33
8. Warna Mikroenkapsulat dan Warna Larutan, Metode Chromameter
Hutching, 1999
Analisis dilakukan dengan menggunakan alat kromameter Minolta. Pada prinsipnya, kromameter Minolta bekerja berdasarkan pengukuran
perbedaan warna yang dihasilkan oleh permukaan sampel. Pengukuran dilakukan dengan meletakkan sampel di dalam wadah sampel berukuran
seragam. Selanjutnya dilakukan pengukuran nilai L, a, b dan °hue terhadap sampel. Nilai L menyatakan tingkat kecerahan 0= hitam mutlak, 100=
putih, nilai a menyatakan tingkat kemerahan merah 0-100, hijau 0--80 dan nilai b menunjukkan tingkat kekuningan kuning 0-70, biru 0--70.
Berdasarkan nilai L, a dan b maka dapat diketahui nilai perubahan warna secara keseluruhan ∆E dan derajat kromatisitas C dengan persamaan
sebagai berikut: ∆E = [∆L
2
+ ∆a
2
+ ∆b
2
]
12
C = a
2
+ b
2 12
Gambar 16. Diagram warna CIELAB X-Rite, 2007
D. ANALISIS DATA
Rancangan percobaan penelitian untuk mengetahui pengaruh formulasi adalah rancangan acak lengkap faktorial dengan 2 faktor. Faktor yang
diterapkan adalah 1 konsentrasi penyalut, yaitu perbandingan maltodekstrin dan gum arab MD:GA saat 1:3, 2:3 dan 3:3 2 jumlah minyak yang
ditambahkan dari total bahan penyalut, yaitu 100 dan 200. Rasio penyalut dan minyak diketahui setelah tahap kedua, yaitu tahap penentuan konsentrasi
34 minyak dan penyalut. Analisis dilakukan dengan dua kali ulangan, sehingga
dihasilkan 12 contoh. Model rancangan penelitian adalah sebagai berikut :
Y
ij
= + A
i
+ B
j
+ AB
ij
+ ε
ij
Keterangan : Y
ij
= nilai pengamatan pada perlakuan ke-i kelompok ke-j = pengaruh rata-rata umum
A
i
= pengaruh penyalut taraf ke-i i=1, 2, 3 B
j
= pengaruh konsentrasi minyak taraf ke-j j=1, 2 AB
ij
= pengaruh kombinasi penyalut dan minyak ε
ij
= pengaruh galat percobaan pada perlakuan ke-i kelompok ke-j Hipotesis yang digunakan adalah :
1. Hipotesis perlakuan 1 konsentrasi penyalut
H = pengaruh perlakuan tidak berbeda nyata
H
1
= minimal ada 1 perlakuan yang memberikan pengaruh berbeda nyata 2.
Hipotesis perlakuan 2 konsentrasi minyak H
= pengaruh perlakuan tidak berbeda nyata H
1
= minimal ada 1 perlakuan yang memberikan pengaruh berbeda nyata 3.
Hipotesis kombinasi perlakuan 1 dan 2 H
= kombinasi perlakuan 1 dan 2 tidak memberikan pengaruh terhadap respon
H
1
= minimal ada 1 pasangan yang memberikan pengaruh berbeda nyata Pengaruh dari faktor-faktor tersebut terhadap kadar air, total karoten,
kelarutan dan kadar minyak tak terkaspulkan dianalisis dengan program SPSS 13.0 pada taraf signifikansi 5. Uji lanjut Duncan digunakan jika pengaruh
faktor-faktor tersebut berbeda nyata terhadap mikroenkapsulat. Adanya perbedaan tersebut diperlihatkan dengan adanya subset-subset yang terpisah
pada tabel uji Duncan. Perbedaan subset juga dapat disimbolkan dengan huruf di belakang superscript nilai respon, yaitu huruf yang berbeda menunjukkan
adanya perbedaan yang nyata antar formula.
35
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. KARAKTERISASI BAHAN BAKU
Tahap karakterisasi dilakukan untuk mengetahui mutu dan karakteristik bahan-bahan yang akan digunakan. Minyak sawit yang digunakan dalam
penelitian adalahNDRPO, yaitu minyak sawit yang sudah mengalami netralisasi dan deodorisasi. Proses netralisasi CPO menjadi NRPO dilakukan
oleh Widarta 2008, sedangkan deodorisasi NRPO menjadi NDRPO oleh Riyadi 2009.
Netralisasi adalah suatu proses untuk memisahkan asam lemak bebas dari minyak atau lemak, dengan cara mereaksikan asam lemak bebas dengan
basa atau pereaksi lainnya sehingga membentuk sabun Ketaren, 1986. Sebelum melakukan proses netralisasi, Widarta 2008 melakukan proses
degumming terlebih dahuluterhadap CPO. Proses degumming dilakukan dengan cara memanaskan CPO hingga suhu 80 °C, kemudian menambahkan
larutan asam fosfat 85 sebanyak 0.15 dari berat CPO sambil mengaduknya perlahan-lahan 56 rpm selama 15 menit. Proses degumming tersebut ternyata
meningkatkan kadar air dan asam lemak bebas serta menurunkan karoten sebanyak
3.42. Proses
pemurnian selanjutnya
adalah netralisasi
deasidifikasi, yaitu dengan menambahkan larutan NaOH sambil diagitasi pada suhu dan waktu tertentu. Reaksi antara NaOH dengan minyak dapat
dilihat pada Gambar 17. Suhu dan waktu optimum yang diperoleh dari penelitian Widarta 2008 adalah 61±2 °C dan 26 menit. Sabun yang dihasilkan
dari proses tersebut dipisahkan dengan sentrifugasi menggunakan spiner, kemudian dilakukan pencucian dengan air panas 5-8 °C lebih hangat dari suhu
minyak yang dapat menghilangkan sabun sekitar 90. Banyaknya air yang digunakan adalah tujuh kali lebih banyak dibandingkan jumlah minyak. NRPO
yang dihasilkan melalui proses tersebut mengalami kenaikan kadar air, penurunan bilangan peroksida, namun bilangan iod dan bilangan penyabunan
relatif tetap. NRPO dari penelitian Widarta 2008 diproses lebih lanjut oleh Riyadi
2009 melalui proses deodorisasi sehingga dihasilkan NDRPO. Deodorisasi