalami penurunan seiring dengan meningkatnya jumlah minyak dan maltodekstrin yang ditambahkan. Menurut Masters 1979, semakin tinggi total padatan pada bahan yang akan dikeringkan maka kadar air pada produk yang dihasilkan akan semakin rendah. Hal ini disebabkan karena total padatan yang terdapat di dalam bahan akan mempercepat laju pengeringan bahan dan banyak air yang diuapkan. Penambahan minyak dapat menurunkan kadar air karena menyebabkan meningkatnya total padatan pada bahan yang akan dikeringkan. Penambahan maltodekstrin menurunkan kadar air karena maltodekstrin memiliki viskositas yang rendah, sifat ini menyebabkannya dapat dipanaskan pada konsentrasi yang tinggi sehingga lebih sedikit air yang diabsorp dan menyebabkan mikroenkapsulat yang dihasilkan mudah mengering Simanjuntak, 2007. Kekentalan yang tinggi menunjukkan bahwa air yang terperangkap dalam struktur makin tinggi sehingga akan sulit terlepas saat pengeringan. Meningkatnya jumlah maltodekstrin, berarti juga semakin sedikit gum arab yang digunakan sehingga kekentalan menurun atau air yang terperangkap dalam struktur semakin kecil sehingga kadar air semakin rendah. Berdasarkan uji keragaman Lampiran 2, ternyata baik rasio minyak maupun penyalut memberikan pengaruh yang berbeda nyataterhadap kadar air mikroenkapsulat pada taraf signifikansi 5. Demikian juga pengaruh kombinasi dari penyalut dan minyak. Melalui uji Duncan, dapat terlihat bahwa keenam formula memberikan pengaruh berbeda nyataterhadap kadar air, yaitu semakin tinggi rasio maltodekstrin dan minyak maka kadar air semakin rendah. Formula yang mempunyai kadar air paling rendah 0.62 adalah formula dengan rasio penyalut MD:GA dan minyak 3:3:2. Rendahnya kadar air akan memperkecil peluang kerusakan mikroenkapsulat.

