Ancaman Faktor Strategis Eksternal

101 Revolusi teknologi informasi dan internet menjadi dunia informasi semakin transparan dan semakin tidak terbatas dalam hal ruang dan waktu. Hal ini bisa dilihat sebagai suatu demand dan peluang bagi kepariwisataan. Dengan pemanfaatan teknologi informasi ini akan memudahkan informasi bagi wisatawan tentang objek-objek wisata, sarana prasarana pendukungnya, informasi tentang rute, jarak, biaya dan moda transportasi yang tersedia yang dapat digunakan untuk mencapai suatu lokasi tujuan wisata. 4 Kondisi Keamanan yang Terjamin Faktor keamanan adalah sejauh mana wisatawan mendapat jaminan keamanan dari suatu lokasi wisata yang di kunjunginya. Kondisi keamanan yang stabil dan imej masyarakat Natuna yang ramah bersahabat dan memiliki sifat kekeluargaan merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna. 5 Kondisi Perkembangan Industri Migas yang Cukup Baik Kabupaten Natuna memiliki ketersediaan cadangan minyak bumi yang sangat besar yaitu diperkirakan mencapai 14.386.470 barel, sedangkan gas bumi 112.356.680 barel. Kondisi ini secara langsung maupun tidak langsung merupakan salah satu suatu prospek bagi perkembangan kegiatan pariwisata di Kabupaten Natuna. Selain akan banyak industri industri migas yang tumbuh dan berkembang di kawasan ini, juga akan membuka peluang dan menjadi pendorong bagi industri pariwisata untuk berkembang.

