Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskintidak mampu Persentase Kepesertaan Sistem Jaminan Sosial Nasional SJSN Kesehatan menjadi 95;

LKjIP Dinas Kesehatan Kab. Ogan Komering Ulu Tahun 2016 64 indikator kinerja ini sebesar 99 dengan kategori sangat berhasil. Penyediaan obat di luar Fornas disebabkan oleh beberapa pertimbangan, seperti ; a Obat sudah sejak lama digunakan Puskesmas tetapi saat dilakukan pergantian dari DOEN ke Fornas, obat dimaksud tidak dicantumkan dalam Fornas; b Harga obat yang lebih murah; c Bentuk sediaan obat dan kesulitan distributor mencari obat generik yang dipesan sehingga diganti dengan obat yang ber-merk; d Beberapa jenis obat merupakan titipan dari Badan Penanggulangan Bencana Nasional yang termasuk ke dalam obat program namun berbeda dengan Fornas. Jumlah ketersediaan obat untuk pelayanan kesehatan dasar harus ditingkatkan seoptimal mungkin agar tercapai prinsip efektifitas dan efisiensi penggunaan anggaran dana pengadaan obat.

3. Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskintidak mampu

Cakupan pelayanan kesehatan dasar pasien masyarakat miskin adalah jumlahkunjungan pasien masyarakat miskin disarana kesehatan strata pertama dalam satu wilayah kerja tertentu pada kurun waktu tertentu. Target kinerja tahun 2016 sebesar 100, jumlah masyarakat miskin yang berkunjung ke puskesmas sebanyak 100, sehingga capaian kinerja tahun 2016 sebesar 100 dengan capaian kinerja termasuk kategori sangat berhasil. Pencapaian ini dipengaruhi oleh tingkat pemanfaatan sarana kesehatan yang dilakukan oleh masyarakat miskin ketika membutuhkan pelayanan kesehatan, disamping itu, hal ini didukung juga oleh seluruh puskesmas di Kabupaten Ogan Komering Ulu terhadap pelaksanaan program pelayanan kesehatan masyarakat miskin Jaminan Sosial Sumsel Semesta JS-3 maupun Jaminan Kesehatan Nasional melalui BPJS yang disubsidi oleh Pemerintah Pusat. Jumlah kunjungan rawat jalan di Puskesmas dalam wilayah Kab. OKU sebesar 138.577 kunjungan 80 dengan jumlah rawat inap sebanyak 781 kunjungan 1 dari kunjungan rawat jalan. Rendahnya kunjungan rawatinap menunjukkan bahwa Dinas Kesehatan Kab. OKU berupaya semaksimal mungkin untuk meningkatkan kemandirian masyarakat dalam berbudaya hidup sehat sehingga kasus penyakit yang membutuhkan perawatan dapat dihindari sedini mungkin dengan pola hidup bersih dan sehat mengutamakan upaya promotif – preventif. Dua indikator pada sasaran strategis ke-lima yang memiliki kategori berhasil 70 ≤x85, yakni indikator :

1. Persentase Kepesertaan Sistem Jaminan Sosial Nasional SJSN Kesehatan menjadi 95;

Pengembangan arah sistem pembiayaan kesehatan seprti yang dimaksud UU SJSN, bukan hanya meliputi peran pemerintah pusat tetapi juga pemerintah daerah provinsi dan kabupatenkota. Peran pemerintah daerah untuk menyelenggarakan sistem jaminan sosial semakin kuat dengan dikabulkannya judicial review atas UU nomor 24 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional oleh Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. Upaya mengembangkan sistem jaminan sosial di daerah untuk mewujudkan cakupan terlindunginya semua penduduk, hendaknya disadari sebagai pelaksanaan kewajiban konstitusional. LKjIP Dinas Kesehatan Kab. Ogan Komering Ulu Tahun 2016 65 Jumlah masyarakat Kab. OKU yang memiliki akses Jamkesda JS-3 sebanyak 93.998 orang 54 dan Jaminan Kesehatan Nasional sebanyak 86.932 orang 50.Target kepesertaan SJSN tahun 2016 sebesar 60 yang tercapai baru 50 sehingga pencapaian kinerjanya 84. Pada masa- masa mendatang akan dilaksanakan integrasi Jaminan Kesehatan Daerah JamkesdaJS-3 ke SJSN sehingga pola pembiayaan jaminan kesehatan ini lebih terfokus, efisien dan tepat sasaran. Besarnya penerima bantuan iuran, paket manfaat dan model pengelolaan Jamkesda tentu akan berdampak pada sulitnya penyeragaman besaran iuran dan sasaran penerima bantuan iuran Jamkesda ke dalam mekanisme pembiayaan JKN. Diperlukan suatu formulasi kebijakan yang mampu mengintegrasikan penyelenggaraan Jamkesda KabupatenKota dalam skema JKN, baik dari sisi manajemen pengelolaan, paket manfaat maupun besaran iuran sehingga mencegah terjadinya tumpang tindih overlapping wewenang dan tanggung jawab Pemerintah Pusat, daerah maupun BPJS.

2. Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin