39
B. PENENTUAN KONSENTRASI PENYALUT DAN MSM
Tahapan kedua dilakukan untuk mendapatkan kisaran perbandingan maltodekstrin dan gum arab yang mampu membentuk emulsi stabil serta untuk
mengetahui jumlah minyak yang masih mampu ditambahkan sehingga diperoleh mikroenkapsulat yang kering. Kestabilan emulsi menunjukkan
kemampuan dari bahan penyalut dalam mengikat minyak. Tingkat kekeringan mikroenkapsulat dapat diketahui melalui uji coba proses pengeringan dengan
spray dryer. Emulsi merupakan sistem heterogen, terdiri atas cairan tidak
tercampurkan yang terdispersi dengan baik sekali dalam cairan yang lain, berbentuk tetesan dengan diameter biasanya lebih dari 0.1 µm. Stabilitas sistem
ini minimum, yang dapat diperkuat dengan senyawa aktif permukaan dan beberapa senyawa, terutama makromolekul seperti protein, pati dan yang
lainnya Becher, 1965 yang dikutip dalam deMann, 1997. Arti dari pengemulsi adalah senyawa aktif permukaan yang mampu menurunkan
tegangan permukaan antara antarmuka udara-cairan dan cairan-cairan deMann, 1997.
Proses pembuatan emulsi dapat dilihat pada Gambar 18. Emulsi yang akan diuji kestabilannya dibuat dengan mencampurkan bahan penyalut, air dan
minyak melalui proses homogenisasi. Berat bahan penyalut campuran MD dan GA adalah 30 dari berat air yang akan digunakan. Rasio penyalut tersebut
berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya tentang mikroenkapsulasi seperti yang telah dilakukan oleh Krishnan et al. 2005 dan Setyaningsih et al.
2007. Maltodekstrin dan gum arab dicampur secara kering, setelah tercampur maka semua air yang sudah ditimbang sebelumnya ditambahkan ke dalam
campuran penyalut. Campuran tersebut selanjutnya dipanaskan di atas hotplate hingga mencapai suhu ±60°C atau sampai semua penyalut larut, yang ditandai
dengan tidak adanya gumpalan-gumpalan penyalut. Sambil dipanaskan, larutan tersebut terus diaduk untuk mempercepat proses pelarutan penyalut dan untuk
menghindari kegosongan. Setelah itu, larutan didinginkan sampai suhu ≤45°C. Pendinginan ini bertujuan untuk menurunkan suhu awal homogenisasi
40 sehingga dapat meminimalkan kerusakan minyak yang akan ditambahkan saat
proses homogenisasi.
a b
d c Gambar 18.
Proses pembuatan emulsi : a. Penyalut dan air, b. Pemanasan penyalut dan air, c Pendinginan campuran penyalut dan air, d
homogenisasi penyalut, air dan MSM menjadi emulsi Homogenisasi yang dilakukan dibagi menjadi dua tahap dengan
kecepatan 1425 rpm. Tahap pertama dilakukan selama 2 menit, yaitu untuk menghomogenkan penyalut dan air. Tahap kedua dilakukan selama 8 menit,
yaitu untuk menghomogenkan MSM dan penyalut. Pada tahap kedua tersebut, MSM ditambahkan sedikit demi sedikit sehingga terbentuk emulsi yang stabil.
Penambahan sedikit demi sedikit, ditujukan agar lebih banyak minyak yang terperangkap sehingga semakin banyak minyak yang terselaputi oleh bahan
penyalut. Homogenisasi berfungsi untuk memperkecil ukuran globula. Semakin kecil ukuran globula maka semakin stabil emulsi yang terbentuk.
Proses homogenisasi dapat mencegah atau mengurangi kecenderungan lemak untuk bergabung kembali, karena ukuran globula lemakmenjadi lebih kecil.
Peningkatan kecepatan homogenasi dapat semakin memperkecilukuran globula minyak sehingga globula minyak dapat terselubungidilapisi oleh larutan bahan
penyalut. Dalam penelitian ini, kecepatan homogenisasi hanya dapat dilakukan pada 1425 rpm, yaitu kecepatan maksimum dari homogenizer yang dipakai.
