mikroba namun tidak menimbulkan efek toksik pada manusia. Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada antibiotika yang bersifat menghambat pertumbuhan
mikroba, dikenal sebagai aktivitas bakteriostatik, dan ada yang bersifat membunuh mikroba, dikenal sebagai aktivitas bakterisid. Kadar minimal yang
diperlukan untuk menghambat pertumbuhan mikroba atau membunuhnya, masing-masing dikenal sebagai Kadar Hambat Minimal KHM dan Kadar Bunuh
Minimal KBM Setiabudy, 2008
3. Penggunaan antibiotika yang rasional
Penggunaan antibiotika harus digunakan dengan resep dokter dan tetap diminum sampai habis walaupun kondisi pasien telah membaik. Selain itu
antibiotika juga harus digunakan sesuai aturan dan dosis yang tepat. Untuk mencapai penggunaan antibiotika yang rasional, hal lain yang perlu diperhatikan
adalah mengenai sisa antibiotika. Antibiotika yang tidak dihabiskan atau sisa dari pengobatan penyakit yang sebelumnya tidak boleh digunakan kembali untuk
mengobati penyakit yang dianggap mirip atau bahkan berbeda tanpa persetujuan dari dokter. Penggunaan antibiotika dengan resep dokter ini bertujuan untuk
mencapai outcome terapi yang optimal, dan menurunkan resiko terjadinya resistensi antibiotika American Academy of Family Physicians, 2009.
Penggunaan obat yang rasional mengacu pada penggunaannya yang benar, tepat, dan tepat obat-obatan. Penggunaan obat secara rasional yaitu pasien
menerima obat yang tepat, dalam dosis yang tepat, untuk jangka waktu yang cukup, dan pada biaya terendah untuk pasien WHO, 2010.
4. Resistensi antibiotika
Resistensi merupakan suatu proses tidak terhambatnya pertumbuhan bakteri pada pemberian antibiotika dengan dosis normal maupun dengan
konsentrasi kadar hambat minimalnya Tripathi, 2008. Bahaya penggunaan irrasional antibiotika yaitu dapat menyebabkan resistensi bakteri terhadap
antibiotika. Resistensi bakteri menyebabkan antibiotika menjadi kurang efektif dalam mengontrol atau menghentikan pertumbuhan bakteri. Bakteri yang menjadi
target operasi antibiotika beradaptasi secara alami untuk menjadi kebal dan tetap melanjutkan pertumbuhan demi kelangsungan hidup meski dengan antibiotika
Todar, 2011. Menurut Utami 2012 penyebab utama resistensi antibiotika adalah
penggunaannya yang meluas dan irasional. Kurang lebih 80 digunakan untuk kepentingan manusia dan sedikitnya 40 untuk indikasi yang kurang tepat,
misalnya infeksi virus. Terdapat beberapa faktor yang mendukung terjadinya resistensi antara lain :
a. Penggunaan antibiotika irasional meliputi penggunaan antibiotika yang terlalu singkat, dosis yang terlalu rendah, diagnosa awal yang salah Bisht, Katiyar,
Singh dan Mittal, 2009. b. Faktor yang berhubungan dengan pasien. Pasien dengan pengetahuan yang
kurang tepat menganggap bahwa antibiotika wajib digunakan dalam berbagai macam penyakit misalnya batuk ringan, demam dan bahkan infeksi virus.
Pasien dengan latar belakang finansial yang tinggi cenderung akan meminta antibiotika maupun obat lain yang baru dan mahal meskipun sebenarnya tidak
diperlukan. Selain itu pasien juga membeli antibiotika sendiri tanpa resep dokter untuk upaya swamedikasi Bisht et al, 2009.
c. Masalah peresepan, para pembuat resep sering merasa kesulitan dalam menentukan terapi antibiotika yang tepat karena kurangnya pelatihan dalam
hal penyakit infeksi dan tatalaksana antibiotika Bisht et al, 2009. Pencegahan resistensi bakteri terhadap antibiotika dapat dilakukan
dengan cara mematuhi petunjuk dokter, salah satunya dengan menggunakan antibiotika pada rentang terapi dan cara penggunaan yang tepat American
Academy of Family Physicians, 2009. Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi
resistensi antibiotika akibat pengobatan sendiri adalah dengan diberlakukannya undang-undang yang mengatur tentang penjualan antibiotika. Hal tersebut diatur
dalam undang-undang obat keras St.No.419 tgl 22 Desember 1949, pada pasal 3 ayat 1.
F. Metode Seminar