2. Total dan Retensi Karoten

Total karoten merupakan parameter yang penting untuk dianalisis, karena menunjukkan kemampuan penyalut dalam mempertahankan karoten setelah proses pengeringan. Adanya berbagai perlakuan selama proses dapat menyebabkan turunnya kadar karoten dalam mikroenkapsulat. Oleh 48 karenanya, formula terbaik adalah formula yang menghasilkan mikroenkapsulat dengan kandungan karoten yang tinggi. Faktor penting yang mempengaruhi kerusakan karoten selama pengolahan dan penyimpanan pangan adalah oksidasi oleh oksigen udara dan pengaruh panas. Karotenoid memiliki ikatan ganda sehingga sensitif terhadap oksidasi. Oksidasi karoten dipercepat dengan adanya cahaya, logam, panas, peroksida dan bahan pengoksida lainnya Klaui dan Bauernfiend, 1981. Oksidasi lemak tidak jenuh juga dapat menyebabkan degradasi nilai alamiah dari konstituen nonlemak seperti aroma, flavor, warna dan vitamin. Degradasi konstituen nonlemak sering terjadi serentak dengan proses oksidasi lemak, sehingga faktor-faktor yang menghambat atau mempercepat oksidasi lemak akan mempengaruhi perubahan konstituen nonlemak. Sebagai contoh ialah kerusakan karoten dan tokoferol oleh proses oksidasi lemak, tergantung dari komposisi asam lemak dan faktor-faktor lain seperti ada tidaknya antioksidan dan logam-logam sebagai pro-oksidan Ketaren, 1986. Melalui analisis karoten, dapat diketahui kadar karoten dalam mikroenkapsulat yang dipengaruhi oleh faktor-faktor selama proses pembuatan seperti cahaya dan panas yang dapat mempercepat oksidasi minyak dan karoten. Analisis total karoten dilakukan dengan cara melarutkan mikroenkapsulat ke dalam heksan dan menepatkannya dalam labu takar 25 ml setelah disaring terlebih dahulu agar dapat diukur dengan spektrofotometer. Gambar 22 menunjukkan hasil analisis total karoten dari tiap formula. Total karoten cenderung mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya jumlah maltodekstrin dan minyak yang ditambahkan. Berdasarkan analisis keragaman Lampiran 3, rasio penyalut dan minyak berpengaruh nyata terhadap total karoten pada taraf signifikansi 5. Demikian juga pengaruh dari interaksi keduanya. Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa total karoten dari keenam formula berbeda nyata. Total karoten tertinggi 82.63 ppm dimiliki oleh formula dengan rasio penyalut MD:GA dan minyak 2:3:2. Hal tersebut diduga karena gum arab yang ditambahkan masih mampu menyalut minyak dengan jumlah yang cukup banyak dan peni terhadap mikroe yang stabil sehi maltodekstrin l Peningkatan ra perlindungan te semakin sediki formula dengan karoten yang le minyak 100. meningkatkan ka karena menurunn menurunnya jum Gambar 22. Hi ber Peningka dalam sampel. H dengan peningk diduga berasal da terselaputi oleh banyak akan me Mikroenka dibandingkan mikroenkapsula 31.46 20 40 60 80 100 1: K ar ot en p p m eningkatan jumlah maltodekstrin meningkatka kroenkapsulat. Gum arab digunakan untuk mem sehingga minyak dapat terselaputi dengan ba n lebih ditujukan untuk melindungi karoten rasio maltodekstrin menyebabkan semakin n terhadap karoten, namun kemampuan menyal dikit jumlah gum arab yang ditambahkan. O gan perbandingan maltodekstrin dan gum arab g lebih tinggi dibandingkan formula 1:3 pada 100. Penambahan maltodekstrin pada formula n kandungan karoten dibandingkan dengan nurunnya jumlah gum arab yang ditambahkan jumlah minyak yang mampu disalut. Histogram kadar total karoten mikroenkapsulat berbagai formula ngkatan rasio minyak menyebabkan peningkata l. Hal ini dikarenakan peningkatan jumlah miny ngkatan jumlah karoten yang ditambahkan. Karot al dari karoten pada permukaan mikroenkapsula oleh penyalut. Oleh karenanya, formula denga n mempunyai karoten yang lebih banyak pula. oenkapsulat mempunyai kadar karoten yang n dengan karoten dalam MSM. Kadar ulat cenderung lebih rendah jika dibandingka 31.46 a 35.26 b 41.09 c 50.48 d 82.63 f 1:3:1 2:3:1 3:3:1 1:3:2 2:3:2 MD:GA:MSM 49 tkan perlindungan embentuk emulsi n baik, sedangkan oten dari oksidasi. kin meningkatnya yalut turun karena n. Oleh karenanya, ab 3:3 mempunyai da formula dengan ula 3:3:2 tidak n formula 2:3:2 hkan menyebabkan ulat MSM dengan gkatan total karoten inyak sama artinya aroten yang diukur ulat maupun yang gan minyak lebih ang berbeda jika r karoten dalam kan dalam MSM. 71.23 e 3:3:2 50 Hal tersebut disebabkan karena adanya berbagai pengaruh selama proses pembuatan seperti cahaya, panas, serta kemampuan penyalut dalam memerangkap minyak. Perbandingan kandungan karoten dalam minyak sawit merah setelahdimikroenkapsulasi dengan karoten dalam MSM awal disebut sebagai retensi karoten Lampiran 15. Semakin tinggi retensinya, berarti semakin banyak karoten yang dapat dipertahankan dalam mikroenkapsulat setelah melalui proses pembuatan. Retensi karoten dari tiap formula dapat dilihat pada Tabel 17. Formula dengan retensi karoten tertinggi adalah formula dengan rasio penyalut MD:GA dan minyak 2:3:2, yaitu 23.24. Penelitian yang telah dilakukan oleh Hadi 2009, menunjukkan bahwa mikroenkapsulat yang dikeringkan dengan spray dryer memiliki retensi karoten yang paling rendah 4.23, terlihat pada Tabel 18. Spray dryer mengalami kehilangan karoten yang besar dikarenakan suhu yang tinggi dan bahan emulsi yang terbuang di siklon dalam jumlah besar. Emulsi yang terbuang ini berawal karena kegagalan proses pembuatan bahan partikel berukuran kecil tetapi tidak seragam. Sehingga saat berada dalam chamber pengering partikel, partikel menjadi cair kembali dan membuat minyak terpisah dari emulsinya. Akhirnya menempel di dinding siklon dalam bentuk cairan kembali dan tidak menjadi serbuk. Emulsi tidak berhasil dikeringkan dengan Spray dryer oleh Hadi 2009 karena formula emulsi merupakan formula optimum dari Simanjuntak 2007 yang yang mempunyai kekentalan lebih tinggi dengan adanya CMC dan gelatin. Tabel 17. Data retensi karoten mikroenkapsulat MSM dengan berbagai formula MD:GA:MSM Retensi Karoten 1:3:1 7.96 2:3:1 9.36 3:3:1 9.72 1:3:2 15.07 2:3:2 23.24 3:3:2 20.52 51 Tabel 18. Retensi karoten mikroenkapsulat dengan berbagai alat pengering Hadi, 2009 Alat pengering Retensi karoten Oven 49.48 a Tray dryer 56.15 ac Drum Drier 12.85 b Spray drier 4.23 b Tray Dryer Modifikasi Box 74.76 c Tray Dryer Modifikasi silinder 75.99 c Perhitungan retensi pada Tabel 17 diperoleh dengan mempertimbangkan rendemen mikroenkapsulasi, yaitu dipengaruhi oleh kondisi proses yang belum optimum. Jika diasumsikan bahwa rendemen proses 100 kondisi proses diabaikan, maka retensi karoten mengalami kenaikan Tabel 19. Tabel 19. Data retensi karoten mikroenkapsulatMSM jika rendemen 100 MD:GA:MSM Retensi Karoten 1:3:1 10.65 2:3:1 11.93 3:3:1 13.90 1:3:2 17.08 2:3:2 27.96 3:3:2 24.10

