Hasil Estimasi Aktivitas Antioksidan dengan Radikal DPPH

tiga dikarenakan pada replikasi tiga yang paling menunjukkan selisih absorbansi yang paling stabil, sehingga hasil pengukuran dapat digunakan untuk menentukan OT reaksi antara kuersetin dengan DPPH. Pada fraksi etil asetat Gambar 8 menunjukkan absorbansi yang stabil atau selisih absorbansi yang stabil mulai pada 25-60 menit, sehingga ditentukan OT pada pengukuran fraksi etil asetat, yaitu 25 menit. Digunakan replikasi dua dalam penentuan OT fraksi etil asetat dikarenakan sudah mewakili kedua replikasi lain yang menunjukkan OT pada menit ke-25.

H. Hasil Estimasi Aktivitas Antioksidan dengan Radikal DPPH

Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode penangkapan radikal terhadap radikal 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil DPPH. Senyawa yang beraksi sebagai penangkal radikal bebas akan mereduksi DPPH yang dapat diamati dengan adanya perubahan warna DPPH dari ungu menjadi kuning ketika elektron ganjil dari radikal DPPH telah berpasangan dengan hidrogen dari senyawa penangkal radikal bebas yang akan membentuk DPPH-H tereduksi Molyneux, 2004. Hasil dari pengurangan warna ini merupakan stokiometri terhadap jumlah dari elektron yang ditangkap Bondet et al., 1997. DPPH• + AH ↔ DPPHH + A• Pada penelitian ini digunakan pembanding yaitu kuersetin, yang dimaksudkan untuk melihat potensi kekuatan fraksi etil asetat dibandingkan senyawa kuersetin. Penelitian yang dilakukan oleh Majewska et al. 2011 menunjukkan bahwa kuersetin merupakan senyawa flavonoid yang kuat sebagai antioksidan. Dalam penelitian Howlader et al. 2012 disebutkan bahwa dalam ekstrak metanolik daun apel beludru memiliki kandungan alkaloid, tanin, gula, getah dan flavonoid. Flavonoid jenis kuersetin ditemukan dalam tanaman yang masih satu genus dengan apel beludru Diospyros blancoi A. DC. yaitu pada Diospyros virginiana L. Duke, 2001. Menurut Muharni 2010 profil kandungan kimia suatu spesies tumbuhan dalam satu genus umumnya akan menunjukkan kandungan kimia yang mirip, maka dalam tanaman apel beludru dimungkinkan juga terdapat senyawa flavonoid yang mirip. Senyawa antioksidan mendonorkan H pada DPPH• sehingga DPPH• menjadi stabil DPPH-H. Setelah DPPH• mengikat H dan menjadi DPPH-H maka delokalisasi elektron tidak terjadi yang menyebabkan intensitas warna menjadi berkurang. Intensitas warna DPPH yang berkurang sebanding dengan konsentrasi senyawa antioksidan yang semakin bertambah. Aktivitas antioksidan dinyatakan dengan IC 50 , yaitu konsentrasi yang dibutuhkan untuk mengurangi radikal DPPH sebesar 50. Nilai IC 50 diperoleh dari persamaan regresi linier yang menyatakan hubungan antara konsentrasi larutan uji dengan persen penangkapan radikal. Apabila nilai IC 50 semakin kecil maka semakin kuat aktivitas antioksidan senyawa dalam larutan yang sedang diuji. Keuntungan metode DPPH ini adalah tes ini sederhana, cepat dan hanya membutuhkan spektrofotometer UV-Vis untuk melakukan uji, sehingga metode ini digunakan secara luas dalam skrining antioksidan Prior et al., 2005. Tabel V. Hasil aktivitas antioksidan kuersetin dengan metode DPPH Replikasi Konsentrasi µgmL Absorbansi kontrol Absorbansi kuersetin IC Persamaan regresi linier 5,10 0,701 17,82 7,65 0,564 33,88 I 10,2 0,853 0,468 45,13 y = 5,2365x–7,786 12,75 0,345 59,55 r = 0,9987 15,3 0,241 71,75 5,05 0,707 17,98 7,58 0,577 33,06 II 10,1 0,862 0,472 45,24 y = 5,3620x–8,5773 12,63 0,354 58,93 r = 0,9996 15,15 0,235 72,74 4,95 0,698 18,65 7,43 0,567 33,92 III 9,9 0,858 0,456 46,85 y = 5,5988x–8,5157 12,38 0,338 