B. Ancaman

Threats Selain faktor peluang, faktor ancaman juga merupakan bagian dari faktor strategis eksternal yang dapat menghambat dan mengganggu pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna yang harus mendapat perhatian serius bagi pemerintah agar kegiatan pengembangan pariwisata bahari mencapai tujuan yang diinginkan. Faktor-faktor ancaman tersebut diuraikan sebagai berikut : 1 Akses Menuju Kabupaten Natuna Masih Sulit Faktor aksesibilitas sangat penting perannya dalam pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna. Unsur ini dapat dikatakan sangat besar pengaruhnya terhadap pembuatan keputusan oleh wisatawan untuk mengunjungi suatu daerah tujuan wisata atau tidak. Dengan semakin baiknya akses menuju ke lokasi wisata, wisatawan dapat melakukan perjalanan dengan waktu yang lebih singkat dan lebih nyaman sehingga jangkauannya pun akan lebih banyak. Saat ini ada tiga maskapai penerbangan yang beroperasi ke Natuna yaitu Wings Air yang beroperasi setiap hari dengan rute Natuna – Batam pulang pergi dan memiliki kapasitas 40 seat, kemudian ada Sky Aviation frekuensi penerbangan dua kali seminggu dengan rute Natuna – Batam pulang pergi dan memiliki kapasitas 100 seat, dan Sriwijaya Air frekuensi penerbangan dua kali seminggu dengan rute Natuna – Pontianak pulang pergi dan memiliki kapasitas 100 seat. Selain itu ada moda transportasi laut Kapal Motor KM Bukit Raya yang menuju ke Natuna dengan jadwal 102 dua kali seminggu dan KM Terigas serta KM Gunung Bintan dengan frekuensi pelayaran setiap 10 hari sekali. Berdasarkan survey penulis di lapangan dan wawancara dengan beberapa narasumber, aksesibilitas ke Natuna masih sulit selain terbatasnya penerbangan ke Natuna juga sulitnya memperoleh tiket karena kapasitas penumpangnya terbatas, untuk mendapatkan tiket pesawat penumpang harus memesan jauh-jauh hari sebelumnya karena sering kehabisan tiket. Faktor aksesibilitas yang terbatas ini akan menjadi ancaman yang cukup signifikan dalam pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna. 2 Biaya Perjalanan ke Natuna Relatif Mahal Biaya perjalanan menuju ke lokasi wisata merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan pariwisata. Harga-harga barang dan jasa pada suatu daerah tujuan wisata mempengaruhi minat wisatawan untuk mengunjungi objek wisata tersebut. Jika harga-harga barang dan jasa disuatu tempat tujuan itu mahal maka permintaan pariwisata secara relatif akan berkurang. Sebaliknya jika harga-harga barang dan jasa di tempat wisata itu murah, kemungkinan dapat menjadi pendorong wisatawan untuk berkunjung dan membeli produk wisata yang di tawarkan. Dari hasil wawancara dengan beberapa wisatawan dan masyarakat di Kabupaten Natuna, mereka mengatakan bahwa harga tiket pesawat menuju ke Kabupaten Natuna masih tergolong mahal, dengan perjalanan pesawat selama 1,5 jam dari Batam harga tiket berkisar antara 1 juta sampai 1,3 juta, bila dibandingkan dengan biaya perjalanan dari Jakarta menuju Bali dengan durasi perjalanan pesawat yang sama harga tiket pesawat hanya sekitar 500 – 600 ribu. Harga-harga makanan dan barang-barang keperluan sehari-hari tergolong lebih mahal sekitar 10-30 persen dibandingkan dengan daerah lain di sekitarnya seperti di Batam dan Tanjungpinang. Hal ini akan menjadi faktor ancaman harus di perhatikan oleh para perencana pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna. 3 Persaingan dengan Daerah Lain di Sekitanya Persaingan pariwisata merupakan salah satu faktor yang harus dipertimbangkan dalam pengembangan pariwisata bahari di Natuna. Pintu masuk bagi wisatawan mancanegara di Kepulauan Riau tidak ada melalui Kabupaten Natuna tapi melalui Batam, Tanjungpinang, Tanjung Uban dan Tanjung Balai Karimun. Apalagi ada beberapa daerah di kawasan regional yang juga mengembangkan jenis wisata yang sama dengan Kabupaten Natuna. Hal ini menjadi ancaman bagi pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna. 4 Cuaca Musim Utara dengan Gelombang dan Angin yang Sangat Kencang Kondisi geografis Kabupaten Natuna yang berada di lokasi laut yang luas dan arah utaranya yang terbuka sehingga cuaca sangat di pengaruhi oleh perubahan arah angin. Berdasarkan periode angin musim pada bulan Oktober – Desember bertiup angin utara sehingga akan menimbulkan angin yang 103 sangat kencang diiringi dengan hujan lebat dan gelombang yang sangat tinggi bahkan mencapai 4 - 6 meter. Pada periode ini transportasi laut yang menggunakan kapal-kapal kecil tidak berani beroperasi, dan kapal-kapal kayu pengangkut sembako tidak berani beroperasi sehingga kadang-kadang menyebabkan hilangnya beberapa kebutuhan pokok masyarakat dan harga kebutuhan menjadi tinggi. Selain itu pada periode musim utara ini beberapa aktifitas pariwisata bahari seperti berenang, olahraga air, diving dan snorkling tidak bisa dilakukan di lokasi-lokasi tertentu. Hal ini menjadi faktor penghambat dalam pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna. 5 Masih Banyak Masyarakat yang Mencari Ikan dengan Peralatan yang Tidak Ramah Lingkungan Dalam pengembangan pariwisata bahari aspek kontinuitas dan sustainable sangat penting agar sektor pariwisata bisa berkembang dan bertahan lama. Lingkungan hidup menjadi aset dan nilai yang keberadaannya harus dipikirkan untuk jangka panjang sehingga pengembangannya menjadi keuntungan yang positif bagi lingkungan dan masyarakat di sekitarnya. Berdasarkan pengumpulan data primer didapatkan bahwa masih banyaknya masyarakat Natuna yang sebagian besar sebagai nelayan yang menggunakan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan seperti penggunaan bom ikan, potasium bahkan penggunaan pukat harimau yang bisa menyebabkan kematian organisme hewan hewan karang dan kerusakan secara fisik terumbu karang sehingga dalam jangka waktu tertentu terumbu karang akan rusakmati dan ikan akan akan hilang. Hal ini menjadi suatu ancaman bagi pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna.

5.3 Matriks IFE

– EFE Untuk melakukan analisis terhadap faktor-faktor strategis yang mempengaruhi perkembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna digunakan matriks Internal Factor Evaluation IFE untuk faktor internal dan matriks External Factor Evaluation EFE untuk faktor eksternal. Tujuan menggunakan matriks IFE dan matriks EFE ini untuk mengetahui seberapa besar pengaruh faktor-faktor strategis internal dan eksternal terhadap keberhasilan pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna.

5.3.1 Hasil Evaluasi Faktor Internal

Faktor-faktor strategis internal yang mempengaruhi perkembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna setelah diperoleh dari pengumpulan data kuisioner sembilan orang responden untuk penelitian bobot dan rating maka diperoleh hasil perhitungannya pada Tabel 5.9. Pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna ditentukan oleh faktor internal dengan tingkat kepentingan relatif satu faktor dengan faktor lainnya ditentukan oleh besarnya bobot faktor tersebut. Pada Tabel 5.9 dapat dilihat bahwa faktor internal yang dinilai paling penting terhadap keberhasilan pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna adalah potensi wisata alam dan wisata bahari yang menarik dengan nilai sebesar 0,65. Faktor ini mempunyai