perawat pelaksana. Dari data diatas diperoleh bahwa gaya kepemimpinan kepala ruangan cenderung bersifat pasif dan tidak responsif terhadap apa yang dikerjakan
pengikutnya. Kepemimpinan kepala ruangan masih belum mampu mendukung perawat dalam melaksanakan tugas secara optimal, kepala ruangan kurang dalam
membimbing perawat dan menjelaskan tentang asuhan keperawatan sehingga berdampak pada pelaksanaan asuhan keperawatan yang belum berjalan dengan
baik.Padahal demi kelancaran pelaksanaan kerja di rumah sakit sangat diperlukan kerja sama yang baik antara perawat dan pemimpin sehingga kegiatan dirumah sakit
dalam berjalan dengan lancar. Dengan demikian, peneliti ingin meneliti lebih lanjut mengenai pengaruh
gaya kepemimpinan terhadap kinerja perawat di RSUD Sibuhuan.
1.2. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas maka yang menjadi masalah penelitiannya adalah bagaimana pengaruh gaya kepemimpinan terhadap
pelaksanaan asuhan keperawatan di RSUD Sibuhuan?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan di RSUD Sibuhuan.
Universitas Sumatera Utara
1.4 Manfaat Penelitian
1. Memberikan masukan bagi Rumah Sakit Umum Daerah Sibuhuan dalam merenecanakan kepemimpinan yang tepat terhadap pelaksanaan asuhan
keperawatan. 2. Sebagai bahan studi kepustakaan dan memperkaya penelitian ilmiah di
program studi ilmu kesehatan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kepemimpinan
2.1.1. Pengertian Kepemimpinan
Definisi kepemimpinan secara luas meliputi proses memengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan,
memengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Selain itu juga memengaruhi interpretasi mengenai peristiwa-peristiwa para pengikutnya,
pengorganisasian dan aktifitas-aktifitas untuk mencapai sasaran, memelihara hubungan kerja sama dan kerja kelompok, perolehan dukungan dan kerja sama dari
orang-orang di luar kelompok atau organisasi. Rivai,2011 Kepemimpinan merupakan salah satu komponen dalam variabel organisasi
yang dapat mempengaruhi prestasi kerja pegawai.Kepemimpinan adalah upaya penggunaan jenis pengaruh untuk memotivasi orang mencapai tujuan
organisasi.Berdasarkan teori sifat dapat diidentifikasi beberapa ciri pemimpin yang efektif, yaitu mempunyai kecerdasan intelektual dan emosional Gibson at all, 2006.
Robbins 2001 menyatakan kepemimpinan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi kelompok dalam mencapai tujuan, yang dapat bersumber dari formal
seperti posisi atau kedudukan dalam suatu organisasi dan terdapat enam ciri yang terlihat dari seorang pemimpin yaitu ambisi dan energi, hasrat untuk memimpin,
Universitas Sumatera Utara
kejujuran dan integritas, kepercayaan diri, kecerdasan dan pengetahuan yang relevan dengan tugas pekerjaannya.
Kepemimpinan juga dikatakan sebagai proses mengarahkan dan memengaruhi aktivitas-aktivitas yang ada hubungannya dengan pekerjaan para anggota kelompok.
Tiga implikasi penting yang terkandung dalam hal ini yaitu: 1. Kepemimpinan itu melibatkan orang lain baik itu bawahan maupun pengikut
2. Kepemimpinan melibatkan pendistribusian kekuasaan antara pemimpin dan anggota kelompok secara seimbang, karena anggota kelompok bukanlah tanpa
daya 3. Adanya kemampuan untuk menggunakan bentuk kekuasaan yang berbeda untuk
memengaruhi tingkah laku pengikutnya melalui berbagai cara. Kemudian Thoha 2006 menegaskan bahwa kepemimpinan adalah kegiatan
untuk mempengaruhi perilaku orang lain, atau seni mempengaruhi perilaku manusia baik perorangan maupun kelompok. Setiap manajer dituntut menunjukkan perilaku
pemimpin agar tujuan organisasi dapat dicapai secara efektif.Para manajer dalam memperjuangkan pencapaian tujuan organisasi menjalankan organisasi dengan
keterampilan manajerial yaitu kepemimpinan yang efektif. Dengan demikian secara konseptual kepemimpinan sebagai suatu proses atau
kemampuan mempengaruhi orang lain melakukan kegiatan tertentu. Kepemimpinan mencakup konsep hubungan manusia yang luas.Pemimpin adalah orang yang diserahi
tugas dan tanggung jawab untuk memimpin organisasi.Pemimpin memiliki kemampuan untuk memimpin, ilmu dan pengetahuan, berpengalaman serta harus
Universitas Sumatera Utara
memenuhi persyaratan keterampilan dan pengetahuan misalnya mengatur pembagian kerja, merancang strategi, mengkoordinasikan sumber daya dan bersikap kooperatif
untuk memperlancar pekerjaan dalam mencapai tujuan.
