31
2.4 Pembangunan Pariwisata Berbasis Komunitas
Komunitas community merupakan sekelompok orang yang hidup bersama pada lokasi yang sama, sehingga mereka berkembang menjadi sebuah
kelo pok hidup group lives yang diikat oleh kesamaan kepentingan common interests. Dalam sosiologi, secara harfiah makna komunitas adalah
asyarakat sete pat “oeka to, 1999 .
Komunitas dapat diartikan juga sebagai sekumpulan anggota masyarakat yang hidup bersama sedemikian rupa sehingga mereka dapat merasakan
kepentingan-kepentingan hidup yang utama. Artinya, ada social relationship yang kuat di antara mereka, pada satu batasan geografis tertentu. Elemen dasar
yang membentuk adalah adanya interaksi yang intensif di antara anggotanya, dibandingkan dengan orang-orang diluar batas wilayah. Ukuran derajat
hubungan sosial, terkait kesamaan tujuan adalah pemenuhan kebutuhan utama individu dan anggota pembentuk kelompok dalam masyarakat. Komunitas dapat
dibedakan atas berbagai pola, atas dasar ukuran besar dan kecil, atas dasar level lokal, nasional, internasional, riel atau tidak real virtual, bersifat
kooperatif atau kompetitif, serta formal atau informal. Pada perkembangannya konsep komunitas dipakai secara lebih luas, untuk kesatuan hidup yang berada
pada suatu wilayah tertentu disebut
o u ity of pla es , misalnya
sekelompok masyarakat yang tinggal pada suatu lokasi wisata dan membentuk kelompok pencinta pariwisata dan sebagainya sedangkan hubungan yang diikat
karena kesamaan kepentingan namun tidak tinggal dalam satu wilayah geografis tertentu borderless disebut dengan
o u ity of i terest , misalnya
sekelompok orang yang berada pada suatu pemasaran perhotelan dan agen perjalanan.
Paradigma pembangunan saat ini telah bergeser dari pendekatan pembangunan yang cenderung top down menjadi pembangunan dari bawah
bottom up yang lebih menuju aktifitas dengan komunitas. Secara umum ada tiga bentuk aktifitas dengan komunitas community practice ini yaitu social
action, social planning dan community development Adi, 2003. Konsep pembangunan saat ini lebih berbasis pada community development dan
community based management yang dilakukan melalui capacity building dan empowernment. Community Development CD adalah suatu konsep yang luas
mencakup berbagai bentuk upaya dengan mengaplikasikan teori dan praktek berupa kepemimpinan lokal, para aktivis, melibatkan warga dan kalangan
profesional untuk meningkatkan berbagai sisi kehidupan bagi komunitas lokal melalui partisipasi aktif dan jika memungkinkan berdasarkan inisiatif masyarakat.
Dalam prakteknya para pelaksana community development melakukan identifikasi masalah, mengidentifikasi sumber daya setempat, menganalisa
struktur kekuasaan lokal dan berbagai hal lain di dalam masyarakat.
Ke udia ada juga ko sep Co u ity-Based Ma age e t CBM ya g
juga e ga dalka kepada ko u itas dimana komunitas sebagai pelaku utama pembangunan. Semua yang datang dari luar hanyalah pendukung untuk
membantu komunitas. Komunitas didukung melalui berbagai hal mulai dari penelitian, pengembangan kebijakan, pendidikan dan capacity building, serta
32
mengembangkan networks and linkages. CBM dapat dilakukan pada komunitas manapun baik perikanan, kehutanan maupun pariwisata. Pengembangan dari
konsep CBM ini adalah Co
u ity-Based Resour e Ma age e t CBRM dan Co
u ity-Based Natural Resour e Ma age e t CBNRM yang lebih menekankan pada manajemen sumber daya alam dan lingkungan oleh, untuk
dan dengan komunitas lokal Gibbs dan Bromley, 1989. Keberlanjutan CBNRM sangat tergantung pada partisipasi komunitas lokal. Mereka akan aktif jika
mereka mampu melihat keuntungan dengan keterlibatannya dan memiliki akses property right terhadap sumber daya. Untuk itu, penting untuk memahami
pengetahuan lokal masyarakat setempat, membangkitkan motivasi untuk melakukan konservasi serta memilih organisasi lokal yang kuat. Ada tiga tujuan
utama CBNRM yaitu : 1 peningkatan kesejahteraan dan keterjaminan hidup masyarakat lokal, 2 peningkatan konservasi sumber daya alam, dan 3
pemberdayaan masyarakat lokal. Masyarakat akan terlibat bila mereka melihat ada keuntungan tangible benefit secara kasat mata dari sisi produk yang
dihasilkan, jasa yang diberikan ataupun pendapatan yang bisa mereka peroleh.
