Kelarutan PRODUKSI DAN ANALISIS MIKROENKAPSULAT

55 larutan mikroenkapsulat terlihat lebih pudar. Klaui dan Bauernfeind 1981 menyatakan bahwa karotenoid dapat dilarutkan dalam air melalui persiapan emulsi oil in water dimana karoten berada dalam fase minyak. Beberapa produk dari karotenoid tersebut tersedia dalam bentuk cair dan kering bubuk. Karoten yang terdispersi dalam air biasanya menghasilkan warna yang berbeda dibandingkan dengan warna yang diperoleh dari minyak pada konsentrasi karoten yang sama. Nilai L dan °hue yang jauh lebih tinggi dibandingkan warna mikroenkapsulat menunjukkan bahwa warna larutan cenderung dominan kuning tidak ada unsur warna merah lagi. Hal ini juga ditunjukkan oleh nilai a yang negatif, yaitu warna merah memudar. Hasil pengukuran warna larutan sejalan dengan hasil pengukuran karoten, dimana mikroenkapsulat dengan karoten yang lebih tinggi menghasilkan larutan dengan nilai kromatisitas C yang tinggi serta nilai °hue yang lebih rendah. Oleh karenanya, formula 2:3:2 memiliki warna kuning yang paling bagus dengan nilai b tertinggi 45.26 dan berbeda nyata Lampiran 10 dengan formula lain serta nilai °hue yang paling rendah 101.90. Nilai °hue termasuk dalam selang nilai 90-126 yang artinya larutan yang diukur berwarna kuning. Tabel 23. Hasil pengukuran chromamater terhadap warna larutan mikroenkapsulat MSM MD:GA:MSM L a b C °hue 1:3:1 67.94 c -9.55 ab 35.08 a 36.35 a 104.83 2:3:1 66.90 bc -9.60 a 37.79 ab 38.78 ab 103.93 3:3:1 66.54 bc -9.52 ab 37.83 ab 39.01 ab 104.05 1:3:2 66.51 bc -9.75 a 41.90 bc 43.22 bc 103.03 2:3:2 65.74 b -9.54 ab 45.26 c 46.26 c 101.90 3:3:2 63.57 a -9.32 b 42.20 bc 43.22 bc 102.35

5. Kelarutan

Sifat kelarutan penting diketahui untuk aplikasi mikroenkapsulat ke dalam produk pangan. Analisis kelarutan dilakukan dengan cara melarutkan mikroenkapsulat ke dalam akuades, kemudian disaring vakum dengan kertas saring whatman maka kelarutan s Berdasar dan minyak me mikroenkapsula nyata, yaitu mikr kelarutan yang minyak yang tida dalam kertas sar meningkatkan tot Gambar 23. Hi be Penamba berpengaruh ny formula 200 m mempunyai kela 3:3:2. William dengan konsent dengan ukuran membentuk kom konsentrasi rend sempurna, se pengelompokka bahwa tingginy mikroenkapsula 78.87 20 40 60 80 100 k el ar u tan an 42. Semakin banyak residu yang tertingg an semakin rendah. sarkan analisis keragaman Lampiran 12, int memberikan pengaruh yang berbeda nyata terha ulat. Penambahan minyak memberikan pengaruh ikroenkapsulat dengan minyak yang lebih ban ng lebih rendah Gambar 23. Hal ini didug g tidak dapat tercampur dengan air, sehingga m saring saat penyaringan. Selain itu, penambaha n total padatan sehingga kelarutan menurun. Histogram nilai kelarutan mikroenkapsulat MSM berbagai formula bahan maltodekstrin pada formula minya nyata terhadap kelarutan mikroenkapsulat, s memberikan pengaruh yang berbeda nyata. kelarutan tertinggi 66.82 dibandingkan form iamet al. 1990 menyatakan bahwa penamba entrasi tinggi 12 dapat memberikan ke an droplet kecil yang seragam karena adany komplek dengan arabinogalaktan dalam gum endah, protein tidak mampu menyelaputi drople sehingga mengakibatkan terjadinya f pokkan. Hasil penelitian Setyaningsih et al. 2007 inya kelarutan maltodekstrin akan meningka ulat. Berdasarkan penjelasan tersebut maka ji 78.87 c 76.42 c 76.47 c 60.90 a 66.82 b 1:3:1 2:3:1 3:3:1 1:3:2 2:3:2 MD:GA:MSM 56 ggal pada kertas, interaksi penyalut terhadap kelarutan aruh yang berbeda banyak mempunyai duga karena sifat minyak tertinggal bahan minyak dapat SM dengan yak 100 tidak , sedangkan pada a. Formula 2:3:2 ormula 1:3:2 dan bahan gum arab kestabilan emulsi nya protein yang gum arab. Pada oplet minyak secara flokulasi dan 2007 menunjukkan ngkatkan kelarutan jika jumlah gum 60.31 a 3:3:2 57 arab yang ditambahkan sedikit, akan terbentuk droplet minyak yang tidak seragam serta flokulasi yang dapat mengganggu kelarutan, sedangkan adanya maltodekstrin dapat meningkatkan kelarutan karena sifatnya yang lebih mudah larut dalam air. Formula 2:3:2 mempunyai kelarutan yang lebih tinggi 66.82 karena jumlah maltodekstrin lebih banyak dibandingkan formula 1:3:1 dan ukuran droplet yang terbentuk relatif lebih seragam atau lebih stabil jika dibandingkan dengan formula 3:3:2. 6. Kadar Minyak tak Terkapsulkan Kadar minyak tak terkapsulkan menunjukkan persentase minyak yang tidak terlindungi oleh bahan penyalut atau masih ada di permukaan mikroenkapsulat. Semakin tinggi kadar minyak tak terkapsulkan maka semakin rendah kemampuan bahan penyalut dalam melindungi minyak. Persentase kadar minyak tak terkapsulkan dihitung dengan membandingkan minyak yang tidak terkapsulkan dengan minyak yang ditambahkan, sehingga dapat diketahui juga kadar minyak yang terkapsulkan. Berdasarkan data Gambar 24 terlihat bahwa semakin banyak minyak yang ditambahkan maka minyak yang tidak terkapsulkan semakin meningkat. Demikian juga dengan penambahan maltodekstrin, cenderung meningkatkan jumlah minyak tak terkapsulkan. Analisis keragaman Lampiran 13 menunjukkan bahwa rasio penyalut, minyak maupun interaksi keduanya memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap persentase minyak tak terkapsulkan. Melalui uji Duncan juga terlihat bahwa penambahan minyak memberikan pengaruh yang berbeda nyata, yaitu peningkatan jumlah minyak dapat meningkatkan jumlah minyak yang tak terkapsulkan. Penambahan maltodekstrin memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada rasio maltodekstrin dan gum arab 1:3 serta 2:3. Penambahan minyak menyebabkan semakin meningkatnya jumlah minyak yang tidak terkapsulkan karena menyebabkan penurunan kemampuan penyalut dalam menyalut minyak. Peningkatan jumlah maltodekstrin penurunan jumlah gum arab akan meningkatkan kadar minyak tak terkapsulkan karena maltodekstrin sendiri bersifat lipofobik sehingga tidak dapat berikatan dengan molekul minyak. Selain itu, menurunnya gum minyak yang di dan Rennecius sebab itu maltode menyebabkan s yang terenkapsul Gambar 24. Hi MS

