Perubahan Warna Mikroenkapsulat dan MSM Akibat Pengaruh UV

63

2. Perubahan Warna Mikroenkapsulat dan MSM Akibat Pengaruh UV

Warna seringkali digunakan sebagai parameter untuk menentukan kualitas dari produk pangan. Metode pengukuran atribut chroma L, a, dan b dikembangkan untuk memudahkan pengukuran warna dari suatu produk jika dibandingkan dengan metode analisis sensori maupun kimia yang cukup sulit Artes, 2002. Munculnya warna pada karoten disebabkan karena adanya gugusan-gugusan isopren Winarno dan Laksmi, 1989. Isopren mengandung ikatan ganda terkonjugasi. Makin banyak ikatan ganda yang terkonjugasi isopren, maka intensitas warnanya semakin tinggi.Setiap ikatan ganda dapat berkonfigurasi cis atau trans. Karotenoid dalam makanan biasanya dari jenis semua-trans dan hanya kadang-kadang saja terdapat senyawa mono-cis atau di-cis. Konfigurasi ini berpengaruh terhadap warna. Senyawa semua-trans mempunyai jumlah ikatan cis yang meningkatkan warna paling dalam dan mengakibatkan warna makin muda secara perlahan-lahan. Faktor yang mempengaruhi perubahan ikatan dari trans menjadi cis ialah cahaya, panas dan asam deMan, 1997. Kidmose et al, 2002 juga menambahkan bahwa paling sedikit dibutuhkan tujuh ikatan ganda yang terkonjugasi agar dapat mempengaruhi warna. Semakin panjang bagian yang terkonjugasi, maka warnanya semakin pekat. Intensitas warna tergantung dari tipe karoten, konsentrasi dan aspek fisik. Pengukuran warna secara objektif digunakan untuk memperkirakan kandungan karoten dalam sampel. Nilai ∆E merupakan atribut nilai yang menjadi parameter terjadinya perubahan warna secara keseluruhan. Semakin tinggi nilai ∆E, maka perubahan warna sampel selama penyimpanan semakin besar Hutching, 1999. Gambar 28 menunjukkan bahwa MSM mempunyai nilai ∆E yang paling tinggi 33.51, sehingga dikatakan bahwa MSM mengalami perubahan warna yang paling besar. Nilai ∆E dari mikroenkapsulat lebih kecil 19.17-22.16 dibandingkan dengan MSM. Hal tersebut menunjukkan bahwa proses mikroenkapsulasi dapat menjaga warna agar lebih stabil terhadap oksidasi. 64 Perubahan warna MSM dan mikroenkapsulat akibat paparan UV berkaitan dengan laju penurunan karoten. Hubungan antara perubahan warna ∆E dan laju penurunan karoten dapat dilihat pada Gambar 29. Semakin tinggi nilai laju penurunan karoten, maka semakin tinggi juga perubahan warna yang terjadi pada sampel. Gambar 28. Kurva hubungan nilai ∆E dengan waktu papar UV jam MSM dan berbagai formula mikroenkapsulat MSM Gambar 29. Kurva hubungan antara ∆E dengan laju penurunan karoten ppmjam MSM dan mikroenkapsulat MSM akibat paparan UV Pemaparan dengan sinar UV akan menurunkan kandungan karoten dalam sampel. Semakin tinggi laju penurunan karoten pada suatu sampel, maka kandungan akhir karoten akan semakin rendah sehingga sampel tersebut mengalami perubahan warna yang semakin besar. Pada penelitian ini terbukti bahwa karoten pada mikroenkapsulat lebih terlindungi dibandingkan pada MSM. Oleh karena itu, laju penurunan karoten dan 5 10 15 20 25 30 35 40 1 2 3 4 5 ∆ E waktu papar UV jam MSM 1:3:1 2:3:1 3:3:1 1:3:2 2:3:2 3:3:2 y = 0,273x + 18,00 R² = 0,937 10 20 30 40 10 20 30 40 50 60 ∆ E laju penurunan karoten ppmjam 65 perubahan warna pada mikroenkapsulat lebih rendah. Perubahan warna dan laju penurunan karoten diukur pada kondisi ekstrim, yaitu dengan paparan sinar UV secara langsung. Pada kondisi yang sebenarnya, mungkin laju penurunan karoten terjadi lebih lambat. Selain itu, perlindungan terhadap karoten dapat ditingkatkan dengan metode pengemasan dan penyimpanan yang baik.

E. PENENTUAN FORMULA TERBAIK

Dokumen yang terkait

Optimasi Formula Mikroenkapsulat Minyak Sawit Merah Menggunakan Maltodekstrin, Gelatin dan Carboxymethyl Cellulose Dengan Proses Thin Layer Drying

5 55 152

Stabilitas Mikroenkapsulat Minyak Sawit Merah Hasil Pengeringan Lapis Tipis Selama Penyimpanan

0 24 91

Kajian Pengeringan Mikroenkapsulat Minyak Sawit Merah dengan Pengering Rak

1 48 90

Karakteristik Mikroenkapsulat Pepton Berbahan Dasar Ikan HasilTangkapan Sampingan (HTS) Multispesies Busuk dengan MetodeSpray Drying dan Bahan Penyalut Maltodekstrin

0 3 44

Reformulasi Mikroenkapsulat Minyak Sawit Merah Dengan Bahan Penyalut Maltodekstrin Dan Natrium Kaseinat Serta Aplikasinya Pada Mi Instan

2 24 71

Peningkatan Skala Produksi Mikroenkapsulat Minyak Sawit Merah Dan Aplikasinya Pada Beberapa Produk Pangan

0 5 59

Mikroenkapsulasi Vitamin E Pfad Dengan Campuran Galaktomanan Kolang-Kaling dan Gum Acasia Menggunakan Metode Spray Drying

0 3 19

Mikroenkapsulasi Vitamin E Pfad Dengan Campuran Galaktomanan Kolang-Kaling dan Gum Acasia Menggunakan Metode Spray Drying

0 1 2

THE EFFECTS OF MALTODEXTRIN AND GUM ARABICAS MICROENCAPSULATING AGENTS ON THE CHARACTERISTICS OF RED BEET (Beta vulgaris L)POWDER PRODUCED BY SPRAY DRYING METHOD PENGARUH PENGGUNAAN MALTODEKSTRIN DAN GUM ARAB SEBAGAI AGEN MIKROENKAPSULASI PADA KARAKTERIST

0 0 12

KARAKTERISTIK SERBUK BIT MERAH (Beta vulgaris L.) (METODE SPRAY DRYING) YANG DIPROSES DENGAN VARIASI TEMPERATUR INLET DAN MALTODEKSTRIN CHARACTERISTIC OF RED BEET POWDER (Beta vulgaris L.) (SPRAY DRYING METHOD) PROCESSED BY VARIATION OF INLET TEMPERATURE

0 0 12