Kualitas Air Penelitian Tahap II .1 Pertumbuhan Udang Vaname
kandungan N rumput laut yang meningkat. Kandungan N dalam berat kering tertinggi pada perlakuan padat tebar rumput laut B 3,125 gl yaitu 3,93
kemudian perlakuan C 9,375 gl sebesar 2,92 dan terendah pada perlakuan C 6,250 gl yaitu 2,33. Bukti penyerapan total amoniak nitrogen TAN dapat
dilihat secara statistik Lampiran 15 adanya perbedaan antar perlakuan laju pertumbuhan harian rumput laut pada padat tebar 9,375 gl lebih rendah daripada
perlakuan lainnya. Nitrogen sangat penting bagi rumput laut dalam pengaturan metabolisme
dan reproduksi. Pertumbuhan dan biomas dapat tercapai dengan baik bila tanaman laut ini tercukupi nitrogen. Pengambilan nitrogen oleh tanaman laut bukan hanya
fungsi dari konsentrasi N eksternal tetapi juga konsentrasi N internal di dalam jaringan tanaman. Pengambilan dan penyimpanan N oleh rumput laut dapat
dipengaruhi oleh konsentrasi N anorganik terlarut di dalam air dan juga dipengaruhi oleh fluktuasi ekologis N dalam jaringan tumbuhan dan kecepatan
pertumbuhan. Konsentrasi N yang rendah di lingkungan tidak dapat mencukupi kebutuhan tanaman akan N untuk penggunaan selanjutnya. Tetapi rumput laut
mempunyai kemampuan untuk mengasimilasi dan menyimpan nutrien dari lingkungannya khususnya pada saat konsentrasi rendah. Kandungan N dalam
berat kering pada perlakuan C dan D lebih kecil dari B diduga walaupun jumlah N di air tinggi tetapi dalam bentuk nitrat dan nitrit, Gracilaria kurang mampu
memanfaatkannya. Hal ini sesuai yang dikemukan oleh Patadjai 1993 dan Sukmarumaeti 2002, bahwa nitrogen dalam bentuk amoniak yang paling utama
diserap oleh rumput laut. Oleh karena itu, untuk mencukupi kebutuhannya, N cadangan yang tersimpan di dalam jaringan dipergunakan terlebih dahulu untuk
pertumbuhan Risjani 1999. Kemampuan penyerapan N dari limbah budidaya udang tiap perlakuan
perbedaan padat tebar rumput laut tertinggi pada perlakuan B 3,125 gl yaitu 14,62 g kemudian 9,375 gl sebesar 12,46 g dan terkecil pada perlakuan C
6,250 gl sebesar 8,54 g Lampiran 9. Pada perlakuan B selama empat minggu pemeliharaan, rumput laut mampu memanfaatkan 14,62 g N terlarut dari limbah
budidaya udang sehingga bobot rumput laut bertambah menjadi dua kalinya. Jika dihitung dalam per jam, rumput laut mampu menyerap N terlarut sebesar 0,013 g
Nkg tubuhjam. Walaupun pemanfaatan N oleh rumput laut pada penelitian ini
lebih kecil dari hasil pengukuran Harris et al. 2008 yaitu rumput laut Gracilaria
sp. mampu memanfaatkan N di media budidaya multi-tropik dari 0,6 ppm pada pengukuran jam 06.00 menjadi 0-0,125 ppm pada jam 16.45, tetapi kemampuan
penyerapan ini sudah 3 kali lebih besar dari nilai produksi N eksresi udang per kilogram tubuh per jam pada penelitian tahap satu. Artinya N terlarut dari hasil
ekskresi udang mampu dimanfaatkan secara maksimal oleh rumput laut. Pemanfaatan amoniak perlakuan perbedaan padat tebar rumput laut C
6,250 gl dan D 9,375 gl lebih besar dari pada pelakuan B 3,125 gl hanya di awal penelitian saja. Keadaan tersebut tidak bertahan lama karena jumlah
amonium sudah berkurang. Untuk memenuhi kebutuhan nutriennya rumput laut memanfaatkan nitrat dan nitrit. Ini dapat dilihat dari semakin menurunnya
kandungan nitrat dan nitrit di media budidaya Gambar 5 dan 6. Alga umumnya menyerap nitrogen secara bertahap, yaitu: Amonium nitrat nitrit. Pemanfaatan
nitrat dan nitrit oleh rumput laut kurang efisien karena nitrat dan nitrit harus terlebih dahulu direduksi sebelum digunakan oleh sel-sel rumput laut. Nitrat
dimanfaatkan oleh rumput laut untuk metabolisme dengan bantuan enzim nitrat reduktase yang dihasilkannya Patadjai 1993. Penyerapan nitrat dan nitrit oleh
rumput laut dipengaruhi oleh konsentarsi amonium dalam media. Karena yang dimanfaatkan rumput laut pada perlakuan C dan D nitrat dan nitrit,
pertumbuhannya tidak secepat pada awal penelitian yang lebih banyak memanfaatkan amonium. Pertumbuhan rumput laut di dua minggu pertama cepat
kemudian menurun hingga akhir penelitian. Hal yang sama dengan penelitian
Soriano 2002, pemeliharaan rumput laut Gracilaria sp. di saluran pembuangan tambak udang vaname 15 hari pertama mencapai 8,8 kemudian trus menurun.
