reaksi biokimia di dalam sel, diantaranya fosforilasi nukleoprotein, pembentukan DNA dan RNA, peningkatan metabolisme lemak dan lain-lain Letwin dan
Kuimby 1987. Lektin dan fitohemaglutinin PHA adalah protein non enzimatik, berikatan
dengan karbohidrat secara reversibel. Fungsi biologis dari lektin adalah kemampuan mengenal dan berikatan dengan struktur karbohidrat spesifik,
khususnya berikatan dengan oligosakarida. Lektin dapat berikatan dengan berbagai sel yang memiliki molekul permukaan berupa glikoprotein atau
glikolipid. Beberapa gugus spesifik lektin telah didentifikasi seperti mannose, galaktosa, N-asetiglukosamin, N-asetilgalaktosamin, L-fruktosa, dan asam N-
asetilneraminik. Sub unit lektin saling berhubungan satu dengan yang lain melaui ikatan non kovalen atau ikatan-ikatan disulfida. Beberapa lektin membutuhkan
kation devalen seperti kalsium, magnesium dan mangan untuk berikatan dangan karbohidrat. Lektin terdiri dari enam famili yang telah dikenal yaitu: lektin legum,
lektin sereal, lektin jenis P, C, S dan pentraxis Letwin dan Quimby 1987.
E. Kultur Sel
Kultur secara in vitro
merupakan suatu cara untuk mengembangbiakkan atau menumbuhkan sel di luar tubuh hewan atau manusia. Lingkungan atau bahan
makanan untuk pertumbuhan sel secara in vitro
diusahakan menyerupai keadaan sel secara in
vivo . Oleh karena itu, diperlukan suatu media pertumbuhan yang
berisi asam-asam amino, vitamin, mineral, garam-garam anorganik, glukosa dan serum. Peranan serum dalam medium biakan sangat penting yaitu sebagai nutrien
untuk pertumbuhan sel serta fungsinya dalam pelekatan sel. Serum memberikan hormon-hormon penting, faktor penempel sel ke matriks tempat sel tumbuh,
protein, lipid serta mineral-mineral yang diperlukan sebagian besar jenis sel untuk tumbuh dan berkembang. Sel yang dikultur dapat berupa suatu galur sel, yaitu
populasi sel yang berasal dari suatu sumber jaringan tertentu yang mengalami pengkulturan lebih lanjut, hingga mencapai sub kultur.
Kultur sel dari jaringan sel kanker diperbanyak dibawah kondisi yang sesuai sampai sel dapat menggunakan semua substrat, menjadi sangat padat
terlihat dekat satu sama lain atau mencapai konfluen. Setelah mencapai
konfluen, sel harus dipindahkan ke dalam wadah yang baru dengan medium yang baru untuk mendukung pertumbuhannya kembali, istilah ini disebut subkultur
p a
ssa g
e .
ell lin es
adalah sel yang berasal dari kultur primer yang telah dibiakkan secara berkala, ditumbuhkembangkan, dipelihara, dan disimpan dalam
nitrogen cair. ell lin
es yang telah disubkultur
umumnya mempunyai fraksi pertumbuhan yang cukup tinggi lebih dari 80. Salah satu keistimewaan dari
ell lin es
ini adalah bersifat abadi im m
o rta
l , sel ini masih dapat hidup dalam
kondisi media seminimal mungkin. ell lin
e tertentu dapat mengalami
transformasi sehingga dapat berkembang secara im m
o rta
l seperti sel tumor, ini
disebut co n
tin o
u s cell lin
e o
n tin
o u
s cell lin e
yang diklon dan dikarakterisasi akan menurunkan co
n tin
o u
s cell stra
in Freshnay, 2005.
Ada dua jenis kultur galur sel kanker yaitu kultur yang melekat membentuk selapis monolayer di atas substrat padat, atau sebagai suspensi di
media kultur. Kedua jenis sel ini mempunyai sifat yang berbeda, dimana sel suspensi tidak memerlukan bahan pembantu untuk menempel, sebaliknya sel
selapis memerlukan bahan pembantu. Sel suspensi biasanya dari hemopoetik, sel darah atau sel dari tumor malignant, sedangkan sel monolayer biasanya untuk sel-
sel yang berasal dari jaringan Freshnay, 2005. Kultur galur sel kanker yang berasal dari manusia, seperti kultur sel Raji
kanker lymphoma B, sel kanker lymphoma T dan sel K562 ch ro
n ic
m yelo
g en
o u
s leu kem
ia merupakan jenis sel suspensi, sel HeLa epithel carcinoma
cervix, dan sel HCT 116 kanker kolon merupakan jenis sel selapis jaringan, dapat digunakan untuk menguji kemampuan bioaktivitas suatu senyawa sebagai
anti kanker terhadap galur-galur sel kanker tersebut. Galur sel dapat dibentuk dari kultur sel langsung primer yang kemudian dikultur kembali subkultur. Sel
yang dikultur ini dipelihara terus-menerus sampai im m
o rta
l tidak bisa mati.
Pembentukan sub kultur dapat menghasilkan sel-sel yang homogen dan tidak memiliki sifat-sifat diferensiasi. Menurut Freshney 2005 galur sel yang
dihasilkan dari kultur sel primer akan mengalami perubahan antara lain : morfologi sel lebih kecil, lebih bulat, kurang erat melekat, perbandingan inti dan
sitoplasma lebih besar, cepat tumbuh karena waktu yang diperlukan untuk