LKjIP Dinas Kesehatan Kab. Ogan Komering Ulu Tahun 2016 51
1.  Cakupan penemuan penderita pneumonia
Cakupan  penemuan  penderita  peneumonia  balita  adalah  persentase balita  dengan peneumonia  yang  ditemukan  dan  ditangani  sesuai  dengan    tatalaksana  standar
pada  sarana    kesehatan  disatu  wilayah  dalam  waktu  satu  tahun.    Target  kinerja tahun  2016  sebesar  100  dan  baru  tercapai  65,53  1.012  penderita  yang
ditemukan  dan  ditangani   sesuai  tatalaksana  standar sehingga  pencapaian  kinerja indikator  ini  sebesar  65,53.    Jika  dibandingkan  dengan  capaian  tahun  2015
60,17,  pada  tahun  2016  ini  mengalami  sedikit  peningkatan,  tetapi  jika dibandingkan  dengan  target  nasional,  Kab.OKU  masih  belum  tercapai.  Belum
tercapainya  target  dikarenakan  pengetahuan  dan  kesadaran  masyarakat  tentang bahaya  pneumonia  masih  rendah.  Dari  wawancara  acak  terhadap  keluarga
penderita  yang  dilakukan  secara  lisan,  masyarakat  masih  menganggap  bahwa pneumonia  merupakan  penyakit  batuk  bisa  yang  mungkin  hanya  disebabkan
perubahan
cuacasehingga anak
tidak perlu
dibawa ke
fasilitas kesehatan.Kebiasaan  masyarakat  untuk  mengabaikan  dan  mengobati  sendiri
penyakit  tersebut  cukup  berpengaruh  terhadap  capaian  program.  Secara manajemen,  adanya  pertukaran  maupun    perpindahan  pengelola  program.  Secara
manajemen,  adanya  pertukaran  maupun  perpindahan  pengelola  program dipuskesmas  masih  cukup  tinggi,  sehingga  sebagian  besar  pengelola  program
ISPA  di  puskesmas  merupakan  pengelola  program  baru,  yang  tidak  terlatih  dan belum pernah mengikuti pelatihan ISPA. Kurangya pengetahuan dan keterampilan
pengelola  program    mempengaruhi  pencapaian    target  dan  pengiriman  laporan. Secara  indikator    capaian  program,  peningkatan  jumlah  penduduk  dengan  angka
kesakitan  dirasa  cukup  tinggi  sehingga  capaian  target  menjadi  lebih  rendah dibandingkan pada tahun sebelumnya.
2.  Tata laksana kasus rabies
Adalah jumlah  orang  yang  mengalami  gigitan  hewan  yang  diduga  rabies,  yang di  tangani  sesuai  terlaksana  rabies  dalam  waktu  1  satu  tahun  di  satu  wilayah
tertentu.Target  kinerja  tahun  2016  adalah  100,  artinya  ditargetkan  semua tersangka  rabies  dapat  ditangani  sesuai  tatalaksana  yang  telah  ditetapkan  dengan
pemberian vaksinasi anti rabies VAR sebanyak 5 kali. Tetapi realisasinya , baru 49 kasus dari 71 kasus gigitan yang  mendapatkan penanganan sesuai tatalaksana
rabies  69,01.  Prosentase  penanganan  kasus  rabies  yang  sesuai  standar  lebih rendah  dibandingkan  tahun  2015  yang  sebesar  79,2.    Masih  rendahnya
tatalaksana  kasus  rabies  69,01  disebabkan  ketidaklengkapan    pemberian vaksin pada kasus gigitankarena banyak kasus gigitan yang tidak datang lagi  pada
suntikan  berikutnya.    Untuk  mengantisipasi  penatalaksanaan  kasus  rabies  yang tidak standar terkait kesiapan vaksin , perlu kiranya Dinas Kesehatan melalui Unit
Pelayanan  Farmasi  Kabupaten  menyediakan  VAR  dalam  jumlah  yang  lebih banyak  20  diatas  perkiraan  kasus  dan    menyiapkan  Puskesmas  Satelit  yang
menyimpan  VAR  dalam  kurun  waktu  tertentu  agar  tidak  menyulitkan  penderita saat membutuhkan vaksinasi anti rabies.  Kasus rabies memiliki penyebaran yang
