Warna Mikroenkapsulat PRODUKSI DAN ANALISIS MIKROENKAPSULAT

51 Tabel 18. Retensi karoten mikroenkapsulat dengan berbagai alat pengering Hadi, 2009 Alat pengering Retensi karoten Oven 49.48 a Tray dryer 56.15 ac Drum Drier 12.85 b Spray drier 4.23 b Tray Dryer Modifikasi Box 74.76 c Tray Dryer Modifikasi silinder 75.99 c Perhitungan retensi pada Tabel 17 diperoleh dengan mempertimbangkan rendemen mikroenkapsulasi, yaitu dipengaruhi oleh kondisi proses yang belum optimum. Jika diasumsikan bahwa rendemen proses 100 kondisi proses diabaikan, maka retensi karoten mengalami kenaikan Tabel 19. Tabel 19. Data retensi karoten mikroenkapsulatMSM jika rendemen 100 MD:GA:MSM Retensi Karoten 1:3:1 10.65 2:3:1 11.93 3:3:1 13.90 1:3:2 17.08 2:3:2 27.96 3:3:2 24.10

3. Warna Mikroenkapsulat

Warna mikroenkapsulat diukur dengan menggunakan Chromameter Minolta. Sebelum dilakukan pengukuran terhadap mikroenkapsulat, chromameter dikalibrasi terlebih dahulu dengan menggunakan calibration plate. Pada prinsipnya Chromameter Minolta bekerja berdasarkan pengukuran pantulan warna yang dihasilkan oleh permukaan sampel. Lampu getar yang terdapat di dalam alat akan memancarkan sinar xenon dan menghasilkan penyebaran serta penerangan cahaya yang merata di permukaan sampel. Enam buah fotosel silicon yang mempunyai sensitifitas tinggi dan filter untuk mencocokkan respon standar CIE Commission International de I’Eclairge digunakan dengan sistem pengukuran umpan balik berkas ganda untuk mengukur sinar yang dipantulkannya. Warna mikroenkapsulat secara visual dapat dilihat pada Tabel 20. 52 Menurut Soekarto 1990, warna suatu benda sebenarnya mengandung 3 unsur, yaitu warna kromatik °hue, warna akromatik valuelightness dan intensitas warna kromatik kroma. Nilai °huemewakili panjang gelombang dominan yang akan menentukan apakah warna tersebut merah, hijua atau kuning.Nilai value menunjukkan gelap terangnya warna, sedangkan nilai chroma menunjukkan intensitas warna. Tabel 20. Warna mikroenkapsulat MSM jika dilihat secara visual MD:GA:MSM Ulangan 1 2 1:3:1 2:3:1 3:3:1 1:3:2 2:3:2 3:3:2 Nilai L menunjukkan tingkat kecerahan sampel, yaitu nilai 0 berarti hitam mutlak dan 100 berarti putih. Nilai b merupakan salah satu atribut yang menunjukkan derajat kromatisitas, dengan skala -70 sampai 70. Nilai b negatif menunjukkan derajat kebiruan sedangkan nilai b positif menunjukkan derajat kekuningan Hutching, 1999. Nilai Chroma C menunjukkan tingkat intensitas warna sampel atau tingkat ketajaman warna. Nilai C tersebut merupakan nilai yang diperoleh dari koordinat nilai a dan nilai b. Semakin tinggi nilai chroma, maka semakin kuat intensitas warna yang dihasilkan. Berdasarkan data pada Tabel 21, nilai L, b dan C berbeda nyata pada taraf signifikansi 5 Lampiran 4, 6, dan 7 dengan adanya 53 penambahan minyak, yaitu meningkatnya jumlah minyak dapat menurunkan nilai L, menaikkan nilai b dan C. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa penambahan minyak dapat meningkatkan kepekatan serta ketajaman warna kuning dari mikroenkapsulat. Perbedaan formulasi penyalut, tidak berbeda nyata terhadap nilai L, b, dan C. Menurut Hutching 1999, nilai a merupakan derajat kromatisitas yang menunjukkan kemerahan atau kehijauan sampel. Warna merah berada pada selang 0-100, sedangkan warna hijau berada pada selang 0--80. Nilai a terlihat berbeda nyata akibat pengaruh penambahan minyak Lampiran 5, yaitu semakin meningkat seiring dengan peningkatan minyak. Formula dengan rasio penyalut MD:GA dan minyak 2:3:2 mempunyai nilai a tertinggi 2.80 dan berbeda nyata dengan formula yang lain. Tabel 21. Hasil pengukuran chromamater terhadap warna mikroenkapsulat MSM MD:GA:MSM L a b C °hue 1:3:1 57.51 b 0.11 a 29.87 a 29.87 a 89.78 2:3:1 56.61 b -0.10 a 29.44 a 29.44 a 90.18 3:3:1 56.99 b 0.08 a 29.97 a 29.97 a 89.90 1:3:2 54.32 a 1.31 b 31.95 b 31.98 b 87.65 2:3:2 54.17 a 2.80 c 33.67 b 33.79 b 85.23 3:3:2 53.80 a 1.82 b 32.03 b 32.08 b 86.73 Nilai °hue menunjukkan warna sesungguhnya dari hasil pengukuran. Nilai °hue pada selang 54-90 menunjukkan bahwa bahan yang diukur mempunyai warna kuning merah, sedangkan pada selang 90-126 berwarna kuning. Semakin tinggi nilai °hue, warna kuning dan merah semakin pudar. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa nilai °hue berada pada rentang 85.23-90.18 yang berarti warna mikroenkapsulat adalah kuning dengan intensitas warna merah yang sangat rendah. Nilai °hue terendah diperoleh dari formula 2:3:2, yaitu 85.23. Formula tersebut sekaligus merupakan formula dengan warna terbaik karena mempunyai nilai a yang paling tinggi dibandingkan formula lainnya, yaitu 2.80. 54