2.1.2. Hakikat Kepemimpinan
Menurut Rivai 2011 hakikat kepemimpinan adalah : 1. Proses memengaruhi atau memberi contoh dari pepimpin kepada pengikutnya
dalam upaya mencapai tujuan organisasi; 2. Seni memengaruhi dan mengarahkan orang dengan cara kepatuhan, kepercayaan,
kehormatan, dan kerja sama yang bersemangat dalam mencapai tujuan bersama; 3. Kemampuan untuk memengaruhi, memberi inspirasi dan mengarahkan tindakan
seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan yang diharapkan; 4. Melibatkan tiga hal yaitu pemimpin, pengikut, dan situasi tertentu;
5. Kemampuan untuk memengaruhi suatu kelompok untuk mencapai tujuan. Sumber pengaruh dapat secara formal atau tidak formal. Pengaruh formal ada bila seorang
pemimpin memiliki posisi manajerial di dalam sebuah organisasi. Sedangkan sumber pengaruh tidak formal muncul di luar struktur organisasi formal.
2.1.3. Keterampilan dan Sikap Kepemimpinan
Dapat ditegaskan bahwa keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi sebagian besar ditentukan oleh mutu kepemimpinan yang dimiliki orang-orang yang
diangkat atau diserahi tanggung jawab sebagai manajer atau pimpinan dalam suatu organisasi.Para pemimpin harus memiliki keterampilan dan sikap-sikap yang baik
sebagai syarat bagi seorang pemimpin dalam organisasi tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Hersey dan Blanchard 1998 mengatakan ada tiga keterampilan yang harus dimiliki seorang pemimpin yaitu
1. Keterampilan Teknik Keterampilan teknik menyangkut kemampuan menggunakan pengetahuan dan
metode serta teknik dan peralatan yang diperlukan untuk menampilkan kinerja.Hal ini diperoleh dari pengalaman, pendidikan dan pelatihan.
2. Keterampilan Hubungan Manusia Keahlian mendengarkan membantu seorang pemimpin membangun kepercayaan
baik lewat komunikasi formal maupun komunikasi informal dengan orang lain. Keahlian mendengarkan memungkinkan seorang pemimpin menggunakan segala
ide dan pengalaman mereka mengenai orang lain sebagai sumber informasi untuk menghimpun informasi untuk mengembangkan visi, memotivasi para pengikut
dan membuat strategi Locke, 1997. Kemampuan bekerjasama seorang pemimpin juga sangat menentukan lancarnya proses mempengaruhi tindakan
anggota organisasi. Seorang pemimpin harus mampu berperilaku mengarahkan dan mendukung bawahan dalam melaksanakan tugas Hersy Blanchard, 1998
Kemampuan mengarahkan tersebut dapat dilihat dari : 1 mengorganisir dan menentukan peranan bawahan ; 2 menerangkan aktivitas apa yang harus
dikerjakan, kapan, dimana dan bagaimana hal itu dilakukan ; 3 memelihara hubungan antar pribadi dengan membuka saluran komunikasi ; 4 memberi
dukungan emosional ; 5 member dukungan psikologis, dan 6 memudahkan jalan bagi anggota untuk maju.
Universitas Sumatera Utara
3. Keterampilan Konseptual Ketiga keterampilan ini menjadi syarat mutlak bagi efektivitas kepemimpinan
seseorang dalam menjalankan fungsinya sebagai pemimpin terutama dalam sebuah organisasi.
