23 Arus kas dari aktivitas pendanaan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2007 penerimaan
terbesar diperoleh dari penerimaan pinjaman bank sebesar Rp 139.488 juta. Sedangkan pengeluaran kontribusi terbesar diperoleh dari pembayaran pinjaman bank sebesar Rp 100.081 juta.
7. Belanja Barang Modal Capital Expenditure
Selama periode 10 sepuluh bulan yang berakhir pada tanggal 31 Oktober 2010 serta untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2009, 2008 dan 2007, pengeluaran belanja modal Perseroan
masing-masing sebesar Rp 1.863 juta, Rp 932 juta, Rp 3.312 juta dan Rp 1.797 juta. Belanja barang modal tersebut sebagian besar digunakan untuk penambahan jaringan usaha dan pengembangan infrastruktur
teknologi informasi dengan tujuan untuk menunjang pertumbuhan usaha Perseroan. Sumber dana yang digunakan untuk belanja barang modal diatas berasal dari dana kas internal Perseroan dengan denominasi
mata uang Rupiah.
Untuk rencana belanja barang modal yang akan dilakukan dimasa mendatang sebagian besar dananya berasal dari hasil Penawaran Umum Perdana Saham dan sisanya berasal dari dana kas internal.
8. Solvabilitas
Solvabilitas merupakan parameter alat ukur untuk mengetahui kemampuan Perseroan dalam memenuhi seluruh kewajiban pinjaman jangka pendek maupun jangka panjang. Solvabilitas diukur dengan
membandingkan total kewajiban yang mengandung beban bunga Perseroan dengan total ekuitas Perseroan Gearing Ratio.
dalam jutaan Rupiah; kec rasio
Keterangan 31 Okt
31 Desember 2010
2009 2008
2007
Jumlah Kewajiban yang mengandung beban bunga 592.401
469.359 243.388
115.109 Jumlah Ekuitas
131.908 120.628
109.521 99.470
Solvabilitas 4,49 x
3,89 x 2,22 x
1, 16 x
Posisi Gearing Ratio Perseroan masih jauh dibawah ketentuan Peraturan Menteri Keuangan RI No.84 PMK.0122006 tanggal 29 September 2006 tentang Perusahaan Pembiayaan yang menetapkan gearing
ratio maksimal sebesar 10 kali. Hal ini membuktikan bahwa Perseroan sudah memenuhi tingkat kesehatan perusahaan pembiayaan sebagaimana dipersyaratkan oleh Bapepam dan LK.
Peningkatan Gearing Ratio Perseroan sejalan dengan peningkatan pinjaman Bank dari tahun ke tahun yang mencerminkan pembiayaan konsumen Perseroan.
9. Imbal Hasil Aset
Imbal hasil aset Return on Asset adalah rasio yang menggambarkan kemampuan Perseroan menghasilkan laba bersih dari perputaran asetnya. Rasio ini diukur dengan membandingkan antara laba bersih terhadap
aset Perseroan.
dalam jutaan Rupiah; kec rasio
Keterangan 31 Okt
31 Desember 2010
2009 2008
2007
Laba Bersih 11.281
11.106 6.052
4.218 Total Aset
750.046 612.970
359.655 219.216
ROA 1,50
1,81 1,68
1,92
Imbal hasil aset pada tanggal 31 Oktober 2010 mengalami penurunan karena pertumbuhan laba bersih lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan aset, yaitu masing – masing sebesar 1,58 dan sebesar
22,36. Hal ini disebabkan karena masih tingginya jumlah beban operasional Perseroan, sehingga pertumbuhan laba bersih Perseroan tidak bisa terlalu besar.
Imbal hasil aset pada tanggal 31 Desember 2009 mengalami peningkatan karena pertumbuhan laba bersih lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan aset, yaitu masing – masing sebesar 83,51 dan sebesar
70,43. Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya kontribusi pendapatan dari cabang-cabang baru yang dibuka di tahun sebelumnya.