4. Warna Larutan

Dokumen yang terkait

Optimasi Formula Mikroenkapsulat Minyak Sawit Merah Menggunakan Maltodekstrin, Gelatin dan Carboxymethyl Cellulose Dengan Proses Thin Layer Drying

5 55 152

Stabilitas Mikroenkapsulat Minyak Sawit Merah Hasil Pengeringan Lapis Tipis Selama Penyimpanan

0 24 91

Kajian Pengeringan Mikroenkapsulat Minyak Sawit Merah dengan Pengering Rak

1 48 90

Karakteristik Mikroenkapsulat Pepton Berbahan Dasar Ikan HasilTangkapan Sampingan (HTS) Multispesies Busuk dengan MetodeSpray Drying dan Bahan Penyalut Maltodekstrin

0 3 44

Reformulasi Mikroenkapsulat Minyak Sawit Merah Dengan Bahan Penyalut Maltodekstrin Dan Natrium Kaseinat Serta Aplikasinya Pada Mi Instan

2 24 71

Peningkatan Skala Produksi Mikroenkapsulat Minyak Sawit Merah Dan Aplikasinya Pada Beberapa Produk Pangan

0 5 59

Mikroenkapsulasi Vitamin E Pfad Dengan Campuran Galaktomanan Kolang-Kaling dan Gum Acasia Menggunakan Metode Spray Drying

0 3 19

Mikroenkapsulasi Vitamin E Pfad Dengan Campuran Galaktomanan Kolang-Kaling dan Gum Acasia Menggunakan Metode Spray Drying

0 1 2

THE EFFECTS OF MALTODEXTRIN AND GUM ARABICAS MICROENCAPSULATING AGENTS ON THE CHARACTERISTICS OF RED BEET (Beta vulgaris L)POWDER PRODUCED BY SPRAY DRYING METHOD PENGARUH PENGGUNAAN MALTODEKSTRIN DAN GUM ARAB SEBAGAI AGEN MIKROENKAPSULASI PADA KARAKTERIST

0 0 12

KARAKTERISTIK SERBUK BIT MERAH (Beta vulgaris L.) (METODE SPRAY DRYING) YANG DIPROSES DENGAN VARIASI TEMPERATUR INLET DAN MALTODEKSTRIN CHARACTERISTIC OF RED BEET POWDER (Beta vulgaris L.) (SPRAY DRYING METHOD) PROCESSED BY VARIATION OF INLET TEMPERATURE

0 0 12