Dalam aplikasinya fungsi dan kecakapan seorang pemimpin mencakup hal-hal berikut : 1 mengetahui bidang tugasnya 2 peka atau tanggap terhadap keadaan
lingkungannya 3 melakukan hubungan antar manusia human relation dengan baik 4 mampu melakukan hubungan kerjakomunikasi dengan baik ke dalam maupun ke
luar 5 mampu melakukan koordinasi 6 mampu mengambil keputusan secara cepat dan tepat 7 mampu mengadakan hubungan masyarakat.
Kepemimpinan manajerial atau kepemimpinan administratif memerlukan ketiga keterampilan memimpin tersebut sesuai dengan posisi atau level
kepemimpinannya. Untuk itu baik seorang manajer perusahaan perbankan, manajer industry, manajer perusahaan besar dan kecil dan manajer administrasi rumah sakit
perlu memnuhi syarat keterampilan memimpin sebagaimana diungkapkan di atas agar berhasil mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien.
2.1.4. Gaya Kepemimpinan
Gaya artinya sikap, gerakan, tingkah laku, sikap yang elok, gerak gerik yang bagus, kekuatan, keterampilan dan kesanggupan untuk berbuat baik. Sedangkan gaya
kepemimpinan adalah sekumpulan ciri yang digunakan pimpinan untuk memengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai atau dapat pula dikatakan bahwa gaya
Universitas Sumatera Utara
kepemimpinan adalah pola prilaku dan strategi yang disukai dan sering diterapkan oleh seorang pemimpin.
Gaya kepemimpinan adalah pola menyeluruh dari tindakan seorang pemimpin, baik yang tampak maupun yang tidak tampak oleh bawahannya.Gaya
kepemimpinan menggambarkan kombinasi yang konsisten dari falsafah, keterampilan, sifat, sikap yang mendasari prilaku seseorang.Gaya kepemimpinan
yang menunjukkan secara langsung maupun tidak langsung, tentang keyakinan seorang pimpinan terhadap kemampuan bawahannya. Artinya gaya kepemimpinan
adalah prilaku dan strategi, sebagai hasil kombinasi dari falsafah, keterampilan, sifat, sikap yang sering diterapkan seorang pimpinan ketika ia mencoba memengaruhi
kinerja bawahannya. Rivai, 2011 Kepemimpinan adalah proses hubungan manusia yang bersifat kompleks.
Sebagai sebuah gejala kebudayaan dalam kehidupan sosial manusia, kepemimpinan dipengaruhi banyak faktor.Karena itu kepemimpinan seseorang dalam suatu
organisasi, tak terkecuali dalam organisasi sosial dan keagamaan dipengaruhi oleh banyak faktor baik yang berasal dari diri pemimpin leader yang dipimpin follower
maupun lingkungan atau situasi situation organisasi yang dipimpinnya. Setiap orang dalam memimpin memiliki gaya tersendiri dalam memimpin satu organisasi atau
dalam pergaulannya. 1. Gaya Kepemimpinan Leadership Style
Gaya ini senantiasa melekat pada cara-cara seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya. Dengan kata lain perilaku seorang pemimpin
Universitas Sumatera Utara
mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama melahirkan gaya kepemimpinan tersendiri. Dalam realitasnya gaya kepemimpinan leadership style senantiasa
melekat pada cara-cara seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya. Perilaku seorang pemimpin mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama untuk
melakukan suatu kegiatan melahirkan gaya kepemimpinan tersendiri. 2. Gaya Kepemimpianan Situasional
Gaya kepemimpinan dapat berubah sesuai dengan perubahan situasi. Para pemimpin dapat merubah gaya kepemimpinannya atau menyesuaiakan dengan situasi
yang dihadapi. Gaya kepemimpinan akan dipengaruhi pemimpin itu sendiri, para pengikut dan situasi yang ada pada saat itu dalam organisasinya.