3. Warna Mikroenkapsulat

Dokumen yang terkait

Optimasi Formula Mikroenkapsulat Minyak Sawit Merah Menggunakan Maltodekstrin, Gelatin dan Carboxymethyl Cellulose Dengan Proses Thin Layer Drying

5 55 152

Stabilitas Mikroenkapsulat Minyak Sawit Merah Hasil Pengeringan Lapis Tipis Selama Penyimpanan

0 24 91

Kajian Pengeringan Mikroenkapsulat Minyak Sawit Merah dengan Pengering Rak

1 48 90

Karakteristik Mikroenkapsulat Pepton Berbahan Dasar Ikan HasilTangkapan Sampingan (HTS) Multispesies Busuk dengan MetodeSpray Drying dan Bahan Penyalut Maltodekstrin

0 3 44

Reformulasi Mikroenkapsulat Minyak Sawit Merah Dengan Bahan Penyalut Maltodekstrin Dan Natrium Kaseinat Serta Aplikasinya Pada Mi Instan

2 24 71

Peningkatan Skala Produksi Mikroenkapsulat Minyak Sawit Merah Dan Aplikasinya Pada Beberapa Produk Pangan

0 5 59

Mikroenkapsulasi Vitamin E Pfad Dengan Campuran Galaktomanan Kolang-Kaling dan Gum Acasia Menggunakan Metode Spray Drying

0 3 19

Mikroenkapsulasi Vitamin E Pfad Dengan Campuran Galaktomanan Kolang-Kaling dan Gum Acasia Menggunakan Metode Spray Drying

0 1 2

THE EFFECTS OF MALTODEXTRIN AND GUM ARABICAS MICROENCAPSULATING AGENTS ON THE CHARACTERISTICS OF RED BEET (Beta vulgaris L)POWDER PRODUCED BY SPRAY DRYING METHOD PENGARUH PENGGUNAAN MALTODEKSTRIN DAN GUM ARAB SEBAGAI AGEN MIKROENKAPSULASI PADA KARAKTERIST

0 0 12

KARAKTERISTIK SERBUK BIT MERAH (Beta vulgaris L.) (METODE SPRAY DRYING) YANG DIPROSES DENGAN VARIASI TEMPERATUR INLET DAN MALTODEKSTRIN CHARACTERISTIC OF RED BEET POWDER (Beta vulgaris L.) (SPRAY DRYING METHOD) PROCESSED BY VARIATION OF INLET TEMPERATURE

0 0 12