Empat Aspek Dalam Penawaran Destinasi Pariwisata

26 sekarang yang didasarkan atas kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa, penilaian yang sadar terhadap keindahan alam, kesenangan dan kenikmatan alam semesta, dan pada khususnya disebabkan oleh bertambahnya pergaulan sebagai bangsa dan kelas dalam masyarakat manusia sebagai hasil perkembangan perniagaan, industri dan perdagangan serta penyempurnaan alat-alat pengangkutan. Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah kegiatan atau aktivitas yang dilaksanakan untuk sementara waktu dalam rangka menambah wawasan bidang sosial kemasyarakatan, sistem perilaku dari manusia itu sendiri dengan berbagai dorongan kepentingan sesuai dengan budaya yang berbeda-beda yang berhubungan dengan upaya untuk mencari kesenangan, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha lain yang terkait di bidang tersebut. Pada dasarnya hakikat pariwisata adalah mengandalkan adanya keunikan, kekhasan dan keindahan alam dan budaya yang tumbuh dalam suatu masyarakat. Hakikat ini merupakan kerangka dasar konsepsi pariwisata yang kemudian berkembang menjadi iklim pariwisata nasional. Dan diketahui juga tujuan pembangunan pariwisata indonesia adalah mewujudkan indonesia sebagai daerah tujuan wisata yang aman, nyaman, menarik, mudah dicapai dan berdaya saing tinggi.

2.2 Empat Aspek Dalam Penawaran Destinasi Pariwisata

Inti dari produk pariwisata adalah destinasi wisata dan inilah yang menjadi daya tarik utama berkembangnya industri pariwisata. Destinasi berkaitan dengan sebuah tempat atau wilayah yang mempunyai keunggulan dan ciri khas, baik secara geografi maupun budaya, sehingga dapat menarik wisatawan untuk mengunjungi dan menikmatinya. Semua produk yang berkaitan dengan perjalanan sebelum, selama, dan sesudah mengunjungi suatu destinasi, adalah produk-produk pendukung industri pariwisata. Produk-produk tersebut menyatu dan tidak bisa dipisahkan untuk menciptakan pengalaman yang “memuaskan” bagi wisatawan. Jika salah satu produk membuat wisatawan kecewa, maka secara keseluruhan wisatawan akan kecewa terhadap destinasi tersebut. Untuk membuat sebuah destinasi wisata yang unggul, menurut Cooper 1993 dalam buku yang berjudul Tourism : Principle and Practise, juga pernah dikutip oleh Prof. Dr. I Gede Pitana dalam sambutannya di seminar Cooperation in the Development of Education and Tourism in Global Era pada 31 Mei 2012 di Surabaya, sebelum sebuah destinasi diperkenalkan dan dijual, terlebih dahulu harus mengkaji empat aspek utama 4A yang harus dimiliki, yaitu atraksi, aksesibilitas, amenitas dan ancilliary. 1 Atraksi Atraksi adalah produk utama dari sebuah destinasi, atraksi berkaitan dengan apa yang bisa dilihat what to see, apa yang bisa dilakukan what to do, apa yang bisa dibeli what to buy di suatu destinasi wisata sehingga bisa menjadi unsur daya tarik dan magnet bagi kedatangan wisatawan di suatu lokasi wisata. Atraksi ini bisa berupa objek alamiah karunia tuhan YME seperti keindahan panorama alam dan keunikan alam, selain itu dapat berupa akar budi manusia seperti seni dan budaya masyarakat setempat, peninggalan bangunan bersejarah, serta atraksi buatan seperti sarana permainan dan hiburan. Untuk menikmati atraksi wisata ini ada yang tidak perlu dilakukan persiapan terlebih dahulu seperti 27 menikmati pemandangan alam, suasana pantai, danau, bangunan dan lain lain, selain itu ada yang perlu dilakukan persiapan terlebih dahulu dan disajikan