Gaya kepemimpinan situasional dikembangkan oleh Hersey Blanchard 1998 mengetengahkan bagaimana sebaiknya melakukan pendelegasian kewenangan
serta tugas-tugas yang bertingkat sesuai dengan kesulitannya pada personel yang ada di suatu organisasi.Di dalam organisasi rumah sakit misalnya telah dipenuhi oleh
aneka ragam profesi dengan tingkat kemahiran masing-masing.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1. Model Kepemimpinan Situasional Mengaitkan Tingkat Kematangan dari Pegawai dengan Kewenangan dan Jabatan
Pada model kepemimpinan seperti ini sedikit banyak akan dapat mengendalikan opini negatif tentang kepemimpinan yang tidak adil sedang
berlangsung di suatu organisasi. Pada gambar di atas sebenarnya sudah diperlihatkan bagaimana pegawai ditingkat paling awal di kolom sebelah kiri S1 ditempatkan
disana karena tingkat pengenalannya pada tugas masih rendah ditingkat pemula.Pegawai di kolom S1 harus selalu diawsi secara melekat dan diberi instruksi
secara terus menerus.Hal ini diakibatkan karena nilai kematangan yang dimiliki masih ditingkat pemula yaitu di kolom M1 atau sangat rendah.
Pegawai di kolom S2 sedikit banyak sudah menjadi lebih matang berdasarkan waktunya untuk beradaptsi sudah lebih lama. Tingkat perilaku dalam relasi juga
sudah lebih tinggi dan ditegaskan bahwa personel seperti ini hanya memerlukan suatu perintah sederhana maka yang lainnya sudah dapat ia mengerti. Tingkat kematangan
pegawai di kolom S2 juga sudah lebih matang di kolom M2.
Universitas Sumatera Utara
Pegawai di kolom S3 dengan tingkat kematang yang lebih tinggi di kolom M3. Pegawai ini cukup mengikuti suatu keikut sertaan dalam suatu pemecahan
masalah, lalu ia dapat membuat langkah langkah konkrit untuk mencari solusi sendiri. Pegawai ini sesungguhnya sudah pantas mencapai tingkat jabatan yang cukup tinggi
di lingkungan organisasi.Masalah yang menghambat kenaikan jabatan adalah ketiadaan peluang yang terbuka di kerangka struktur organisasi.
Pegawai di level S4 adalah pucuk pimpinan pembuat kebijakan di organisasi.Beliau sudah memiliki kematangan pengenalan dan penjiwaan organisasi
di kematangan yang tertinggi di kolom M4. Pekerjaannya sebenarnya sudah lebih ringan yaitu cukup memberikan delegasi pekerjaan pada pimpinan di level S3.
Nelson Quick, 2005 3. Kepemimpinan Otokratis
Kepemimpinan yang mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan yang mutlak harus dipenuhi.Pemimpinnya selalu mau berperan sebagai pemain tunggal
pada a one-man show.Dia berambisi sekali untuk merajai situasi.Setiap perintah dan kebijakan ditetapkan tanpa berkonsultasi dengan bawahannya.Nelson Quick,2005
berpendapat bahwa kepemimpinan otokratis menekankan semua kewenangan hak dan kekuasaan melakukan sesuatu berpusat pada manajer. Para manajer cenderung
memaksakan putusan-putusan dengan mnggunakan ganjaran dan rasa takut atau hukuman.Komunikasi cenderung berjalan satu arah dari manajer kepada pengikut,
serta kepatuhan pengikut sangat dituntut oleh manajer.Gaya kepemimpinan otokratis cenderung menggunakan manajemen terpusat pada produksi. Gaya ini mengandalkan
Universitas Sumatera Utara
otoritas formal pribadi dalam kedudukan sebagai manajer dengan cara mengarahkan bawahan dengan perintah dan pengawasan yang ketat. Gaya kepemimpinan ini sangat
berorientasi pada tugas.Pemimpin lebih banyak memberikan instruksi-instruksi agar pekerjaan tidak keliru.Oleh karena itu pemimpin lebih banyak melakukan
pengawasan yang ketat terhadap pekerjaan.Hal ini mengakibatkan inisiatif dari staf atau karyawan tidak ada dan hubungan yang baik tidak dapat diciptakan.