Dala hal pariwisata ada istilah ekowisata di a a ekowisata dapat diartikan sebagai perjalanan oleh seorang turis ke daerah terpencil dengan
tujuan menikmati dan mempelajari mengenai alam, sejarah, budaya di suatu daerah dimana pola wisatanya membantu masyarakat lokal dan mendukung
pelestarian alam dan konservasi lingkuan. Aspek kunci dalam ekowisata adalah jumlah pengunjung ke lokasi wisata dibatasi dan diatur agar sesuai dengan daya
dukung lingkungan dan sosial-budaya masyarakat, pola wisata ramah lingkungan dan ramah budaya atau adat setempat, membantu secara langsung
perekonomian masyarakat lokal, serta modal awal yang diperlukan untuk infrastruktur tidak terlalu besar.
Ekowisata berbasis masyarakat ini menitikberatkan peran aktif komunitas, hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa masyarakat memiliki
pengetahuan tentang alam yang menjadi potensi dan nilai jual sebagai daya tarik wisata sehingga pelibatan masyarakat menjadi mutlak. Pola ekowisata berbasis
masyarakat mengakui hak masyarakat lokal dalam mengelola kegiatan wisata di kawasan yang mereka miliki sehingga dapat menciptakan kesempatan kerja bagi
masyarakat setempat dan mengurangi kemiskinan, dimana penghasilan dari ekowisata ini adalah jasa-jasa wisata untuk turis, fee pemandu, ongkos
transportasi, penyediaan penginapan home stay, menjual kerajinan, dll. Pola ekowisata berbasis masyarakat ini bukan berarti bahwa masyarakat menjalankan
usaha ekowisata sendiri tetapi harus ada tataran implementasi ekowisata yang dipandang sebagai bagian dari perencanaan pembangunan terpadu yang
dilakukan suatu daerah.
Beberapa aspek yang dipertimbangkan dalam perencanaan ekowisata berbasis komunitas ini adalah adanya partisipasi masyarakat dan edukasi seperti
pembentukan panitia atau organisasi masyarakat pengelola kegiatan wisata di daerahnya yang didukung oleh pemerintah, menggunakan prinsip-prinsip local
ownership pengelolaan dan kepemilikan oleh masyarakat setempat diterapkan terhadap sarana dan prasarana di lokasi wisata, adanya nilai ekonomi dan
33
edukasi bagi masyarakat seperti sarana akomodasi yang ramah lingkungan, adanya pemandu yang merupakan orang setempat, dirintis, dikelola dan
dipelihara oleh masyarakat setempat sampai penentuan biaya fee untuk wisatawan ditentukan oleh masyarakat setempat. Pola pengembangan wisata
seperti ini harus menciptakan kondisi dimana masyarakat diberi kewenangan untuk mengambil keputusan dalam pengelolaan usaha ekowisata, mengatur arus
dan jumlah wisatawan dan mengembangkan ekowisata sesuai visi dan harapan masyarakat untuk masa depan.
2.5 Perkembangan Wisata Bahari Pengembangan berasal dari kata kembang yang menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia 1991 berarti mekar terbuka atau membentang, menjadi besar, luas, dan banyak, serta menjadi bertambah sempurna dalam hal
kepribadian, pikiran, pengetahuan, dan sebagainya. Perkembangan adalah suatu keadaan yang berubahnya suatu wilayah, keadaan, maupun sistem kepercayaan.