Hal ini juga dipengaruhi keadaan cuaca yang tidak mendukung, pada minggu ketiga hingga akhir penelitian terjadi hujan dan banjir. Rumput laut
memerlukan proses fotosintesi untuk pertumbuhannya. Proses fotosintensi dapat berjalan lancar bukan karena adanya nutrien saja tetapi membutuhkan sinar
matahari. Rendahnya pertumbuhan juga dikarenakan kepadatan rumput laut dalam satu rumpun yang terlalu tinggi. Rumput laut yang diikat dan padat tebarnya
tinggi bila rumpunnya sudah makin besar mengurangi ruang gerak dari rumput
laut itu sendiri, hal ini merupakan gejala yang normal. Padat tebar yang tinggi, ruang gerak menjadi sempit sehingga susah untuk berkembang dan kebutuhan
akan nutrien terus meningkat Sidik et al. 2002. Pada perlakuan B dengan padat tebar rumput laut paling rendah 3,125 gl
pertumbuhan maksimal dicapai pada minggu ketiga. Dari minggu ke minggu pengurangan TAN pada perlakuan B terus meningkat hingga mencapai minimum.
Penyerapan amoniak yang bertahap dapat meningkatkan pertumbuhan yang baik sehingga diperoleh nilai laju pertumbuhan harian terbesar. Perlakuan B 3,125 gl
rumput laut karena dapat memanfaatkan amoniak dalam waktu yang lama sehingga pertumbuhannya bisa lebih baik dan cepat dari pada perlakuan C dan D
yang harus memproses nitrat dan nitrit untuk memenuhi kekurangan kebutuhan akan nutrien. Hal ini dapat dilihat dari jumlah N di rumput laut akhir penelitian
yang meningkat dari 3,04 menjadi 3,93. Budidaya rumput laut Gracilaria parvispora
dengan mengunakan air buangan dari tambak udang dapat meningkatkan kandungan nitrogen di tallus dari 1 menjadi 3,5 dengan laju
pertumbuhan 8-9 per hari lebih tinggi dari pada laju pertumbuhan rumput laut yang diberi pupuk kimia hanya 4-5 per hari Glenn et al. 2002.
Pada penelitian ini nilai laju pertumbuhan harian rata-rata rumput laut tertinggi pada perlakuan B yaitu 2,62, kemudian C 2,31 dan terendah pada
perlakuan D 1,20. Walaupun nilai laju pertumbuhan ini lebih kecil dari penelitian Sukmarumaeti 2002; Soriano 2002 tetapi masih dalam kisaran normal
yang lebih besar dari hasil penelitian yang dilakukan Hendrajat dan Mangampa 2007 dengan laju pertumbuhan 1,08-2,09. Perbedaan produksi biomassa yang
diperoleh terutama dikarenakan sistem budidaya dan spesies rumput laut yang digunakan.
Pada minggu kedua perlakuan tanpa rumput laut A kandungan total amoniak nitrogen TAN turun drastis. Hal ini dikarena adanya oksidasi amoniak
menjadi nitrit dan oksidasi nitrit menjadi nitrat. Terlihat pada Gambar 5 dan 6 nilai kandungan nitrat dan nitrit terus meningkat hingga mencapai puncak. Ini
sangat mungkin terjadi dikarenakan pada media budidaya diberi aerasi sehingga kebutuhan oksigen untuk proses oksidasi terpenuhi. Bukti yang mendukung
terjadinya proses oksidasi dapat dilihat dari kandungan oksigen terlarut pada