4. Kepemimpinan demokratis mengungkapkan tiga fungsi utama yaitu : 1 menyebarkan atau membagi tanggung jawab, 2 pemberdayaan anggota
organisasi, 3 bekerjasama secara baik. Demikian pula bahwa gaya kepemimpinan demokratis atau partisipatif mempertimbangkan keinginan-
keinginan dan saran-saran dari para anggota maupun dari pemimpin. Di sini pendekatan hubungan antar manusia merupakan proses penting dalam aktifitas
kepemimpinan. Partisipasi dicari untuk menggalakkan komitmen para anggota terhadap putusan yang dibuat dalam pemecahan masalah organisasi Nelson
Quick, 2005. Kepemimpinan demokratis berlangsung sebagai berikut : a. Organisasi dengan segenap bagian-bagiannya berjalan lancar, sekalipun
pemimpin tersebut tidak ada di kantor. b. Otoritas sepenuhnya didelegasikan ke bawah, dan masing-masing orang
menyadari tugas serta kewajibannya, sehingga mereka merasa senang, puas, dan aman menyandang setiap tugas kewajibannya.
c. Diutamakan tujuan-tujuan kesejahteraan pada umumnya, dan kelancaran kerjasama dari setiap warga kelompok.
Universitas Sumatera Utara
d. Dengan begitu pemimpin demokratis berfungsi sebagai katalistor untuk mempercepat dinamisme dan kerjasama demi pencapaian tujuan organisasi
dengan cara yang paling cocok dengan jiwa kelompok dan situasinya. Secara ringkas dapat dinyatakan, kepemimpinan demokratis menitikberatkan
masalah aktivitas setiap anggota kelompok juga para pemimpin lainnya yang semuanya terlibat aktif dalam penentuan sikap, pembuatan rencana-rencana,
pembuatan keputusan, penerapan disiplin kerja yang ditanamkan secara sukarela oleh kelompok-kelompok dalam suasana demokratis.
5. Gaya Kepemimpinan Bebas Kendali Laissez Faire Menekankan bahwa pemimpin tidak banyak memberi perhatian untuk
menjalankan kontrol atau pengaruh terhadap para anggota kelompok. Kepada para anggota diberikan tujuan-tujuan tapi dibiarkan menggunakan cara masing-masing
untuk mencapainya. Pemimpin hanya berfungsi sebagai anggota, dapat memberikan nasehat dan pengarahan kalau diminta.Pemimpin tidak mempunyai kewibawaan, dan
tidak bisa mengontrol anak buahnya. Tidak mampu melaksanakan koordinasi kerja dan tidak berdaya sama sekali menciptakan suasana kerja yang kooperatif. Pemimpin
yang laissez faire berpandangan, bahwa pada umumnya organisasi akan berjalan lancer dengan sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dari orang-orang yang
sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran-sasaran apa yang ingin dicapai, tugas apa yang harus ditunaikan oleh masing-masing anggota
dan seorang pimpinan tidak perlu terlalu sering melakukan intervensi dalam kehidupan organisasional Syamsul A, 2012
Universitas Sumatera Utara
2.1.5. Kepemimpinan dalam Keperawatan
Kepemimpinan dalam pelayanan keperawatan menurut Swanburg 2000 harus memiliki kemampuan dan keterampilan dalam keperawatan dan dapat
mempengaruh perawat lain di bawah pengawasannya untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan sehingga
tujuan keperawatan tercapai. Keterampilan dalam kepemimpinan ini meliputi: Keterampilan teknis, yaitu kesanggupan untuk mengerti dan mengerjakan aktifitas
teknis, keterampilan konseptual, yaitu kesanggupan untuk mengkonsep dan melihat usaha sebagai keseluruhan serta dapat menganalisanya dan keterampilan hubungan
antar manusia, yaitu kesanggupan untuk bekerja sama dengan orang lain sebagai anggota kelompok dan pimpinan. Kepemimpinan merupakan cara memimpin yang
dapat menghasilkan keluaran melalui kinerja orang lain. Pemberian pelayanan keperawatan merupakan suatu kegiatan yang komplek
dan melibatkan berbagai individu.Agar tujuan keperawatan tercapai diperlukan kegiatan dalam menerapkan keterampilan kepemimpinan oleh karena itu,
kepemimpinan timbul sebagai hasil sinergis berbagai keterampilan mulai dari administratif perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, pengawasan,
keterampilan teknis pengelolaan, pemasaran, dan teknis prosedural, dan keterampilan interpersonal Nurahma, 2005.