sebagai suatu pertunjukan seperti seni budaya daerah, pertandingan olahraga dan lain lain. 2 Aksesibilitas Aksesibilitas adalah sarana dan infrastruktur untuk menuju destinasi wisata. Akses jalan raya dan ketersediaan sarana transportasi yang baik merupakan aspek penting bagi sebuah destinasi wisata. Banyak sekali wilayah di Indonesia yang mempunyai keindahan alam dan budaya yang layak untuk dijual kepada wisatawan, tetapi tidak mempunyai aksesibilitas yang baik, sehingga ketika diperkenalkan dan dijual, tak banyak wisatawan yang tertarik untuk mengunjunginya. Perlu juga diperhatikan bahwa akses jalan yang baik saja tidak cukup tanpa diiringi dengan ketersediaan sarana transportasi. Bagi individual tourist , transportasi umum sangat penting karena kebanyakan mereka mengatur perjalanannya sendiri tanpa bantuan travel agent, sehingga sangat bergantung kepada sarana dan fasilitas publik yang tersedia ke lokasi wisata. 3 Amenitas Amenitas adalah segala fasilitas pendukung yang bisa memenuhi kebutuhan dan keinginan wisatawan selama berada di destinasi. Amenitas berkaitan dengan ketersediaan sarana akomodasi untuk menginap serta restoran atau warung untuk makan dan minum dan fasilitas pendukung lainnya yang mungkin juga diinginkan dan diperlukan oleh wisatawan, seperti toilet umum, rest area, tempat parkir, klinik kesehatan, dan sarana ibadah. Tentu saja fasilitas- fasilitas tersebut juga perlu melihat dan mengkaji situasi dan kondisi dari destinasi sendiri dan kebutuhan wisatawan. Tidak semua amenitas harus berdekatan dan berada di daerah utama destinasi, contohnya untuk destinasi alam dan peninggalan bersejarah sebaiknya agak berjauhan dari amenitas yang bersifat komersial, seperti hotel, restoran, rest area dan lain lain. 4 Ancilliary Ancilliary berkaitan dengan ketersediaan sebuah organisasi atau orang- orang yang mengurus destinasi tersebut. Ini menjadi penting karena walaupun destinasi sudah mempunyai atraksi, aksesibilitas dan amenitas yang baik, tapi jika tidak ada yang mengatur dan mengurus maka destinasi tersebut akan terbengkalai dan tidak bisa memberikan nilai jual bagi wisatawan. Organisasi bisa merupakan sebuah perusahaan atau organisasi masyarakat dimana akan melakukan tugasnya seperti sebuah perusahaan. Organisasi ini mengelola destinasi sehingga bisa memberikan keuntungan kepada pihak terkait seperti pemerintah, masyarakat sekitar, wisatawan, lingkungan dan para stakeholder lainnya. 2.3 Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan Pembangunan pariwisata berkelanjutan menurut The World Conservation Union WCU adalah proses pembangunan suatu tempat atau daerah tanpa mengurangi nilai guna dari sumber daya yang sudah ada. Secara umum hal ini dapat dicapai dengan pengawasan dan pemeliharaan terhadap sumber-sumber daya yang sekarang ada, agar dapat dinikmati untuk masa yang akan datang. Pembangunan kepariwisataan bertahan lama menghubungkan wisatawan sebagai penyokong dana terhadap fasilitas pariwisata dengan pemeliharaan lingkungan. Menurut World Commicion on Environment and Development 28 konsep pariwisata berkelanjutan adalah bagian dari pembangunan berkelanjutan yang memperhatikan kebutuhan saat ini dengan mempertimbangkan kebutuhan hidup generasi penerus di waktu yang akan datang. Arti lebih jauh, dalam pembangunan hendaknya jangan menghabiskan atau menguras sumber daya pariwisata untuk jangka pendek, tetapi harus memperhatikan kelanjutan pembangunan pariwisata jangka