Warna Larutan PRODUKSI DAN ANALISIS MIKROENKAPSULAT

54

4. Warna Larutan

Analisis warna larutan mikroenkapsulat dilakukan dengan cara melarutkan mikroenkapsulat 1 ke dalam akuades, kemudian larutan diukur warnanya L, a, b dan °hue dengan Chromameter Minolta. Perbedaan warna larutan akibat perbedaan jumlah minyak yang ditambahkan dapat dilihat pada Tabel 22. Warna larutan dengan perbandingan penyalut dan minyak 1:1 mempunyai warna kuning yang lebih pudar jika dibandingkan dengan formula 1:2. Hal tersebut karena penambahan minyak akan meningkatkan jumlah karoten sehingga intensitas warna meningkat. Tabel 22. Warna larutan mikroenkapsulat MSM jika dilihat secara visual MD:GA:MSM Ulangan 1 2 1:3:1 2:3:1 3:3:1 1:3:2 2:3:2 3:3:2 Hasil pengukuran dengan chromameter Tabel 23 menunjukkan bahwa dibandingkan dengan warna mikroenkapsulat sebelumnya, warna 55 larutan mikroenkapsulat terlihat lebih pudar. Klaui dan Bauernfeind 1981 menyatakan bahwa karotenoid dapat dilarutkan dalam air melalui persiapan emulsi oil in water dimana karoten berada dalam fase minyak. Beberapa produk dari karotenoid tersebut tersedia dalam bentuk cair dan kering bubuk. Karoten yang terdispersi dalam air biasanya menghasilkan warna yang berbeda dibandingkan dengan warna yang diperoleh dari minyak pada konsentrasi karoten yang sama. Nilai L dan °hue yang jauh lebih tinggi dibandingkan warna mikroenkapsulat menunjukkan bahwa warna larutan cenderung dominan kuning tidak ada unsur warna merah lagi. Hal ini juga ditunjukkan oleh nilai a yang negatif, yaitu warna merah memudar. Hasil pengukuran warna larutan sejalan dengan hasil pengukuran karoten, dimana mikroenkapsulat dengan karoten yang lebih tinggi menghasilkan larutan dengan nilai kromatisitas C yang tinggi serta nilai °hue yang lebih rendah. Oleh karenanya, formula 2:3:2 memiliki warna kuning yang paling bagus dengan nilai b tertinggi 45.26 dan berbeda nyata Lampiran 10 dengan formula lain serta nilai °hue yang paling rendah 101.90. Nilai °hue termasuk dalam selang nilai 90-126 yang artinya larutan yang diukur berwarna kuning. Tabel 23. Hasil pengukuran chromamater terhadap warna larutan mikroenkapsulat MSM MD:GA:MSM L a b C °hue 1:3:1 67.94 c -9.55 ab 35.08 a 36.35 a 104.83 2:3:1 66.90 bc -9.60 a 37.79 ab 38.78 ab 103.93 3:3:1 66.54 bc -9.52 ab 37.83 ab 39.01 ab 104.05 1:3:2 66.51 bc -9.75 a 41.90 bc 43.22 bc 103.03 2:3:2 65.74 b -9.54 ab 45.26 c 46.26 c 101.90 3:3:2 63.57 a -9.32 b 42.20 bc 43.22 bc 102.35

5. Kelarutan

Dokumen yang terkait

Optimasi Formula Mikroenkapsulat Minyak Sawit Merah Menggunakan Maltodekstrin, Gelatin dan Carboxymethyl Cellulose Dengan Proses Thin Layer Drying

5 55 152

Stabilitas Mikroenkapsulat Minyak Sawit Merah Hasil Pengeringan Lapis Tipis Selama Penyimpanan

0 24 91

Kajian Pengeringan Mikroenkapsulat Minyak Sawit Merah dengan Pengering Rak

1 48 90

Karakteristik Mikroenkapsulat Pepton Berbahan Dasar Ikan HasilTangkapan Sampingan (HTS) Multispesies Busuk dengan MetodeSpray Drying dan Bahan Penyalut Maltodekstrin

0 3 44

Reformulasi Mikroenkapsulat Minyak Sawit Merah Dengan Bahan Penyalut Maltodekstrin Dan Natrium Kaseinat Serta Aplikasinya Pada Mi Instan

2 24 71

Peningkatan Skala Produksi Mikroenkapsulat Minyak Sawit Merah Dan Aplikasinya Pada Beberapa Produk Pangan

0 5 59

Mikroenkapsulasi Vitamin E Pfad Dengan Campuran Galaktomanan Kolang-Kaling dan Gum Acasia Menggunakan Metode Spray Drying

0 3 19

Mikroenkapsulasi Vitamin E Pfad Dengan Campuran Galaktomanan Kolang-Kaling dan Gum Acasia Menggunakan Metode Spray Drying

0 1 2

THE EFFECTS OF MALTODEXTRIN AND GUM ARABICAS MICROENCAPSULATING AGENTS ON THE CHARACTERISTICS OF RED BEET (Beta vulgaris L)POWDER PRODUCED BY SPRAY DRYING METHOD PENGARUH PENGGUNAAN MALTODEKSTRIN DAN GUM ARAB SEBAGAI AGEN MIKROENKAPSULASI PADA KARAKTERIST

0 0 12

KARAKTERISTIK SERBUK BIT MERAH (Beta vulgaris L.) (METODE SPRAY DRYING) YANG DIPROSES DENGAN VARIASI TEMPERATUR INLET DAN MALTODEKSTRIN CHARACTERISTIC OF RED BEET POWDER (Beta vulgaris L.) (SPRAY DRYING METHOD) PROCESSED BY VARIATION OF INLET TEMPERATURE

0 0 12