D. PENGARUH SIN

Dokumen yang terkait

Optimasi Formula Mikroenkapsulat Minyak Sawit Merah Menggunakan Maltodekstrin, Gelatin dan Carboxymethyl Cellulose Dengan Proses Thin Layer Drying

5 55 152

Stabilitas Mikroenkapsulat Minyak Sawit Merah Hasil Pengeringan Lapis Tipis Selama Penyimpanan

0 24 91

Kajian Pengeringan Mikroenkapsulat Minyak Sawit Merah dengan Pengering Rak

1 48 90

Karakteristik Mikroenkapsulat Pepton Berbahan Dasar Ikan HasilTangkapan Sampingan (HTS) Multispesies Busuk dengan MetodeSpray Drying dan Bahan Penyalut Maltodekstrin

0 3 44

Reformulasi Mikroenkapsulat Minyak Sawit Merah Dengan Bahan Penyalut Maltodekstrin Dan Natrium Kaseinat Serta Aplikasinya Pada Mi Instan

2 24 71

Peningkatan Skala Produksi Mikroenkapsulat Minyak Sawit Merah Dan Aplikasinya Pada Beberapa Produk Pangan

0 5 59

Mikroenkapsulasi Vitamin E Pfad Dengan Campuran Galaktomanan Kolang-Kaling dan Gum Acasia Menggunakan Metode Spray Drying

0 3 19

Mikroenkapsulasi Vitamin E Pfad Dengan Campuran Galaktomanan Kolang-Kaling dan Gum Acasia Menggunakan Metode Spray Drying

0 1 2

THE EFFECTS OF MALTODEXTRIN AND GUM ARABICAS MICROENCAPSULATING AGENTS ON THE CHARACTERISTICS OF RED BEET (Beta vulgaris L)POWDER PRODUCED BY SPRAY DRYING METHOD PENGARUH PENGGUNAAN MALTODEKSTRIN DAN GUM ARAB SEBAGAI AGEN MIKROENKAPSULASI PADA KARAKTERIST

0 0 12

KARAKTERISTIK SERBUK BIT MERAH (Beta vulgaris L.) (METODE SPRAY DRYING) YANG DIPROSES DENGAN VARIASI TEMPERATUR INLET DAN MALTODEKSTRIN CHARACTERISTIC OF RED BEET POWDER (Beta vulgaris L.) (SPRAY DRYING METHOD) PROCESSED BY VARIATION OF INLET TEMPERATURE

0 0 12