TAN digunakan metode APHA. Pengukuran total amoniak nitrogen TAN dilakukan di Laboratorium Lingkungan Departemen Budidaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
3.2.3 Percobaan Tahap II
Percobaan tahap II dimaksud untuk menganalisis kemampuan rumput laut Gracilaria verrucosa
dalam memanfaatkan nitrogen dari limbah budidaya udang vaname yang dipelihara secara polikultur. Pada percobaan tahap II ini, padat tebar
udang digunakan dari hasil terbaik pada percobaan tahap satu. Sedangkan penetapan kepadatan rumput laut berdasarkan hasil penelitian terbaik dari
Sukmarumaeti 2002. Percobaan tahap dua terdiri dari empat perlakuan dengan tiga ulangan sebagai berikut :
Perlakuan A : padat tebar 0 gram rumput lautliter air Perlakuan B : padat tebar 3,125 gram rumput lautliter air
Perlakuan C : padat tebar 6,250 gram rumput lautliter air Perlakuan D : padat tebar 9,375 gram rumput lautliter air
Pada setiap perlakuan tersebut ditambahkan udang vaname dengan kepadatan 5 ekor per 100 liter air.
3.2.3.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam percobaan tahap kedua yaitu empat buah bak beton berukuran 1 x 3 x 1 m. Tiap bak dibagi tiga, disekat dengan papan dan
dilapisi plastik agar air tidak saling mempengaruhi. Botol sampel bervolume 100 ml. Untuk menimbang udang vaname dan rumput laut Gracilaria verrucosa
digunakan timbangan digital. Pengamatan kualitas air meliputi suhu, salinitas, pH, oksigen terlarut,
amoniak, nitrat dan nitrit. Suhu diukur dengan termometer batang dan salinitas diukur dengan hand refraktometer, yang masing-masing diamati setiap hari.
Oksigen terlarut, pH, amoniak, nitrat dan nitrit diukur seminggu sekali dengan menggunakan DO-meter dan pH-meter sedangkan untuk mengukur kandungan
amoniak, nitrat dan nitrit digunakan alat spektrofotometer.
Bahan yang digunakan adalah udang vaname Litopenaeus vannamei dengan bobot 10-11 gram yang berasal dari Lampung. Rumput laut Gracilaria
verrucosa yang berasal dari Balai Pengembangan Budidaya Perikanan Laut,
Payau dan Udang BPBPLAPU Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Sebelum diberi perlakuan, udang dan rumput laut diadaptasikan terlebih dahulu terhadap
kondisi laboratorium selama sebulan. Selama proses adaptasi, lingkungan wadah pemeliharaan dibuat optimal dengan suhu air dipertahankan pada kisaran 27-30
o
C dan salinitas 25-28 ppt. Untuk pakan udang digunakan pakan komersial dengan
kandungan protein 40.
3.2.3.2 Pelaksanaan Percobaan
Penelitian ini dilaksanakan di luar ruangan out door. Wadah pemeliharaan diberi naungan atap fiber fiberglass agar air hujan tidak mempengaruhi
percobaan. Bak diisi air setinggi 50 cm dan diberi aerasi. Air media sebelum ditanami rumput laut di ukur kualitas air dan di analisis kandungan amoniak, nitrat
dan nitrit. Penebaran atau penanaman bibit rumput laut ke dalam setiap petak bak dengan cara mengikat bibit pada tali ris ropeline berjarak 20 cm dengan
ketinggian 30 cm dari dasar. Penanaman bibit dilakukan pada saat keadaan cuaca teduh yaitu pagi hari sebelum matahari meninggi. Setelah rumput laut ditebar baru
dimasukkan udang. Pemberian pakan dilakukan dengan frekuensi empat kali sehari, yaitu pukul
07.00, 12.00, 17.00 dan 21.00 WIB. Pakan yang diberikan sebanyak 3-4 dari biomassa udang per hari. Pakan buatan yang diberikan berupa pelet komersil
dengan kandungan protein 40. Pada penelitian ini tidak dilakukan penyiponan dan pergantian air agar sisa metabolisme udang tetap didalam wadah budidaya.
Penelitian ini dilaksanakan selama 4 minggu dan dilakukan pengamatan terhadap kelangsungan hidup udang, pertumbuhan udang, pertumbuhan rumput
laut dan pengamatan kualitas air, yaitu: pH, salinitas, suhu, oksigen terlarut, nitrat, nitrit dan amoniak. Untuk mengetahui kandungan nitrogen didalam pakan, tubuh
udang vaname dan rumput laut Gracilaria verrucosa, maka dilakukan analisis proksimat pakan sebelum penelitian, serta analisis proksimat pada udang dan
rumput laut di awal dan akhir penelitian. Skema penelitian tahap II dapat dilihat pada Lampiran 4 .