merata  pada  setiap  Kecamatan.  Adapun  Puskesmas  yang  memperoleh  kejadian gigitan diatas 3 kasus, adalah : Puskesmas Pengandonan 5 kasus; Peninjauan 6
kasus;  Tanjung  Agung  6  kasus;  Lubuk  Batang  12  kasus  dan  Puskesmas Mendingin sebanyak 33 kasus, seperti digambarkan dalam grafik dibawah ini :
LKjIP Dinas Kesehatan Kab. Ogan Komering Ulu Tahun 2016 52
Grafik 3.2. Distribusi Kasus Rabies Terbanyak di Wilayah Puskesmas
Kabupaten OKU Tahun 2016
3.  Prevalensi Obesitas pada penduduk usia ≥ 18 tahun sebesar 5,4
Penyakit  degeneratif  semakin  menunjukkan  peningkatan  kasus  setiap  tahunnya diantaranya  penyakit  Diabetes  Mellitus,  Hipertensi, Jantung  Koroner,  Stroke  dan
Kanker.      Kelompok  penyakit  ini  memiliki  banyak  faktor  resiko  antaralain kegemukan  obesitas.      Kegemukan  senantiasa  dihubungkan  dengan  gaya  hidup
atau pola makan seseorang.  Pola makan yang tidak sehat atau tidak proporsional kandungan zat gizinya dan kecenderungan malas berolahraga akan menjadi faktor
pemicu kegemukan.  Untuk mengendalikan perkembangan penyakit tidak menular ini,  Dinas  Kesehatan  melakukan  kegiatan  pengukuran  berat  badan  dan  tinggi
badan secara rutin di Pos Binaan Terpadu POSBINDU Penyakit Tidak Menular oleh  kader  Posbindu  dengan  pendampingan  petugas  Puskesmas.      Dari  data
laporan  Puskesmas  diperoleh  gambaran  bahwa  prevalensi  obesitas  pada  usia  18 tahun  ke  atas  sebesar  3,65  dengan  capaian  kinerja  sebesar  67,59.      Perlu
dilakukan  pemberdayaan  masyarakat  dalam  hal  ini  kader  Posbindu  agar  aktif melakukan  pemeriksaan  fisik  kepada  seluruh  sasaran  berisiko  dalam  wilayah
kerjanya.    Dinas  Kesehatan  juga  harus  memfasilitasi  kelengkapan  peralatan Posbindu  PTM  Penyakit  Tidak  Menular  untuk  memotivasi  sasaran  mengikuti
kegiatan secara aktif.
- 6 indikator kinerja yang memiliki capaian kinerja yang tergolong tidak berhasil x
≤ 55, yakni; 1.  Terkendalinya  prevalensi    HIV  pada  populasi  dewasa  dari  0,2  menjadi
dibawah 0,5 Adalah  pengidap  HIV  positif  dan  AIDS  pada  kelompok  populasi    pada  satu
wilayah pada kurun waktu  1  satu tahun. Target tahun 2016
sebesar  0.5, tetapi diperoleh 11 kasus yang ditemukan pada tahun  bersangkutan    0,6  dengan  capaian  kinerja  sebesar  40  dengan  kriteria
5 10
15 20
25 30
35
Pengandonan Peninjauan
Tanjung Lengkayap
Lubuk Batang Mendingin
Jumlah kasus
LKjIP Dinas Kesehatan Kab. Ogan Komering Ulu Tahun 2016 53
tidak  berhasil.  Ketidakberhasilan  ini  didorong  dengan  ketidaktersediaan  dana operasional  dalam  Program  Pemberantasan  HIVAIDS  baik  di  Dinas  Kesehatan
maupun  RS  Dr.  H.  Ibnu  Sutowo  selaku  penanggung  jawab  Klinik  Visite,  tidak adanya  koordinasi  antara  Program  HIVAIDS  selaku  pelaksana  teknis  dengan
KPAD  Kab.    OKU  dan  tersendatnya  dana  Global  Fund  HIVAIDS.    Tingginya penemuan  kasusperlu  diwaspadai,  mengingat  untuk  kasus  HIVAIDS,  jumlah
penderita  yang  sebenarnya  adalah  lebih  banyak  dari  pada  jumlah    kasus  yang ditemukan atau dikenal dengan fenomena gunung es  iceberg Phenomenon. Hal
ini  bisa  dipahami,  karena  adanya  rasa  malu  pada  kelompok  populasi  dewasa terutama kelompok resiko tinggi untuk memeriksakan  diri ke fasilitas kesehatan,
mereka baru mau memeriksakan diri jika telah menimbulkan gangguan kesehatan yang  menganggu  aktifitas  mereka.Kegiatan  HIVAIDS  Dinas  Kesehatan  Kab.