Total waktu homogenisasi adalah 10 menit, bertujuan agar suhu akhir
41 homogenisasi cukup rendah 60°C.Suhu akhir emulsi setelah proses
homogenisasi berkisar antara 44-58°C. Emulsi yang sudah terbentuk kemudian diuji kestabilannya dengan cara
mendiamkan emulsi selama 2 jam pada suhu ruang. Lamanya waktu pengujian kestabilan ini berdasarkan pada metode penelitian yang dilakukan oleh
Simanjuntak 2007 dan Yudha 2008. Rasio pemisahan emulsi dihitung berdasarkan metode Lamar et al., 1976. Hal yang perlu diperhatikan dalam
penentuan stabilitas dengan metode tersebut adalah wadah emulsi, yaitu harus menggunakan wadah dengan dimensi yang sama sehingga kestabilan antar
formula dapat dibandingkan. Tabel 14 menunjukkan bahwa ternyata semua formula yang diuji stabil, bahkan sampai 400 minyak yang ditambahkan
Gambar 19.
a b
Gambar 19. Uji stabilitas emulsi untuk rasio penyalut MD:GA dengan
minyak 1:3:4 a dan 3:1:4 b setelah didiamkan selama 2 jam
Tabel 14. Hasil uji stabilitas emulsi
Minyak : Penyalut Stabilitas
MD : GA 1 : 3
2 : 3 3 :3
3 : 2 3 : 1
1 : 2 100
100 100
100 100
1 : 1 100
100 100
100 100
2 : 1 100
100 100
100 100
3 : 1 100
100 100
100 100
4 : 1 100
100 100
100 100
Friberg et al. 1990 menyatakan bahwa secara termodinamika, emulsi dari dua fase cair tidak bersifat stabil sehingga istilah ‘emulsi yang stabil’
mengacu pada proses pemisahan yang berjalan lambat sedemikian sehingga proses tersebut tidak teramati pada selang waktu tertentu yang diinginkan.
Tingginya stabilitas emulsi dari semua formula yang diuji, diduga karena
42 penggunaan gum arab yang dapat meningkatkan stabilitas emulsi. Hal ini
karena gum arab dapat meningkatkan viskositas emulsi. Semakin tinggi jumlah minyak maka semakin banyak gum arab yang dibutuhkan untuk menjaga
kestabilan emulsi Nussinovitch, 1997. Sebagai hidrokoloid, gum arab akan meningkatkan viskositas fase air, sehingga menurunkan pergerakan droplet-
droplet minyak Pomeranz, 1991. Gum arab mempunyai sifat yang unik dibandingkan dengan jenis gum yang lainnya. Hal ini karena sampai
konsentrasi 40-50, tidak memberikan viskositas yang tinggi sedangkan gum yang lain hanya mampu ditambahkan 1-5. Gum arab menghasilkan viskositas
yang lebih rendah meskipun berat molekulnya besar karena tingginya struktur cabang pada gum arab yang membatasi keefektifan hidrasinya. Oleh
karenanya, Glicksman 1983 menyatakan bahwa kemampuan gum arab tersebut dapat menciptakan kestabilan yang sempurna dan sifat sebagai
emulsifier ketika dicampur dengan sejumlah besar bahan insoluble. Glicksman 1983 juga menjelaskan bahwa gum arab merupakan agen pengemulsi yang
efektif karena kemampuannya sebagai koloid pelindung. Selain itu, gum arab juga sering digunakan dalam persiapan pangan emulsi minyak dalam air yang
mampu menstabilkan sebagian besar minyak pada kisaran pH yang luas dan dengan keberadaan elektrolit meskipun tanpa ditambahkan agen penstabil
lainnya. Meskipun mekanisme emulsifikasi gum arab belum dimengerti dengan jelas, namun diduga karena kemampuannya membentuk film sehingga
mencegah coalescence globula minyak. William, et al. 1990 menyatakan bahwa pada umumnya gum tidak cocok digunakan sebagai emulsifier, tetapi
adanya protein yang membentuk komplek dengan arabinogalaktan dalam gum arab membuat gum arab mampu berfungsi sebagai emulsifier. Protein yang
terkandung di dalam komplek tersebut sekitar 20, namun hanya 1-2 molekul gum arab yang dapat terserap pada antar muka interface minyak-air
dan yang berperan dalam proses emulsifikasi. Oleh karena itu hanya dengan konsentrasi yang tinggi 12 dapat memberikan kestabilan emulsi dengan
ukuran droplet kecil yang seragam. Pada konsentrasi rendah, protein tidak mampu menyelaputi droplet minyak secara sempurna, sehingga mengakibatkan
terjadinya flokulasi dan pengelompokkan.
43 Berbeda dengan gum arab, maltodekstrin tidak mempunyai sifat
lipofilik sehingga menyebabkan stabilitas emulsi dan retensi minyak rendah, namun minyak yang terenkapsulasi memiliki daya tahan terhadap oksidasi
Westing dan Rennecius , 1988. Oleh karenanya, maltodekstrin diharapkan dapat meningkatkan ketahanan mikroenkapsulat terhadap oksidasi selama
penyimpanan maupun proses pembuatan mikroenkapsulat. Adanya kombinasi dengan gum arab diharapkan dapat menciptakan emulsi yang stabil karena
maltodekstrin sendiri bersifat lipofobik. Formula yang akan dipilih untuk dianalisis pada tahap III bukan hanya
formula yang stabil, melainkan mampu menghasilkan mikroenkapsulat yang kering melalui proses pengeringan dengan spray dryer. Pengeringan dilakukan
dengan cara mengatur suhu inlet 140 -180
o
C, suhu outlet 80 – 120
o
C dan kecepatan pompa 40 rpm Gambar 20. Penentuan suhu inlet dan outlet
berdasarkan penelitian Elisabeth et al., 2007. Emulsi dihisap melalui selang, kemudian dilewatkan melalui lubang kecil nozzle dan disemprotkan ke dalam
ruang pengering. Menurut Masters 1979, pengering semprot terdiri dari empat tahap proses yaitu : 1 atomisasi bahan sehingga dapat membentuk
semprotan sehalus mungkin, 2 kontak antara partikel hasil atomisasi dengan udara pengering, 3 penguapan air dari bahan, dan 4 pemisahan bubuk
kering dengan aliran udara yang membawanya. Spicer 1974 menyatakan bahwa kecepatan penguapan berpengaruh terhadap keadaan suhu produk akhir
dimana bila kecepatan penguapan semakin cepat maka produk yang dihasilkan akan semakin rendah suhunya. Kecepatan penguapan menurut Masters 1979,
dipengaruhi oleh komposisi bahan secara keseluruhan atau total padatan bahan. Bila total padatan bahan yang masuk semakin tinggi maka kecepatan
penguapan akan semakin tinggi. Penguapan air dari bahan mulai berlangsung pada saat terjadi kontak antara partikel bahan dengan udara pengering. Pada
awal penguapan akan terjadi pengerasan pada bagian permukaan vertikal dan makin lama akan semakin mengembang sampai ke pusat vertikal.
44
Gambar 20. Proses pengeringan emulsi menjadi mikroenkapsulat MSM
dengan spray dryer Melalui proses pengeringan mulai terlihat adanya perbedaan antar
formula, yaitu hanya ada 9 dari 25 formula yang menghasilkan mikroenkapsulat kering Tabel 15. Hasil ini menunjukkan bahwa kemampuan
penyalut untuk menahan minyak dalam kapsul akan menurun seiring dengan berkurangnya jumlah gum arab yang digunakan serta meningkatnya jumlah
minyak yang ditambahkan. Hal tersebut dikarenakan oleh kemampuan gum arab sebagai emulsifier akan menurun sehingga minyak yang terikat akan lebih
sedikit. Jumlah minyak sampai 200 dari bobot penyalut kering masih mampu disalut, sedangkan pada penambahan yang lebih tinggi 300-400 sudah tidak
mampu disalut karena mikroenkapsulat yang dihasilkan masih berminyak bahkan menyisakan emulsi yang masih basah di dalam tabung spray dryer.
Tabel 15. Hasil uji pengeringan emulsi dengan spray dryer
Minyak : Penyalut Uji Coba Spray
MD : GA 1 : 3 2 : 3 3 :3 3 : 2 3 : 1
1 : 2 X
X 1 : 1
X X
2 : 1 X
X 3 : 1
X X
X X
X 4 : 1
X X
X X
X Keterangan : = mikroenkapsulat kering, bagus
X = mikroenkapsulat basah, berminyak Formula optimum yang ingin diperoleh adalah formula yang dapat
menyalut minyak dalam jumlah tinggi sehingga kadar karoten yang terkandung dalam mikroenkapsulat juga tinggi. Formula dengan jumlah minyak 50 pada
awalnya dipilih berdasarkan penelitian Elisabeth et al., 2007 yang membuat mikroenkapsulat MSM dengan jumlah minyak 30-70 dari bobot penyalut.
Peningkatan jumlah
minyak yang
ditambahkan, diharapkan
dapat
45 meningkatkan kadar karoten mikroenkapsulatdengan mempertimbangkan
kestabilan emulsi dan tingkat kekeringan mikroenkapsulat. Formula dengan perbandingan minyak dan penyalut 1:2 jumlah minyak 50 tidak dilanjutkan
ke tahap analisis karena jumlah minyaknya terlalu sedikit dibandingkan dengan formula lain yang sama-sama dapat melalui proses spray drying.Oleh karena
itu, hanya ada 6 formula yang akan dilanjutkan ke penelitian tahap III.
C. PRODUKSI DAN ANALISIS MIKROENKAPSULAT