Kepemimpinan dalam keperawatan dapat ditumbuhkan lebih optimal, selain dengan menguasai keterampilan diatas seorang manajer keperawatan mampu
Universitas Sumatera Utara
memperlihatkan keperawatan dalam menghadapi orang lain dengan efektif. Keterampilan tersebut meliputi:
1. Kepiawaian dalam menggunakan posisi Kepiawaian menggunakan posisi sebagai perilaku kepemimpinan kepala
perawatan relevan dengan fungsi kepemimpinan sebagai penentu arah dalam teori kepemimpinan kontingensi Thoha, 2006. Aplikasi dari fungsi kepemimpinan
sebagai penentu arah dalam pelayanan keperawatan dapat dilihat pada metode penugasan pada metode tim sebagaimana dinyatakan Swanburg 2000, dimana
perawat profesional kepala tim perawat, perawat pelaksana dan tenaga kesehatan lainnya dalam satu tim untuk memberikan perawatan untuk kelompok klien.
2. Kemampuan dalam memecahkan masalah secara efektif Kemampuan memecahan masalah secara efektif sebagai prilaku kepemimpinan
kepala ruang perawtan relevan dengan fungsi kepemimpinan sebagai wakil dan juru bicara tim dalam teori kepemimpinan kontingensi Thoha, 2006.
Kepemimpinan dalam keperawatan merupakan penerapan pengaruh dan bimbingan yang ditujukan kepada semua staf keperawatan untuk menciptakan
kepercayaan dan ketaatan sehingga timbul kesediaan melaksanakan tugas dalam rangka mencapai tujuan bersama secara efektif dan efisien.
3. Ketegasan sikap dan komitmen dalam pengambilan keputusan Ketegasan sikap dan komitmen dalam pengambilan keputusan sebagai prilaku
kepemimpinan relevan dengan fungsi kepemimpinan selaku penentu arah yang akan ditempuh dalam usaha pencapaian tujuan. Pemimpin yang membuat
Universitas Sumatera Utara
keputusan dengan memperhatikan situasi sosial kelompok organisasinya, akan dirasakan sebagai keputusan bersama yang menjadi tanggung jawab bersama pula
dalam melaksanakannya. Dengan demikian akan terbuka peluang bagi pemimpin untuk mewujudkan fungsi-fungsi kepemimpinan sejalan dengan situasi sosial
yang dikembangkannya. 4. Mampu menjadi media dalam penyelesaian konflik kinerja
Kemampuan menjadi media dalam penyelesaian konflik kinerja relevan dengan fungsi kepemimpinan sebagai mediator yang handal khususnya dalam hubungan
kedalam, terutama dalam menangani situasi konflik Thoha, 2006. Sesuai dengan pengertian konflik menurut Deutsch dalam thoha 2006 adalah suatu perselisihan
atau perjuangan yang timbul bila keseimbangan antara perasaan, pikiran, hasrat, dan perlaku seseorang yang terancam. Dalam Model Praktek Keperawatan
Profesional MPKP disebutkan bahwa konflik adalah perbedaan pandangan atau ide antara satu orang dengan orang lain. Dalam rumah sakit terdiri dari
sekumpulan orang dengan latar belakang yang berbeda konflik mudah terjadi.Untuk mengantisipasi terjadinya konflik maka perlu dibudayakan upaya-
upaya mengantisipasi konflik dan mengatasi konflik sedini mungkin. Cara mengatasi konflik ada beberapa macam, meliputi: bersaing,
berkolaborasi, menghindar, mengakomodasi dan berkompromi, dengan uraian sebagai berikut Yulia, 2006:
a. Mengatasi konflik dengan bersaing adalah penanganan konflik dimana seseorang atau satu kelompok berupaya memuaskan kepentingan sendiri tanpa
Universitas Sumatera Utara
mempedulikan dampaknya pada orang lain atau kelompok lain. Cara ini kurang sehat bila diterapkan karena bisa menimbulkan potensi konflik yang lain lebih
besar terutama pada pihak yang merasa dikalahkan. Untuk itu organisasi sebaiknya menghindari metode penyelesaian konflik jenis ini.
