3.2.2.2 Pelaksanaan Percobaan
Untuk mengetahui kepadatan udang yang paling baik yang akan digunakan pada pemeliharaan udang dan rumput laut di tahap 2 dilakukan pemeliharaan
dalam enam buah akuarium dengan kepadatan 5, 10 dan 15 ekor udang100 liter air dengan dua ulangan selama satu minggu. Akuarium diisi air laut sebanyak 100
liter dan diberi aerasi. Suhu dipertahankan 27-30
o
C dan salinitas 25-28 ppt. Pada malam hari wadah ditutup dengan plastik hitam untuk membuat kondisi media 12
jam terang dan 12 jam gelap. Pakan diberikan empat kali sehari yaitu pukul 07.00, 12.00, 17.00 dan 21.00 WIB. Pakan diberikan 3-4 dari biomassa udang per hari.
Pakan buatan yang diberikan berupa pelet komersil dengan kandungan protein 40. Selama masa pemeliharaan tidak dilakukan penyiponan dan pergantian air.
Dilakukan pengukuran bobot udang diawal sebelum ditebar dan di akhir masa
pemeliharaan. Skema penelitian tahap I dapat dilihat pada Lampiran 3.
Setelah penelitian diatas dilanjutkan dengan pengamatan ekskresi. Pengamatan ekskresi amoniak dilakukan untuk menganalisis berapa banyak
amoniak yang dikeluarkan oleh udang uji setelah mengkonsumsi pakan yang diberikan. Oleh sebab itu, sebelum dilakukan pengamatan ini udang dipuasakan
terlebih dahulu selama 1 satu hari, kemudian ditimbang bobotnya. Setelah itu, udang diberi pakan sampai kenyang dan dibiarkan selama 1 jam agar udang
beradaptasi. Udang yang telah diberi pakan ditimbang kembali dan selanjutnya siap dimasukkan ke dalam wadah.
Sementara itu, empat buah wadah berupa toples bervolume 2,5 liter diisi air sebanyak 1 liter, diberi aerasi kuat, ditutup plastik dan disinari cahaya ultraviolet
UV selama 8 jam bertujuan untuk meminimalisasi kontaminasi bakteri yang memproduksi amoniak di wadah. Dua wadah tersebut diisi 2 ekor udang setiap
toples, sedangkan dua wadah lainnya tidak dimasukkan udang yang digunakan sebagai kontrol K
1
dan K
2
. Sebanyak 24 buah botol sampel bervolume 100 ml disiapkan untuk
pengambilan air sampel 75 mlbotol sampel. Pengambilan air sampel dilakukan sebanyak 6 kali di setiap wadah, yaitu pada jam ke- 0, 1, 2, 3, 4 dan 5.
Pengambilan sampel pada jam ke 0 dilakukan sebelum udang uji dimasukkan ke dalam wadah. Kemudian untuk mengukur kandungan total amoniak nitrogen
TAN digunakan metode APHA. Pengukuran total amoniak nitrogen TAN dilakukan di Laboratorium Lingkungan Departemen Budidaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
3.2.3 Percobaan Tahap II
Percobaan tahap II dimaksud untuk menganalisis kemampuan rumput laut Gracilaria verrucosa
dalam memanfaatkan nitrogen dari limbah budidaya udang vaname yang dipelihara secara polikultur. Pada percobaan tahap II ini, padat tebar
udang digunakan dari hasil terbaik pada percobaan tahap satu. Sedangkan penetapan kepadatan rumput laut berdasarkan hasil penelitian terbaik dari
Sukmarumaeti 2002. Percobaan tahap dua terdiri dari empat perlakuan dengan tiga ulangan sebagai berikut :
Perlakuan A : padat tebar 0 gram rumput lautliter air Perlakuan B : padat tebar 3,125 gram rumput lautliter air
Perlakuan C : padat tebar 6,250 gram rumput lautliter air Perlakuan D : padat tebar 9,375 gram rumput lautliter air
Pada setiap perlakuan tersebut ditambahkan udang vaname dengan kepadatan 5 ekor per 100 liter air.
3.2.3.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam percobaan tahap kedua yaitu empat buah bak beton berukuran 1 x 3 x 1 m. Tiap bak dibagi tiga, disekat dengan papan dan
dilapisi plastik agar air tidak saling mempengaruhi. Botol sampel bervolume 100 ml. Untuk menimbang udang vaname dan rumput laut Gracilaria verrucosa
digunakan timbangan digital. Pengamatan kualitas air meliputi suhu, salinitas, pH, oksigen terlarut,
amoniak, nitrat dan nitrit. Suhu diukur dengan termometer batang dan salinitas diukur dengan hand refraktometer, yang masing-masing diamati setiap hari.
Oksigen terlarut, pH, amoniak, nitrat dan nitrit diukur seminggu sekali dengan menggunakan DO-meter dan pH-meter sedangkan untuk mengukur kandungan
amoniak, nitrat dan nitrit digunakan alat spektrofotometer.