Menurut Fatimah 2004 nilai pH yang ideal untuk udang vaname yaitu 7,5- 8,5.  Kisaran  pH  air  yang  baik  untuk  budidaya  rumput  laut  Gracilaria  di tambak
antara 6-9, sedangkan yang ideal untuk pertumbuhan sekitar 6,8-8,2. Air tambak yang  baik  digunakan  untuk  budidaya  Gracilaria  tidak  mengandung  lumpur
sehingga  kekeruhan  turbidity  air  masih  cukup  bagi  tanaman  untuk  menerima sinar  matahari.  Untuk  itu  diperlukan  adanya  sedikit  arus  dan  gelombang  untuk
menghilangkan  debu  atau  lumpur  di  tanaman  Gracilaria.  Air  tidak  keruh  dan dengan  kejernihan  yang  baik  sehingga  memungkinkan  menerima  sinar  matahari
ke kolom perairan.
2.5  Ekskresi Amoniak
Ekskresi  amoniak  menunjukkan  jumlah  relatif  protein  pakan  yang  dicerna untuk  sintesis  protein  atau  sumber  energi  Ming  1985.  Krustase  merupakan
organisme  amonotelik,  dimana  amoniak  mencapai  60-100  dari  total  ekskresi nitrogen,  dan  biasanya  ekskresi  amoniak  terjadi  melalui  epitel  insang  Regnault
1987; Crear  Forteath 2002. Hanya sebahagian kecil yang dikeluarkan melalui ginjal Wood 1958 dalam Dosdat et al. 1996. Amoniak akan menjadi racun bagi
udang  dan  dalam  konsentrasi  rendah  dapat  menjadi  faktor  penghambat pertumbuhan.
Crear    Forteath  2002  menyatakan  bahwa  nilai  ekskresi  amoniak  pada krustase  dipengaruhi  oleh  banyak  faktor  antara  lain:  suhu,  bobot,  kadar  nutrisi,
salinitas, pergantian kulit dan kadar amoniak yang terdapat di lingkungan tersebut. Pada ekskresi nitrogen J. edwardsii kadar amoniak meningkat hingga 72.  Laju
ekskresi  amoniak  meningkat  dengan  cepat  sebagai  respon  terhadap  penambahan protein  pakan.  Dosdat  et  al.  1996  dalam  penelitiannya  membuktikan  bahwa
ekskresi  amoniak  tertinggi  pada  ikan  berukuran  10  gram,  terlihat  pada  3-5  jam setelah mengkonsumsi pakan dan pada ikan berukuran 100 gram terlihat pada 5-8
jam setelah makan.
III. BAHAN DAN METODA PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian  ini  dilaksanakan  dari  bulan  September  2007  sampai  Februari 2008  di  Pusat  Studi  Ilmu  Kelautan,  Institut  Pertanian Bogor  PSIK-IPB,  Ancol,
Jakarta  Utara  serta  di  Laboratorium  Nutrisi  dan  Laboratorium  Lingkungan Departemen  Budidaya  Perairan,  Fakultas  Perikanan  dan  Ilmu  Kelautan,  Institut
Pertanian Bogor di Bogor.
3.2 Rancangan Penelitian dan Analisis Data 3.2.1 Rancangan Penelitian
Desain  penelitian  ini  merupakan  model  eksperimental  laboratoris,  dengan kondisi  lingkungan  homogen.  Penelitian  ini  dilakukan  dengan  menggunakan
rancangan acak lengkap RAL yang dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap I dan tahap II.
3.2.2 Percobaan Tahap I
Percobaan  tahap  satu  dimaksud  untuk  menentukan  padat  tebar  dan  berapa banyak  amoniak  hasil  ekskresi  yang  dikeluarkan  oleh  udang  vaname  setelah
mengkonsumsi pakan.
