21 minyakairarabik 2:2:1 dan 90:48:22.5. Uji stabilitas tersebut dilakukan
dengan cara mendiamkan emulsi selama 5 hari.
H. SPRAY DRYING
Spray drying adalah metode yang sering diaplikasikan untuk merubah cairan menjadi padatan. Waktu pengeringannya sangat singkat, hanya beberapa
detik. Selain kualitas produknya tinggi, kapasitas pengeringan yang tinggi membuat spray drying sering digunakan dalam industri makanan. Kapasitas
dari setiap spray drying dapat bervariasi dari beberapa gram bubuk hingga beberapa ton per jam. Ukuran partikel yang dihasilkan berkisar antara 30-
200µm Onwulata, 2005. Alat pengering tipe semprot spray dryer digunakan untuk
mengeringkan suatu larutan, campuran atau produk cair lainnya menjadi bentuk bubuk pada kadar air mendekati kesetimbangan dengan kondisi udara
pada tempat produk keluar. Beberapa parameter yang dapat dikendalikan dalam proses spray dryer antara lain : ukuran partikel, distribusi partikel,
bentuk dan ketebalan partikel, kerusakan akibat panas, densitas dan kadar air produk akhir Wirakartakusumah et al., 1989.
Masters 1974 menyatakan bahwa kecepatan penguapan dapat dipengaruhi oleh suhu inlet, suhu outlet, total padatan bahan dan suhu bahan.
Semakin tinggi suhu inlet, maka jumlah panas yang dibutuhkan untuk menguapkan bahan akan semakin sedikit sehingga kecepatan penguapan
meningkat. Kecepatan penguapan juga akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya total padatan dan suhu awal bahan. Menurut Spicer 1974,
kecepatan penguapan berpengaruh terhadap keadaan suhu produk akhir dimana bila kecepatan penguapan semakin cepat maka produk yang dihasilkan akan
semakin rendah suhunya. Bila dibandingkan dengan jenis alat pengering lainnya, pengering
semprot mempunyai beberapa kelebihan diantaranya yaitu : 1 produk akan menjadi kering tanpa bersentuhan dengan permukaan logam panas, 2 suhu
produk rendah meskipun suhu udara pengering yang digunakan cukup tinggi, 3 penguapan air terjadi pada permukaan yang sangat luas sehingga waktu
yang dibutuhkan untuk pengering hanya beberapa detik saja, dan 4 produk
22 akhir yang dihasilkan berbentuk bubuk yang stabil sehingga memudahkan
dalam penanganan dan transportasi Spicer, 1974. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Elisabeth et al.
2003, kondisi spray dryer yang digunakan untuk membuat mikroenkapsulat dengan spray dryeradalah dengan suhu inlet140 -180
o
C, suhu outlet 80 – 120
o
C serta kecepatan alir bahan cair pada dryer10 -12 mlmin. Menurut Onwulata 2005, kondisi pengeringan dipilih untuk meminimalisasi lemak
bebas dan permukaan lemak. Suhu inlet dan outlet yang rendah akan mengurangi kekentalan dan difusifitas lemak selama pengeringan. Ukuran
nozzle dan padatan emulsi yang besar akan menghasilkan mikroenkapsulat yang besar dengan lemak bebas yang rendah.
Menurut Masters 1979, teknik spray drying terdiri dari empat tahap proses, yaitu atomisasi bahan sehingga dapat membentuk semprotan sehalus
mungkin, kontak antara bahan dengan udara pengering, evaporasi, dan pemisahan bubuk kering dengan aliran udara yang membawanya. Gambar 11
menunjukkan proses spray drying menggunakan centrifugal atomizer dan cyclone separator. Emulsi yang akan dikeringkan disemprotkan melalui nozzle
ke dalam ruang pengeringan terjadi atomisasi. Adanya udara pengering yang masuk ke ruang pengeringan, akan mengeringkan emulsi sehingga berbentuk
bubuk karena terjadinya evaporasi. Selanjutnya, pada siklon terjadi pemisahan bubuk kering dengan aliran udara yang membawanya sehingga bubuk berada
pada wadah penampung produk.
Gambar 11. Sistem operasi spray dryer yang menggunakan centrifugal
atomizer dan cyclone separator Anonim, 2010
b
23
III. METODOLOGI PENELITIAN A.