b. Berkolaborasi adalah upaya yang ditempuh untuk memuaskan kedua belah pihak yang sedang berkonflik. Cara ini adalah salah satu bentuk kerjasama.Berbagai
pihak yang terlibat konflik didorong menyelesaikan masalah yang mereka hadapi dengan jalan mencari dan menemukan persamaan kepentingan dan bukan
perbedaan.Situasi yang diinginkan adalah tidak ada satu pihakpun yang dirugikan. Istilah lain cara penyelesaian konflik ini disebut juga win-win solusion.
c. Menghindar adalah cara penyelesaian konflik dimana pihak yang sedang berkonflik mengakui adanya konflik dalam interaksinya dengan orang lain tetapi
menarik diri atau menekan konflik tersebut seakan-akan tidak ada konflik atau masalah. Cara ini tidak dianjurkan dalam upaya penyelesaian konflik karena
masalah mendasar tidak diselesaikan, penyelesaian yang terjadi adala penyelesaian semu.
d. Akomodasi adalah upaya menyelesaikan konflikdengan cara salah satu pihak yang berkonflik menempatkan kepentingan pihak lain yang berkonflik dengan
dirinya lebih tinggi. Salah satu pihak yang berkonflikmengalah kepada pihak yang lain. Ini suatu upaya lose-win solusion.Upaya penyelesaian konflik dengan
akomodasi sebaiknya juga tidak digunakan telalu sering karena kepuasan tidak terjadi secara penuh dan bisa menimbulkan potensi konflik di masa mendatang.
Universitas Sumatera Utara
e. Kompromi dalah cara penyelesain konflik dimana semua pihak yang berkonflik mengorbankan kepentingannya demi terjalinnya keharmonisan hubungan dua
belah pihak tersebut. Dalam upaya ini tidak ada salah satu pihak yang menang atau kalah. Ini adalah lose-lose solusion dimana masing-masing pihak akan
mengorbankan kepentingannya agar hubungan yang dijalin tetap harmonis. 5. Mempunyai keterampilan dalam komunikasi dan advokasi Gillis, 2004.
2.2. Asuhan Keperawatan
2.2.1. Standart Praktek Keperawatan
Persatuan Perawat Nasional Indonesia PPNI, 1999 sudah menetapkan standar praktek keperawatan yang dikembangkan berdasarkan standar praktik
keperawatan yang dikeluarkan oleh American Nursing Association sebagai berikut: 1. Standar I : Perawat mengumpulkan data tentang kesehatan pasien
2. Standar II : Perawat menetapkan diagnosa keperawatan. 3. Standar III : Perawat mengindentifikasi hasil yang diharapkan untuk setiap
pasien. 4. Standar IV : Perawat mengembangkan rencana asuhan keperawatan yang berisi
rencana tindakan untuk mencapai hasil yang diharapkan. 5. Standar V : Perawat melaksanakan tindakan yang sudah ditetapkan dalam
rencana tindakan. 6. Standar VI : Perawat mengevaluai perkembangan klien dalam mencapai hasil
akhir yang sudah ditetapkan.
Universitas Sumatera Utara
2.2.2. Tahapan Asuhan Keperawatan
Proses keperawatan yang dilakukan dalam asuhan keperawatan melalui tahap pengkajian, tahap diagnosis keperawatan, tahap perencanaan, tahap pelaksanaan,
serta tahap evaluasi. Nanda 2009, mengemukkan bahwa setiap tahapan tersebut terdapat beberapa
kegiatan atau langkah yang harus di tempuh: 1. Tahap pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan
dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai permasalahan yang ada. Untuk melakukan langkah
pertama ini diperlukan pengetahuan dan kemampuan yang harus dimiliki oleh perawat diantaranya pengetahuan tentang kebutuhan atau system
biopsikososial dan spiritual bagi manusia yang memandang manusia dari aspek biologis, psikologis, sosial dan tinjauan dari aspek spiritual, juga
pengetahuan akan kebutuhan perkembangan manusia tumbuh kembang darikebutuhan dasarnya, pengetahuan tentang konsep sehat dan sakit,
pengetahuan tentang patofisiologi dari penyakit yang dialami, pengetahuan tentang system keluarga dan kultur budaya serta nilai-nilai keyakinan yang
dimiliki klien.Sedangkan kemampuan yang harus dimiliki oleh perawat dapat meliputi kemampuan melakukan observasi secara sistematis pada klian,
kemampuan berkomunikasi sacara verbal atau nonverbal, kemampuan menjadi pendengar yang baik, kemampuan dalam menciptakan hubungan
saling membantu, kemampuan dalam membangun suatu kepercayaan,
Universitas Sumatera Utara
kemampuan mengadakan wawancara serta adanya kemampuan dalam melakukan pengkajian atau pemeriksaan fisik keperawatan. Melalui
pengetahuan dan kemampuan yang harus dimiliki pada tahap pengkajian ini maka tujuan dari pengkajian akan dapat dicapai.