OKU  pada    masa  mendatang  perlu  ditingkatkan  melalui  sinkronisasi  kegiatan dengan  KPAD  Kab.  OKU,  Klinik  VCT  RS  Dr  Ibnu  Sutowo  dan  Klinik  Infeksi
Menular  Seksual  di  Puskesmas  Lubuk  Batang  dengan  penyediaan  dana  yang memadai dan tepat sasaran,  mengingat kegiatan tersebut di atas pada tahun 2016
tidak  berjalan  secara  maksimal  karena  keterbatasan  dana  proses  efisiensi anggaran skala nasional.
2.  Meningkatkan  cakupan  Acute  Flacid  Paraliysis  AFP  rate  per  100.000 penduduk   15 tahun menjadi   2 ;
Cakupan AFP adalah jumlah kasus Acute Flacid Paralysys AFP Non polio yang ditemukan  di  antara  100.000  penduduk      15  tahun  per  tahun    di  satu  wilayah
tertentu.  Tahun  2016  ditargetkan  ditemukannya  2100.000  jumlah  penduduk  anak usia  15 tahun, sedangkan yang ditemukan dari hasil surveilens sebanyak 1 kasus
yaitu  di  Puskesmas  Kemalaraja  sehingga  pencapaian    kinerja  untuk  indikator tersebut  sebesar  -6.    Hal  ini  disebabkan  masih  banyaknya  kasus  yang  lolos
dikarenakan  masih  kurang  pengetahuan  dan  sosialisasi  di  masyarakat  terhadap lumpuh  layu.    Ke  depannya  diharapkan  pengelola  program  AFP  Dinas  Kesehatan
Kabupaten dapat bekerja sama dengan seksi Promosi Kesehatan dalam penyediaan alat  bantu  penyuluhan  seperti  lembar  balik,  poster, leaflet,  banner  yang  dibagikan
kepada masyarakat agar lebih tanggap terhadap kasus lumpuh layu sehingga angka penemuan kasus AFP non Folio juga akan meningkat.
3.  Meningkatnya  cakupan    DesaKelurahan  mengalami  KLB  yang  dilakukan penyelidikan epidemiologi   24 jam menjadi 100
Adalah  jumlah  desakelurahan  yang  mengalami  KLB  dan  dilakukan  penyelidikan epidemiologi kurang dari 24 jam.  Target kinerja tahun 2016 adalah 100, artinya
semua  desakelurahan  yang  mengalami  KLB  ditargetkan    dapat  dilakukan penyelidikan    24 jam  oleh  petugas  surveilans  Puskesmas  dan  Dinas Kesehatan.
Pada  tahun  2016  realisasi  kegiatan  ini  sebesar  8,2  lebih  rendah  dibandingkan tahun  2015  85.  Dari  data  Puskesmas  yang  dikompilasi  oleh  Dinas  Kesehatan
diperoleh gambaran bahwa dari 61 desa yang mengalami KLB hanya 5 desa yang dilakukan investigasi  24 jam.  Hal ini disebabkan sering terlambatnya informasi
dari  desa  ke  Puskesmas  danKabupaten    serta  ketidaksesuaian  rencana  kegiatan dengan    Kejadian  Luar  Biasa  dalam    sistem  pengalokasian  dana  di    Dinas
Kesehatan.  Kendala  inilah  yang  membuat  kasus  sering  terlambat  dalam
LKjIP Dinas Kesehatan Kab. Ogan Komering Ulu Tahun 2016 54
penanggulangannya guna memutus mata rantai penularan sehingga capaian kinerja untuk indikator ini digolongkan tidak berhasil dengan besaran 8,2.
4.  Cakupan penemuan penderita kusta