Perkembangan merupakan proses atau tahapan pertumbuhan ke arah yang lebih maju. Pertumbuhan sendiri growth berarti tahapan peningkatan sesuatu dalam
hal jumlah, ukuran, dan arti pentingnya. Pertumbuhan juga dapat berarti sebuah tahapan perkembangan a stage of development. Perkembangan dalam
penelitian ini dapat diartikan sebagai perubahan yang dialami oleh keadaan tertentu yang dialami olah suatu wilayah atau tempat yang memiliki kegiatan di
dalamnya dan dapat menciptakan perubahan fisik, sosial, ekonomi, budaya dan tradisi dalam suatu lingkup yang berskala besar maupun kecil.
Sedangkan wisata bahari adalah seluruh kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan kesenangan, tantangan, pengalaman baru, kesehatan yang hanya
dapat dilakukan di wilayah perairan. Wisata bahari dengan kesan penuh makna bukan semata-mata memperoleh hiburan dari berbagai suguhan atraksi dan
suguhan alami lingkungan pesisir dan lautan tetapi juga diharapkan wisatawan dapat berpartisipasi langsung untuk mengembangkan konservasi lingkungan
sekaligus pemahaman yang mendalam tentang seluk beluk ekosistem pesisir sehingga membentuk kesadaran bagaimana harus bersikap untuk melestarikan
wilayah pesisir dimasa kini dan dimasa yang akan datang. Jenis wisata yang memanfaatkan wilayah pesisir dan lautan secara langsung maupun tidak
langsung. Kegiatan langsung di antaranya berperahu, berenang, snorkeling menyelam dipermukaan, diving menyelam, memancing, dan lain-lain.
Kegiatan tidak langsung seperti olahraga pantai, piknik, menikmati atmosfer laut, dan lain-lain Siti Nurisyah, 2001. Konsep wisata bahari di dasarkan pada view,
keunikan alam, karakteristik ekosistem, kekhasan seni budaya dan karaktersitik masyarakat sebagai kekuatan dasar yang dimiliki oleh masing-masing daerah.
Wheat 1994 berpendapat bahwa wisata bahari adalah pasar khusus untuk orang yang sadar akan lingkungan dan tertarik untuk mengamati alam
. Steele
1995 menggambarkan kegiatan ecotourism bahari sebagai proses ekonomi yang memasarkan ekosistem yang menarik dan langka.
Pengertian wisata bahari atau tirta menurut Pendit 2003 adalah jenis pariwisata yang terkait dengan kegiatan olah raga air lebih-lebih di danau,
34
bengawan, pantai, teluk atau lautan lepas seperti memancing, berlayar, menyelam sambil melakukan pemotretan, kompetisi selancar, mendayung dan
sebagainya. Aktivitas bahari ini dapat dijumpai di daerah Bunaken Sulawesi Utara, Wakatobi, Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan di Lombok, Pulau
Rajaampat di Papua serta beberapa kawasan pesisir pulau Bali, termasuk salah satunya berada di pesisir pantai Sanur.
Wisata bahari menurut Ardika 2000 adalah wisata dan lingkungan yang berdasarkan daya tarik wisata kawasan yang didominasi perairan dan kelautan.