24 Imbal hasil aset pada tanggal 31 Desember 2008 mengalami penurunan karena pertumbuhan laba bersih
lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan aset, yaitu masing – masing sebesar 43,48 dan sebesar 64,06. Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya kontribusi pendapatan dari cabang-cabang baru
yang telah dibuka.
10. Imbal Hasil Ekuitas
Imbal Hasil Ekuitas Return on Equity adalah rasio yang menggambarkan kemampuan Perseroan menghasilkan laba bersih bagi para pemegang sahamnya. Rasio ini diukur dengan membandingkan antara
laba bersih terhadap jumlah ekuitas.
dalam jutaan Rupiah; kec rasio
Keterangan 31 Okt
31 Desember 2010
2009 2008
2007
Laba Bersih 11.281
11.106 6.052
4.218 Total Ekuitas
131.908 120.628
109.521 95.470
ROE 8,55
9,21 5,53
4,42
Imbal hasil ekuitas pada tanggal 31 Oktober 2010 mengalami penurunan karena pertumbuhan laba bersih lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan ekuitas, yaitu masing – masing sebesar 1,58 dan
sebesar 9,35. Hal ini disebabkan karena masih tingginya jumlah beban operasional Perseroan, sehingga pertumbuhan laba bersih Perseroan tidak bisa terlalu besar.
Imbal hasil ekuitas pada tanggal 31 Desember 2009 mengalami peningkatan karena pertumbuhan laba bersih lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekuitas, yaitu masing – masing sebesar 83,51
dan sebesar 10,14. Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya kontribusi pendapatan dari cabang- cabang baru yang dibuka di tahun sebelumnya.
Imbal hasil ekuitas pada tanggal 31 Desember 2008 mengalami peningkatan karena pertumbuhan laba bersih lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekuitas, yaitu masing – masing sebesar 43,48
dan sebesar 14,72. Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya kontribusi pendapatan dari cabang- cabang baru yang telah dibuka.
C. KEMAMPUAN MANAJEMEN
Dalam menjalankan kegiatan usahanya Perseroan didukung oleh manajemen yang tangguh terdiri dari para Direksi dan diawasi oleh jajaran Komisaris yang memiliki pengalaman dibidang pembiayaan konsumen. Selain
itu Perseroan juga didukung oleh karyawan – karyawan yang memiliki integritas, kapabilitas dan pengalaman yang luas dalam industri pembiayaan konsumen. Adapun beberapa penghargaan yang diterima Perseroan
sebagai berikut :
Nama Penghargaan Kategori
Institusi
Infobank Award 2009 Sangat Bagus
Majalah Infobank Infobank Award 2008
Sangat Bagus Majalah Infobank
Infobank Award 2007 Sangat Bagus
Majalah Infobank Infobank Award 2006
Sangat Bagus Majalah Infobank
D. MANAJEMEN RISIKO
Dalam menjalankan kegiatan operasional sehari-hari, Perseroan sangat menyadari akan adanya berbagai jenis risiko yang dihadapi. Meskipun demikian Manajemen Perseroan sudah mempunyai strategi untuk melakukan
pengelolaan manajemen risiko secara terintegrasi, optimal dan berkesinambungan. Dimana Pengelolaan tersebut antara lain dilakukan dengan pelaksanaan manajemen risiko yang sistematis seperti identiikasi risiko,
pengukuran risiko, dan pengendalian risiko. Dalam hal identiikasi risiko, maka Perseroan harus mengetahui faktor-faktor risiko yang mungkin muncul baik
yang berasal dari internal maupun eksternal sehingga kemudian Perseroan dapat melakukan pengukuran terhadap setiap risiko yang mungkin timbul. Untuk pengendalian risiko, Perseroan melakukan upaya-upaya yang
diperlukan untuk meminimalkan terjadinya risiko tersebut. Pengendalian juga dilakukan dengan pemantauan dan pengkajian risiko secara berkala sehingga risiko-risiko tersebut dapat dikendalikan sedemikian rupa sehingga
tidak mengurangi nilai Perseroan secara signiikan. Meskipun demikian, Perseroan tetap menyadari akan adanya risiko yang berada di luar kendali yang tidak dapat dihilangkan sepenuhnya oleh upaya-upaya internal.