Hasil Pengujian Penghambatan Proliferasi Sel HeLa Oleh Senyawa- Senyawa Oligomer

Aktivitas sitotoksik suatu senyawa bisa diketahui dengan menghitung jumlah sel yang masih hidup setelah diinokulasi dengan senyawa uji dibandingkan dengan kontrol Freshney, 2005. Tabel 7 memperlihatkan aktivitas penghambatan proliferasi terhadap sel HeLa oleh hidrolisat yang mengandung senyawa-senyawa oligomer. Tabel 7. Penghambatan proliferasi sel HeLa. No Sampel Konsentrasi µgml Indeks Penghambatan Proliferasi Sel HeLa 1 N-Asetil Glukosamin 125 -11,4 bc 2 N-Asetil Glukosamin 62,5 33,2 d 3 FBS 1 6 jam l 125 16,1 cd 4 FBS 1 6 jam tl 125 5,5 bcd 5 FBS 1 6 jam l 62,5 6,7 bcd 6 FBS 1 6 jam tl 62,5 -3,1 bc 7 EM 1 12 jam l 125 -2,9 bc 8 EM 1 12 jam tl 125 -41,3 a 9 EM 1 12 jam l 62,5 -18,5 ab 10 EM 1 12 jam tl 62,5 9,4 bcd 11 Kontrol Positif 5 78 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 Dari tabel 7 menunjukkan sampel N-asetilglukosamin dengan konsentrasi 62,5 gml menunjukkan tingkat antiproliferasi paling tinggi dibanding sampel oligomer hidrolisat kitin yang lain. Hasil analisis ragam pada tabel 6, menunjukkan bahwa pemberian sampel senyawa-senyawa oligomer hidrolisat kitin menunjukkan peningkatan yang berbeda nyata pada taraf 5 P0,05, hal ini berarti minimal ada satu data yang berbeda bermakna atau berbeda secara signifikan terhadap data yang lain. Sehingga dapat dilakukan uji lanjut dengan Uji Duncan untuk melihat perlakuan yang paling berpengaruh, hasil uji lanjut Duncan taraf 5 Lampiran 7 diketahui bahwa semua perlakuan untuk setiap sampel oligomer kitin berbeda bermakna dibandingkan kontrol, yang menunjukkan bahwa sampel oligomer hidrolisat kitin yang paling berpengaruh adalah sampel N-Asetilglukosamin dengan konsentrasi 62,5 gml, hal ini jelas terlihat pada hasil indeks penghambatan proliferasi sel kanker HeLa yang diperoleh sebesar 33,2 dibandingkan dengan kontrol, sedangkan sampel EM 1 12 jam tanpa liofilisasi dengan konsentrasi 125 gml justru menstimulasi pertumbuhan sel dengan terjadinya peningkatan jumlah sel sebesar 41,3. Hal ini kemungkinan disebabkan tiap sampel yang diujikan masing-masing mempunyai aktivitas yang berbeda terhadap masing-masing jenis sel. Gambar 20 memperlihatkan aktivitas penghambatan proliferasi terhadap sel HeLa oleh hidrolisat yang mengandung senyawa-senyawa oligomer Gambar 20. Aktivitas penghambatan proliferasi sel HeLa senyawa-senyawa oligomer dalam hidrolisat enzimatik Berdasarkan Tabel 6, terlihat aktivitas penghambatan proliferasi sel kanker HeLa yang tertinggi dimiliki oleh N-asetilglukosamin yang mengandung monomer dari setengah konsentrasi target yaitu 62,5 µgml sebesar 33,2, hal ini dapat diasumsikan bahwa oligomer kitin yang digunakan dalam penelitian ini benar-benar memiliki aktivitas sebagai bahan anti kanker, walaupun konsentrasinya dikurangi dengan konsentrasi target yang telah diperoleh dari hasil penelitian sebelumnya. Hal ini terlihat pula pada FBS 1 6 jam l dan EM 1 12 jam tl dengan konsentrasi 62,5 µgml, juga menunjukkan adanya penghambatan proliferasi sel kanker. Perbedaan penghambatan proliferasi dari monomer N- asetilglukosamin dengan FBS 1 6 jam l mencapai 26,5 dan EM 1 12 jam tl mencapai 23,8 pada konsentrasi 62,5 µgml, sedangkan pada konsentrasi 125 µgml perbedaan penghambatan proliferasi pada FBS 1 6 jam l dan FBS 1 6 jam tl hanya berbeda sekitar 10,6. Untuk indeks penghambatan proliferasi sel kanker dengan nilai minus, ini menunjukkan bahwa pada oligomer tersebut tidak 16,1 5,5 9,4 6,7 2 4 6 8 10 12 14 16 18 FBSP2 FBSE2 EME1 FBSP1 P e n g h a m b a ta n p ro li fe ra si Senyawa-senyawa oligomer dalam hidrolisat Hela ada penghambatan proliferasi melainkan dapat memicu terjadinya proliferasi sel kanker, sehingga dapat dijelaskan bahwa pada oligomer-oligomer tersebut tidak dapat diaplikasikan untuk menghambat proliferasi sel kanker pada sel epitel HeLa. Berarti dapat disimpulkan bahwa hidrolisat enzimatik yang mengandung unit monomer dari oligomer kitin, akan lebih baik menghambat proliferasi sel epitel jenis HeLa daripada unit tetramer dan pentamer kitin. Gambar 21 berikut memperlihatkan perbedaan profil sel HeLa setelah mengalami inkubasi dengan hidrolisat dan tanpa hidrolisat senyawa-senyawa oligomer kitin selama 3 tiga hari. Gambar 21. Profil sel HeLa pada perbesaran dengan lensa obyektif in verted m icro sco p e 200 kali a. Kontrol negatif yaitu sel kanker HeLa tanpa sampel, b. HeLa dengan perlakuan sampel N-asetilglukosamin 62,5 µgml Penelitian terhadap penghambatan proliferasi sel HeLa, telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, antara lain : Prise et a l 1986 meneliti tentang penghambatan sel HeLa melalui pemberian 100 mikromolar metotrexat dengan lama inkubasi lebih dari 24 jam. Chen et a l 2003 meneliti Artemisinin turunan senyawa artesunat ART dan dihidroartemisinin, keduanya merupakan obat anti malaria yang ditemukan dapat menghambat pertumbuhan kanker serviks HeLa dengan mekanisme penekanan terhadap proses angiogenesis, dengan nilai LC 50 berkisar 15,4 sampai 49,7 molar. a b