60,61 r = 0,9997 14,85 0,218 74,59 Tabel V menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi kuersetin yang direaksikan dengan DPPH maka aktivitas antioksidannya semakin besar. Hal ini terlihat dari nilai IC yang semakin besar seiring dengan penambahan konsentrasi kuersetin. Pengukuran aktivitas kuersetin dilakukan sebanyak tiga kali replikasi, masing-masing replikasi memiliki persamaan regresi linier. Persamaan ini nantinya yang akan dipakai untuk menghitung nilai IC 50 dan kemudian dibuat reratanya. Gambar 9. Kurva persamaan regresi linier aktivitas antioksidan kuersetin Replikasi 3 Gambar 9 menunjukkan bahwa nilai IC 50 yang didapat dari persamaan merupakan hasil intrapolasi. Grafik yang ditunjukkan Gambar 9 merupakan hasil regresi linier dari replikasi tiga yang mewakili dua replikasi lainnya dikarenakan kedua replikasi yang lain juga menunjukkan hasil penghitungan IC 50 secara intrapolasi atau berada dalam rentang konsentrasi yang digunakan dalam pengukuran seri konsentrasi kuersetin. 10 20 30 40 50 60 70 80 2 4 6 8 10 12 14 16 IC Konsentrasi µgmL Kurva konsentrasi kuersetin vs IC y = 5,5988x – 8,5157 r = 0,9997 Tabel VI. Hasil aktivitas antioksidan fraksi etil asetat ekstrak metanolik daun apel beludru dengan metode DPPH Replikasi Konsentrasi µgmL Absorbansi kontrol Absorbansi larutan uji IC Persamaan regresi linier 7,58 0,657 24,74 10,1 0,565 35,28 I 12,63 0,873 0,488 44,10 y = 3,7742x – 3,3781 15,15 0,397 54,52 r = 0,9992 17,68 0,325 62,77 7,5 0,646 25,58 10 0,566 34,79 II 12,5 0,868 0,456 47,47 y = 3,9124x – 3,489 15 0,393 54,72 r = 0,9972 17,5 0,308 64,52 7,43 0,675 23,38 9,9 0,589 33,14 III 12,38 0,881 0,481 45,40 y = 4,2910x – 9,1399 14,85 0,407 53,80 r = 0,9988 17,33 0,307 65,15 Tabel VI menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi fraksi etil asetat yang direaksikan dengan DPPH maka aktivitas antioksidannya semakin besar. Hal ini terlihat dari nilai IC yang semakin besar seiring dengan penambahan konsentrasi fraksi etil asetat. Pengukuran aktivitas fraksi etil asetat dilakukan sebanyak tiga kali replikasi, masing-masing replikasi memiliki persamaan regresi linier. Persamaan ini nantinya yang akan dipakai untuk menghitung nilai IC 50 dan kemudian dibuat reratanya. Gambar 10. Kurva persamaan regresi linier aktivitas antioksidan fraksi etil asetat Gambar 10 menunjukkan bahwa nilai IC 50 yang didapat dari persamaan merupakan hasil intrapolasi. Grafik yang ditunjukkan Gambar 10 merupakan hasil regresi linier dari replikasi satu yang mewakili dua replikasi lainnya dikarenakan kedua replikasi yang lain juga menunjukkan hasil penghitungan IC 50 secara intrapolasi atau berada dalam rentang konsentrasi yang digunakan dalam pengukuran seri konsentrasi fraksi etil asetat. Tabel VII. Hasil perhitungan IC 50 kuersetin dan fraksi etil asetat Kuersetin Replikasi IC 50 µgmL Rerata µgmL SD µgmL I 11,04 10,8 0,31 II 10,92 III 10,45 Fraksi etil asetat Replikasi IC 50 µgmL Rerata µgmL SD µgmL I 14,14 13,9 0,25 II 13,67 III 13,78 10 20 30 40 50 60 70 5 10 15 20 IC Konsentrasi µgmL Kurva konsentrasi fraksi etil asetat vs IC y = 3,7742x – 3,3781 r = 9992 Tabel VII menunjukkan hasil pengukuran aktivitas antioksidan kuersetin dan fraksi etil asetat. Rata-rata IC 50 kuersetin adalah 10,8±0,31 µgmL dan rata- rata IC 50 fraksi etil asetat adalah 13,9±0,25 µgmL. Untuk melihat apakah terdapat perbedaan yang bermakna antara IC 50 kuersetin dengan fraksi etil asetat, maka data aktivitas antioksidan diuji secara statistik. Software yang dipakai dalam pengujian dengan statistik adalah R 2.14.1. Uji