3.2.2.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam percobaan tahap satu yaitu enam buah akuarium berukuran 60 x 40 x 50 cm. Empat buah toples berukuran 2,5 liter sebagai wadah
tempat perlakuan ekskresi amoniak. Botol sampel bervolume 100 ml sebanyak 24 buah.
Untuk  mengukur  bobot  digunakan  timbangan  digital.  Untuk  mengukur kandungan  total  amoniak  nitrogen  TAN  dari  ekskresi  digunakan  alat
spektrofotometer.  Adapun  bahan  yang  digunakan  adalah  60  ekor  udang  vaname berukuran  6-7  gram  yang  berasal  dari  Lampung.  Untuk  pakan  udang  digunakan
pakan komersil dengan kandungan protein 40.
3.2.2.2 Pelaksanaan Percobaan
Untuk mengetahui kepadatan udang yang paling baik yang akan digunakan pada  pemeliharaan  udang  dan  rumput  laut  di  tahap  2  dilakukan  pemeliharaan
dalam enam buah akuarium dengan kepadatan 5, 10 dan 15 ekor udang100 liter air dengan dua ulangan selama satu minggu. Akuarium diisi air laut sebanyak 100
liter dan diberi aerasi. Suhu dipertahankan 27-30
o
C dan salinitas 25-28 ppt. Pada malam hari wadah ditutup dengan plastik hitam untuk membuat kondisi media 12
jam terang dan 12 jam gelap. Pakan diberikan empat kali sehari yaitu pukul 07.00, 12.00, 17.00 dan 21.00 WIB. Pakan diberikan 3-4 dari biomassa udang per hari.
Pakan  buatan  yang  diberikan  berupa  pelet  komersil  dengan  kandungan  protein 40. Selama masa pemeliharaan tidak dilakukan penyiponan dan pergantian air.
Dilakukan  pengukuran  bobot  udang  diawal  sebelum  ditebar  dan  di  akhir  masa
pemeliharaan.  Skema penelitian tahap I dapat dilihat pada Lampiran 3.
Setelah  penelitian  diatas  dilanjutkan  dengan  pengamatan  ekskresi. Pengamatan  ekskresi  amoniak  dilakukan  untuk  menganalisis  berapa  banyak
amoniak  yang  dikeluarkan  oleh  udang  uji  setelah  mengkonsumsi  pakan  yang diberikan.  Oleh  sebab  itu,  sebelum  dilakukan  pengamatan  ini  udang  dipuasakan
terlebih  dahulu  selama  1  satu  hari,  kemudian  ditimbang  bobotnya.  Setelah  itu, udang  diberi  pakan  sampai  kenyang  dan  dibiarkan  selama  1  jam  agar  udang
beradaptasi.  Udang  yang  telah  diberi  pakan  ditimbang  kembali  dan  selanjutnya siap dimasukkan ke dalam wadah.
Sementara itu, empat buah wadah berupa toples bervolume 2,5 liter diisi air sebanyak 1 liter, diberi aerasi kuat, ditutup plastik dan disinari cahaya ultraviolet
UV  selama  8  jam  bertujuan  untuk  meminimalisasi  kontaminasi  bakteri  yang memproduksi  amoniak  di  wadah.  Dua  wadah  tersebut  diisi  2  ekor  udang  setiap
toples,  sedangkan  dua  wadah  lainnya  tidak  dimasukkan  udang  yang  digunakan sebagai kontrol K
1
dan K
2
. Sebanyak  24  buah  botol  sampel  bervolume  100  ml  disiapkan  untuk
pengambilan air sampel 75 mlbotol sampel. Pengambilan air sampel dilakukan sebanyak  6  kali  di  setiap  wadah,  yaitu  pada  jam  ke-  0,  1,  2,  3,  4  dan  5.
Pengambilan sampel pada jam ke 0 dilakukan sebelum udang uji dimasukkan ke dalam  wadah.  Kemudian  untuk  mengukur  kandungan  total  amoniak  nitrogen