panjang di waktu yang akan datang. Tourism Stream, action strategy yang diambil dari Glo e’90 o fere e Va ouver, Canada J. Swarbroke, 1998 menyatakan bahwa, kepariwisataan berkelanjutan sustainable tourism didefinisikan sebagai bentuk dari pengembangan ekonomi yang dirancang untuk meningkatkan kualitas hidup dari masyarakat sekitar, memberikan image yang positif bagi wisatawan, pemeliharaan kualitas lingkungan hidup yang tergantung dari masyarakat sekitar dan wisatawan itu sendiri. Daya dukung carring capacity adalah kunci bagi pengembangan kepariwisataan bertahan lama sustainable tourism. Konsep ini mengacu pada penggunaan secara maksimal dari suatu daya tarik wisata tanpa mengakibatkan kerusakan sumber-sumber yang ada, yang dapat mengurangi kepuasan turis atau menambah masalah sosial dan ekonomi bagi masyarakat sekitar. Prinsip lain dari sustainable tourism yang juga kurang lebih sama dengan konsep-konsep yang sudah ditulis sebelumnya antara lain : 1. Lingkungan hidup mempunyai nilai yang tersirat sebagai asset dari pariwisata, yang keberadaannya harus dipertimbangkan untuk jangka panjang. 2. Kepariwisataan harus dapat dikenalkan sebagai aktivitas yang positif yang dapat memberikan keuntungan yang potensial kepada masyarakat di tempat-tempat lain disekitarnya. 3. Hubungan antara pariwisata dan lingkungan harus dikelola sehingga lingkungan hidup dapat bertahan untuk jangka panjang dan kegiatan pariwisata tidak boleh membawa dampak yang tidak diharapkan. 4. Kegiatan kepariwisataan dan pengembangan-pengembangannya harus mempertimbangkan derajat kealamian dan karakter dari tempat dimana mereka berlokasi. 5. Keserasian antara kebutuhan wisatawan, tempat, dan penduduk sekitar harus dicari dan dipertemukan. McIntyre 1993 dalam buku yang berjudul Sustainable Tourism Development Guide for Local Planner dinyatakan bahwa ada tiga komponen penting yang saling terkait dalam pengembangan sustainable tourism dan apabila ketiga komponen ini dilibatkan maka akan terjadi peningkatan kualitas hidup. Ketiga komponen yang dimaksud adalah: 1. Industri pariwisata Industri pariwisata adalah dapat menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan pendapatan, mendorong penanaman modal, meningkatkan kesempatan 29 untuk mengembangkan bisnis. Dalam industri pariwisata yang dimaksud dengan penawaran adalah terdiri dari transportasi, atraksi wisata, fasilitas wisatawan, pelayanan dan semua yang berhubungan dengan infrastruktur, serta informasi dan promosi, industri pariwisata mencari lingkungan bisnis yang sehat dengan tersedianya jaminan keamanan, keuangan, tenaga kerja yang terlatih dan bertanggung jawab, atraksi yang berkualitas sehingga dapat mendatangkan wisatawan yang terus menerus. 2. Lingkungan Agar kepariwisataan dapat bertahan lama maka tipe dan tingkat aktivitas kepariwisataan harus diseimbangkan dengan kapasitas tersedianya sumber daya, baik alam maupun buatan. Carrying capacity adalah hal yang mendasar dalam perlindungan dan pengembangan kepariwisataan bertahan lama. Konsep ini mengacu pada penggunaan secara maksimal terhadap sumber daya yang tersedia tanpa menyebabkan dampak negatif terhadap sumber-sumber daya tersebut, tanpa mengurangi kepuasan wisatawan, atau tanpa menambah masalah sosial, ekonomi, dan budaya di area obyek wisata tersebut. Tiga aspek dari lingkungan kepariwisataan, adalah : a Ecological, yaitu berhubungan dengan lingkungan alam, b Sociocultural, yang berhubungan dengan dampak terhadap kehidupan masyarakat dan kebudayaannya, c Facility, yang berhubungan dengan pengalaman pengunjung. Dalam mengembangkan kepariwisataan bertahan lama, sangat penting mempertimbangkan pemeliharaan kualitas lingkungan hidup dan kepuasan pengunjung seperti yang ditekankan sebelumnya, jika produk kepariwisataan merosot dalam kualitas, maka secara pasti akan terjadi kemerosotan ekonomi pariwisata. 