Keraf 2000 wisata bahari adalah kegiatan untuk menikmati keindahan dan keunikan daya tarik wisata alam di wilayah pesisir dan laut dekat pantai serta
kegiatan rekreasi lain yang menunjang. Sarwono 2000 wisata bahari adalah kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi alam bahari sebagai daya tarik
wisata maupun wadah kegiatan wisata baik yang dilakukan diatas permukaan di wilayah laut yang tidak dapat dipisahkan dari keberadaan ekosistemnya yang
kaya akan keanekaragaman jenis biota laut. Wisata bahari dengan kesan penuh makna bukan semata-mata memperoleh hiburan dari berbagai suguhan atraksi
dan suguhan alami lingkungan pesisir dan lautan tetapi juga diharapkan wisatawan dapat berpartisipasi langsung untuk mengembangkan konservasi
lingkungan sekaligus pemahaman yang mendalam tentang seluk beluk ekosistem pesisir sehingga membentuk kesadaran bagaimana harus bersikap untuk
melestarikan wilayah pesisir dan dimasa kini dan masa yang akan datang.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa wisata bahari adalah segala aktivitas wisata yang menjadikan sumber daya alam laut beserta
segala potensinya sebagai suatu daya tarik yang unik untuk dinikmati. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pariwisata bahari adalah segala bentuk
aktivitas wisata yang menjadikan sumber daya alam laut beserta potensinya sebagai suatu daya tarik wisata dalam batasan dimulai dari jalan setapak
pedestrian sampai 100 meter setelah reef. Perlunya mengetahui batasan wilayah pesisir coastal zone lebih jelas karena belum adanya definisi wilayah pesisir
yang baku. Namun demikian adanya kesepakatan umum di dunia bahwa wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan. Apabila
ditinjau dari garis pantai coast line, maka suatu wilayah pesisir memiliki dua macam batas boundaries, yaitu : batas yang sejajar garis pantai long shore dan
batas yang tegak lurus terhadap garis pantai cross-shore Dahuri, 2008. Menurut Soegiarto 1976 definisi wilayah pesisir yang digunakan di Indonesia
adalah daerah pertemuan antara darat dan laut, ke arah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih
dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin, sedangkan ke arah laut wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih
dipengaruhi oleh proses-proses alami seperti sedimentasi dan aliran air tawar maupun kegiatan yang disebabkan oleh manusia Dahuri, 2008.
2.6 Konsep Wisata Bahari Wisata bahari merupakan suatu bentuk wisata potensial termasuk di
dalam kegiatan clean industry. Pelaksanaan wisata bahari yang berhasil apabila
35
memenuhi berbagai komponen yakni terkaitnya dengan kelestarian lingkungan alami, kesejahteraan penduduk yang mendiami wilayah tersebut, kepuasan
pengunjung yang menikmatinya dan keterpaduan komunitas dengan area pengembangannya. Siti Nurisyah, 2001. Prinsip utama ekowisata dapat juga di
aplikasikan karena wisata bahari termasuk bagian dari ekowisata ini dapat dilihat pada Peraturan Menteri Dalam Negeri No 33 Tahun 2009 Tentang Pedoman
Pengembangan Ekowisata di Daerah pada pasal I dan pada pasal II. Maka dari itu ada lima prinsip utama dari ekowisata yang di rumuskan oleh Choy dan
Heillbronn 1996, yaitu : 1. Lingkungan : ekowisata harus bertumpu pada lingkungan alam dan budaya
yang relatif belum tercemar atau terganggu. 2. Masyarakat : ekowisata harus memberikan manfaat ekologi, sosial dan
ekonomi langsung kepada masyarakat. 3. Pendidikan dan pengalaman : ekowisata harus dapat meningkatkan
pemahaman akan lingkungan alam dan budaya dengan adanya pengalaman yang dimiliki.
4. Berkelanjutan : ekowisata harus dapat memberikan sumbangan positif bagi keberlanjutan ekologi lingkungan baik jangka pendek maupun jangka
panjang. 5. Manajemen ; ekowisata harus dikelola secara baik dan menjamin
sustainability lingkungan alam, budaya yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan sekarang maupun generasai mendatang.
Kelima prinsip utama ini merupakan dasar untuk pelaksanaan kegiatan ecotourism yang berkelanjutan. Skema konsep wisata bahari terlihat pada
Gambar 2.2.
Gambar. 2.2 Skema Konsep Ekowisata Bahari Gambar 2.2. menunjukkan bahwa output langsung yang diperoleh berupa
hiburan dan pengetahuan sedangkan output langsung bagi alam yakni adanya
Alam Output langsung
Input
Input Output Tak
Langsung
Output langsung
Wisata Bahari
Konservasi alam
Hiburan, Pengalaman Pengetahuan
Manusia
36
insentif yang dikembalikan untuk mengelola kegiatan konsevasi alam. Output tidak langsung yaitu berupa tumbuhnya kesadaran dalam diri setiap orang
wisatawan untuk memperhatikan sikap hidup sehari-hari agar kegiatan yang dilakukan tidak berdampak buruk pada alam. Kesadaran ini tumbuh sebagai
akibat dari kesan yang mendalam yang diperoleh wisatawan selama berinteraksi secara langsung dengan lingkungan bahari.
2.7 Strategi Pengembangan Daya Tarik Wisata