LKjIP Dinas Kesehatan Kab. Ogan Komering Ulu Tahun 2016 50
Pada tahun 2016, target pemberian imunisasi Campak, DT dan TT bagi anak sekolah dasar adalah 100, dimana realisasinya untuk campak 98 ; DT 98; dan
TT 99. Jumlah sasaran imunisasi anak sekolah untuk kelas I sebanyak 8,621 dengan realisasi 8,472 anak 98,27; kelas II
– III sebanyak 17.018 dengan realisasi sebesar 16.875 anak 99,16. Pencapaian kinerja ini didukung oleh
adanya partisipasi dari guru dan sekolah dalam meningkatkan upaya kesehatan untuk murid sekolah dasar.
5. Cakupan penemuan penderita diare
Adalah jumlah penderita diare yang datang dan dilayani oleh sarana kesehatan maupun kader di satu wilayah tertentu dalam waktu satu tahun. Tahun 2016
ditemukan sebanyak 7.327 kasus diare dan semuanya mendapatkan penanganan secara 50dequate. Target penemuan kasus diare untuk Kab. OKU sebanyak 3.532
kasus 207,4. Dari data ini terlihat bahwasanya frekuensi terkena diare rata-rata 2
– 3 kali per penderita dengan angka kesakitan diare sebesar 214 per 1.000 penduduk. Peningkatan kasus diare untuk keseluruhan wilayah kerja Puskesmas
adalah sama, tidak ada perbedaan antara wilayah daratan dan aliran sungai. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat telah memiliki kesadaran untuk hidup sehat
dengan mengkonsumsi air minum dari sumber yang bersih dan melalui proses pemasakan terlebih dahulu. Untuk meningkatkan kualitas penatalaksanaan
penyakit diare di masyarakat, perlu kiranya dilakukan pengamatan rehidrasi rumah tangga agar standar penatalaksanaan penyakit diare di masyarakat luas dapat
terpantau dengan baik.
6. Menurunnya kasus malaria Annual Paracite Index-API dari 2 menjadi 1 per 1000 penduduk;
Adalah penderita positif malaria yang didalam sediaan darahnya terdapat plasmodium berdasarkan pemeriksaan laboratorium mikroskopis pada kelompok
populasi pada satu wilayah pada kurun waktu 1 satu tahun. Pada tahun 2016, ditemukan 186 sediaan darah malaria positif 0,01 per 1000
penduduk dari 1.263 suspek malaria, yang artinya penyebaran penyakit malaria masih ada di Kabupaten OKUnamun sudah dapat dikendalikan melalui program
penanggulangan eliminasi malaria. Dengan realisasi API sebesar 0,01 per 1000 penduduk dibandingkan target 1 per 1.000 penduduk, maka kinerja indikator ini
sebesar 199 tergolong sangatberhasil
x≥85.Akselerasi dalam rangka
eliminasi malariaperlu dilakukan juga melalui intervensi faktor resiko lingkungan pada wilayah yang cukup endemis. Dari data pengelola program malaria Dinas
Kesehatan, diperoleh
gambaran bahwasanya
seluruh Puskesmas
telah melaksanakan pemeriksaan sediaan darah malaria namun didapatkan 4 Puskesmas
yang menggunakan perhitungan malaria klinis AMI = Annual Malaria Incidence yaitu Puskesmas Peninjauan, Pengaringan, Ulak Pandan dan Penyandingan. Pada
tahun 2017, Dinas Kesehatan harus bekerja keras untuk mewujudkan Puskesmas Eliminasi Malaria hingga tahun 2020 dengan melengkapi sarana, prasarana,
peralatan kesehatan termasuk RDT, tenaga mikroskopis dan insentif pemeriksaan slide malaria bagi petugas mikrioskopis.
- 3 indikator yang memiliki capaian kinerja yang tergolong
cukup berhasil 55 ˂ x ˂ 70, yakni;
LKjIP Dinas Kesehatan Kab. Ogan Komering Ulu Tahun 2016 51
1. Cakupan penemuan penderita pneumonia
Cakupan penemuan penderita peneumonia balita adalah persentase balita dengan peneumonia yang ditemukan dan ditangani sesuai dengan tatalaksana standar
pada sarana kesehatan disatu wilayah dalam waktu satu tahun. Target kinerja tahun 2016 sebesar 100 dan baru tercapai 65,53 1.012 penderita yang
ditemukan dan ditangani sesuai tatalaksana standar sehingga pencapaian kinerja indikator ini sebesar 65,53. Jika dibandingkan dengan capaian tahun 2015
60,17, pada tahun 2016 ini mengalami sedikit peningkatan, tetapi jika dibandingkan dengan target nasional, Kab.OKU masih belum tercapai. Belum
tercapainya target dikarenakan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang bahaya pneumonia masih rendah. Dari wawancara acak terhadap keluarga
penderita yang dilakukan secara lisan, masyarakat masih menganggap bahwa pneumonia merupakan penyakit batuk bisa yang mungkin hanya disebabkan
perubahan
cuacasehingga anak
tidak perlu
dibawa ke
fasilitas kesehatan.Kebiasaan masyarakat untuk mengabaikan dan mengobati sendiri
penyakit tersebut cukup berpengaruh terhadap capaian program. Secara manajemen, adanya pertukaran maupun perpindahan pengelola program. Secara
manajemen, adanya pertukaran maupun perpindahan pengelola program dipuskesmas masih cukup tinggi, sehingga sebagian besar pengelola program
ISPA di puskesmas merupakan pengelola program baru, yang tidak terlatih dan belum pernah mengikuti pelatihan ISPA. Kurangya pengetahuan dan keterampilan
pengelola program mempengaruhi pencapaian target dan pengiriman laporan. Secara indikator capaian program, peningkatan jumlah penduduk dengan angka
kesakitan dirasa cukup tinggi sehingga capaian target menjadi lebih rendah dibandingkan pada tahun sebelumnya.
2. Tata laksana kasus rabies