3. Masyarakat Pengembangan kepariwisataan memerlukan perubahan yang berhubungan dengan pemeliharaan, maka perlu bagi masyarakat sekitarnya untuk memperoleh keuntungan dan kepariwisataan yang dapat memuaskan mereka sehingga mereka mempunyai motivasi untuk mengadakan perubahan tersebut. Peningkatan taraf hidup masyarakat adalah faktor pokok. Keinginan masyarakat untuk terlibat adalah merupakan kunci untuk mengadakan perubahan yang akan meningkatkan kualitas hidup. Jika masyarakat terlibat dalam berbagai tahap maka masyarakat akan merasa termotivasi dan bertanggung jawab. Sejak awal masyarakat diberikan pengertian mengenai kepariwisataan dan dampak-dampak yang mungkin terjadi, sehingga nantinya tidak akan terjadi kesalahpahaman. Keuntungan yang dapat dicapai oleh masyarakat adalah tersedianya lapangan pekerjaan baru dan pendapatan tambahan, menciptakan kesempatan penanaman modal baru, memperbaiki fasilitas untuk pelayanan termasuk perairan, jalan, balai kesehatan, keamanan, serta infrastruktur yang lainnya, meningkatkan pangsa pasar untuk memasarkan produk lokal, memperbaiki kesempatan 30 untuk tenaga kerja terlatih, memperbaiki fasilitas dan aktivitas rekreasi dan budaya yang juga bisa dinikmati oleh penduduk, dan peningkatan penghargaan terhadap kehidupan sosial masyarakat. Pihak yang merencanakan pengembangan harus mengikutsertakan masyarakat sejak awal tahap perencanaan. Penjelasan tersebut dapat digambarkan dalam bagan berikut : Gambar 2.1 Pariwisata Berkelanjutan menurut WTO Dari berbagai konsep yang sudah dijelaskan mengenai konsep sustainable tourism , maka dapat diketahui klasifikasi pengembangan pariwisata yang sustainable atau yang non sustainable dalam Tabel 2.1. Tabel 2.1 Pengembangan Pariwisata yang Sustainable versus Non Sustainable Sustainable Non Sustainable onsep Umum 1. Perkembangan lambat 2. Perkembangan terkontrol 3. Skalanya tepat 4. Untuk jangka panjang 5. Kualitas 6. Dikontrol dari dekat onsep Umum 1. Perkembangan cepat 2. Perkembangan tidak terkontrol 3. Skala yang tidak sesuai 4. Untuk jangka pendek 5. Kuantitas 6. Dikontrol dari jauh ategi Pengembangan 1. Perencanaan baru pengembangan 2. Rencana memberikan pola 3. Memperhatikan pemandangan secara keseluruhan 4. Tekanan dan keuntungan yang disebarkan 5. Developer pengembang lokal 6. Tenaga kerja lokal 7. Arsitektur asli ategi Pengembangan 1. Pengembangan baru perencanaan 2. Proyek memberikan pola 3. Memusatkan pola pada obyek tertentu 4. Menambah kapasitor 5. Developer dari luar 6. Tenaga kerja dari luar 7. Arsitektur tidak asli non vernacular rilaku TurisWisatawan 1. Bernilai tinggi 2. Maturity 3. Ada beberapa pengetahuan mengenai bahasa lokal 4. Bijaksana dan peka 5. Tenangtidak ramai 6. Perkunjungan yang berulang-ulang rilaku TurisWisatawan 1. Bernilai rendah 2. Tidak ada persiapan mental 3. Tidak ada pengetahuan akan bahasa lokal 4. Intensive dan tidak peka 5. Menyolok 6. Tidak ingin kembali Sumber : Swarbrooke 1998 Lingkungan ndustri Pariwisata Masyarakat Pariwisata erkelanjutan 31

2.4 Pembangunan Pariwisata Berbasis Komunitas