2. Hasil Pengujian Penghambatan Proliferasi Sel Raji Oleh Senyawa- Senyawa Oligomer

Pengujian kemampuan penghambatan proliferasi sel Raji ß-Limfoma oleh senyawa-senyawa oligomer hidrolisat kitin telah dianalisis dengan metode MTT. Hasil pengujian memberi informasi bahwa pemberian sampel senyawa- senyawa oligomer memiliki aktivitas penghambatan terhadap proses proliferasi sel Raji. Tabel 8 memperlihatkan aktivitas penghambatan proliferasi terhadap sel Raji oleh hidrolisat yang mengandung senyawa-senyawa oligomer. Tabel 8. Penghambatan proliferasi sel Raji. No Sampel Konsentrasi µgml Indeks Penghambatan Proliferasi Sel Raji 1 N-Asetil Glukosamin 125 32.1 a 2 N-Asetil Glukosamin 62,5 22.9 a 3 FBS 1 6 jam l 125 42.7 ab 4 FBS 1 6 jam tl 125 35.8 a 5 FBS 1 6 jam l 62,5 35.5 b 6 FBS 1 6 jam tl 62,5 17.0 a 7 EM 1 12 jam l 125 29.6 a 8 EM 1 12 jam tl 125 20.2 a 9 EM 1 12 jam l 62,5 24.8 a 10 EM 1 12 jam tl 62,5 19.3 a 11 Kontrol positif 5 94.5 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 Dari tabel 8 menunjukkan sampel FBS 1 6 jam dengan liofilisasi dengan konsentrasi 125 gml menunjukkan tingkat antiproliferasi paling tinggi dibanding sampel oligomer hidrolisat kitin yang lain. Hasil analisis ragam pada tabel 7, menunjukkan bahwa pemberian sampel senyawa-senyawa oligomer hidrolisat kitin menunjukkan peningkatan yang berbeda nyata pada taraf 5 P0,05, hal ini berarti minimal ada satu data yang berbeda bermakna atau berbeda secara signifikan terhadap data yang lain. Sehingga dapat dilakukan uji lanjut dengan Uji Duncan untuk melihat perlakuan yang paling berpengaruh, hasil uji lanjut Duncan taraf 5 Lampiran 9 diketahui bahwa semua perlakuan untuk setiap sampel oligomer kitin berbeda bermakna dibandingkan kontrol, yang menunjukkan bahwa sampel oligomer hidrolisat kitin yang paling berpengaruh adalah sampel FBS 1 6 jam dengan liofilisasi dengan konsentrasi 62,5 gml dan 125 gml , hal ini jelas terlihat pada hasil indeks penghambatan proliferasi sel kanker Raji yang diperoleh sebesar 42,7 dibandingkan dengan kontrol. Hal ini sesuai dengan hasil proliferasi limfosit tertinggi yang diperoleh, juga terdapat pada sampel FBS 1 6 jam dengan liofilisasi pada konsentrasi125 µgml. Gambar 22 memperlihatkan aktivitas penghambatan proliferasi terhadap sel Raji oleh hidrolisat yang mengandung senyawa-senyawa oligomer. Gambar 22. Aktivitas penghambatan proliferasi sel Raji senyawa-senyawa oligomer dalam hidrolisat enzimatik Gambar 22 menunjukkan Indeks penghambatan proliferasi sel kanker ß- Limfoma sel Raji pada semua sampel dan konsentrasi, masing-masing memperlihatkan penghambatan proliferasi 17-43, sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel oligomer kitin, baik yang memiliki unit monomer, tetramer maupun pentamer semua memiliki aktivitas sebagai bahan antikanker yang cukup efektif dalam menghambat pertumbuhan sel kanker jenis Limfoma secara in vitro . Gambar 23 berikut memperlihatkan perbedaan profil sel Raji setelah mengalami inkubasi dengan hidrolisat dan tanpa hidrolisat senyawa-senyawa oligomer kitin selama 3 tiga hari . 32,1 22,9 42,7 35,8 35,5 17,0 29,6 20,2 24,8 19,3 0,0 5,0 10,0 15,0 20,0 25,0 30,0 35,0 40,0 45,0 N -A cG 2 N -A cG 1 FB S P 2 FB S E 2 FB S P 1 FB S E 1 E M P 2 E M E 2 E M P 1 E M E 1 P e n g h a m b a ta n p ro li fe ra si Senyawa-senyawa oligomer dalam hidrolisat Raji