yang dilakukan pertama adalah uji normalitas untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak. Menurut Dahlan 2009, uji normalitas menggunakan Shapiro-Wilk untuk data yang berjumlah kurang dari lima puluh. Dengan menggunakan taraf kepercayaan 95 maka apabila nilai p 0,05 berarti data terdistribusi normal. Dari hasil perhitungan nilai p yang didapat untuk data kuersetin adalah 0,3698 dan nilai p untuk fraksi etil asetat adalah 0,4309. Karena nilai p 0,05 maka data IC 50 kuersetin dan fraksi etil asetat terdistribusi normal. Dengan data yang terdistribusi normal maka dalam penyajian data digunakan mean untuk ukuran pemusatan dan standar deviasi untuk ukuran penyebaran. Setelah uji normalitas maka dilanjutkan dengan uji variansi dengan Uji F-Dua Variansi. Untuk sampel yang berjumlah dua kelompok digunakan Uji F- Dua Variansi Suhartono, 2008. Nilai p yang diperoleh, yaitu 0,7666 atau dapat disimpulkan nilai p 0,05 yang berarti tidak ada perbedaan variansi IC 50 dari kuersetin dan fraksi etil asetat. Setelah diketahui variansi data, lalu dilanjutkan dengan uji T tidak berpasangan. Uji T tidak berpasangan dilakukan untuk melihat apakah ada perbedaan antara rerata IC 50 dari kuersetin dan fraksi etil asetat. Dari hasil perhitungan dengan program R, didapatkan nilai p adalah 0,0001821. Karena nilai p 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata IC 50 dari kuersetin dan fraksi etil asetat berbeda bermakna, dengan rata-rata IC 50 dari fraksi etil asetat lebih besar dibandingkan rata-rata IC 50 dari kuersetin. Tabel VIII. Penggolongan tingkat kekuatan antioksidan kuersetin dan fraksi etil asetat ekstrak metanolik daun apel beludru Intensitas Nilai IC 50 Kuersetin Fraksi etil asetat Sangat kuat 50 µgmL √ √ Kuat 50-100 µgmL - - Sedang 101-150 µgmL - - Lemah 150 µgmL - - Berdasarkan nilai IC 50 yang diperoleh dari pengukuran aktivitas antioksidan kuersetin dan fraksi etil asetat ekstrak metanolik daun apel beludru dengan metode DPPH, maka kuersetin dan fraksi etil asetat digolongkan dalam senyawa yang memiliki aktivitas antioksidan sangat kuat karena nilai IC 50 kurang dari 50 µgmL Tabel VIII. Hasil penelitian ini dengan menggunakan fraksi etil asetat ekstrak metanolik daun apel beludru menghasilkan nilai IC 50 yang lebih rendah jika dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Das et al. 2010 dan Howlader et al. 2012. Penelitian oleh Das et al. 2010 menggunakan ekstrak metanolik daun apel beludru yang diperoleh dari hasil maserasi selama tujuh hari dan menghasilkan nilai IC 50 sebesar 72,50 µgmL. Penelitian yang dilakukan oleh Howlader et al. 2012 terhadap ekstrak metanolik daun apel beludru yang diekstrak menggunakan metode reflux dengan metanol selama tiga jam menghasilkan nilai IC 50 sebesar 15±0,49 µgmL. Perbandingan nilai IC 50 dari ketiga penelitian menunjukkan bahwa fraksinasi menggunakan etil asetat dari ekstrak metanolik daun apel beludru dapat menghasilkan aktivitas antioksidan yang lebih besar jika dibandingkan dengan aktivitas antioksidan ekstrak metanolik daun apel beludru.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Kandungan fenolik total pada fraksi etil asetat ekstrak metanolik daun apel beludru sebesar 933,5 ± 6,62 mg ekuivalen asam galat per gram fraksi etil asetat ekstrak metanolik daun apel beludru. 2. Nilai aktivitas antioksidan fraksi etil asetat ekstrak metanolik daun apel beludru dengan menggunakan radikal bebas DPPH yang dinyatakan sebagai IC 50 sebesar 13,9 ± 0,2 5 μgmL. Aktivitas antioksidan fraksi etil asetat masuk dalam kategori sangat kuat.

B. Saran

Perlu dilakukan pemanenan daun apel beludru pada musim kemarau saat bunga mulai muncul dan sebelum berbuah. Pemanenan dilakukan pagi hari dua jam setelah matahari terbit untuk mendapatkan metabolit sekunder yang maksimal. 58

Dokumen yang terkait

Potensi antioksidan filtrat dan biomassa hasil fermentasi kapang endofit colletotrichum spp. dari tanaman kina (cinchona calisaya wedd.)

2 23 82

Uji aktivitas antioksidan menggunakan radikal 1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil (DPPH) dan penetapan kandungan fenolik total fraksi etil asetat ekstrak etanol daun trengguli (Cassia fistula L.).

0 2 114

Uji aktivitas antioksidan menggunakan radikal 1,1 Difenil-2-Pikrilhidrazil (DPPH) dan penetapan kandungan fenolik total fraksi etilasetat ekstrak metanolik kulit batang apel beludru (Diospyros blancoi A.DC.).

0 12 109

Uji aktivitas antioksidan menggunakan radikal 1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil (DPPH) dan penetapan kandungan fenolik total fraksi etik asetat sari buah apel bludru (Diospyros blancoi A. DC.).

0 4 119

Uji aktivitas antioksidan menggunakan radikal 1,1 Difenil 2 Pikrilhidrazil (DPPH) dan penetapan kandungan fenolik total fraksi etil asetat ekstrak etanol daun trengguli

1 2 112

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN MENGGUNAKAN METODE DPPH (1,1- DIFENIL-2-PIKRILHIDRAZIL) DAN PENETAPAN KANDUNGAN FENOLIK TOTAL FRAKSI ETIL ASETAT EKSTRAK METANOLIK BAWANG DAUN ( Allium fistulosum L.)

0 0 107

Uji aktivitas antioksidan menggunakan radikal 1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil (DPPH) dan penetapan kandungan fenolik total fraksi etilasetat ekstrak metanolik daun apel beludru (Diospyros blancoi A.DC.) - USD Repository

0 0 105

Uji aktivitas antioksidan menggunakan radikal 1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil (DPPH) dan penetapan kandungan fenolik total fraksi etik asetat sari buah apel bludru (Diospyros blancoi A. DC.) - USD Repository

0 0 111

Uji aktivitas antioksidan menggunakan radikal 1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil (DPPH) dan penetapan kandungan fenolik total fraksi etik asetat sari buah apel bludru (Diospyros blancoi A. DC.) - USD Repository

0 0 8

Uji aktivitas antioksidan menggunakan radikal 1,1 Difenil-2-Pikrilhidrazil (DPPH) dan penetapan kandungan fenolik total fraksi etilasetat ekstrak metanolik kulit batang apel beludru (Diospyros blancoi A.DC.) - USD Repository

0 0 107