2. Tahap diagnosis keperawatan merupakan keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan
atau proses kehidupan yang actual atau potensial. Diagnosis keperawatan ini dapat memberikan dasar pemilihan intervensi untuk menjadi tanggung jawab
perawat. Formulasi diagnosis keperawatan adalah bagaimana diagnosis keperawatan digunakan dalam proses pemecahan masalah karena melalui
identifikasi masalah dapat digambarkan berbagai masalah keperawatan yang membutuhkan asuhan keperawatan, di samping itu dengan menentukan atau
menginvestigasi dari etiologi masalah, maka akan dapat dijumpai faktor yang menjadi kendala atau penyebabnya. Dengan menggambarkan tanda dan gejala
akan dapat digunakan untuk memperkuat masalah yang ada. Untuk menyusun diagnosis keperawatan yang tepat, dibutuhkan beberapa pengetahuan dan
keterampilan yang harus dimiliki di antaranya: kemampuan dalam memahami beberapa masalah keperawatan, faktor yang menyebabkan masalah, batasan
karakteristiknya, beberapa ukuran normal dari masalah tersebut serta kemampuan dalam memahami mekanisme penanganan masalah, berpikir
kritis, dan membuat kesimpulan dari masalah.
Universitas Sumatera Utara
3. Tahap perencanaan merupakan suatu proses penyusunan berbagai intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan atau mengurangi
masalah-masalah klien. Perencanaan ini merupakan langkah ketiga dalam membuat suatu proses keperawatan. Dalam menentukan tahap perencanaan
bagi perawat diperlukan berbagai pengetahuan dan keterampilan diantaranya pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan klien, nilai dan kepercayaan
klien, batasan praktek keperawatan, peran dari tenaga kesehatan lainnya, kemampuan dalam memecahkan masalah, mengambil keputusan, menulis
tujuan serta memilih dan membuat strategi keperawatan yang aman dalam memenuhi tujuan, menulis instruksi keperawatan serta kemampuan dalam
melaksanakan kerja sama dengan tingkat kesehatan lain. Perencanaan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan dengan langkah-
langkah perencanaan : a. Menentukan urutan prioritas diagnosa keperawatan
b. Menentukan sasaran dan tujuan asuhan keperawatan c. Menetapkan rencana intervensi keperawatan
d. Menuliskan rencana keperawatan 4. Tahap Pelaksanaan : Merupakan langkah keempat dalam tahap proses
keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan tindakan keperawatan yang telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan.
Dalam tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal diantaranya bahaya- bahaya fisik dan perlindungan pada klien, teknik komunikasi, kemampuan
Universitas Sumatera Utara
dalam prosedur tindakan, pemahan tentang hak-hak dari pasien serta dalam memahami tingkat perkembangan pasien. Dalam pelaksanaan rencana
tindakan terdapat dua jenis tuindakan, yaitu tindakan jenis mandiri dan tindakan kolaborasi. Sebagai profesi, perawat mempunyai kewenangan dan
tanggungjawab dalam menentukan asuhan keperawatan. Jenis tindakan pada tahap ini :
a. Independen secara mandiri b. Interdependen saling ketergantungan kolaborasi
c. Dependen rujukan ketergantungan d. Langsung
e. Delegasi Tahap Evaluasi: Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses
keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Dalam melakukan evaluasi perawat seharusnya
memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam memahami respon terhadap intervensi keparawatan, kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai
serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil. Pada tahap evaluasi ini terdiri dari dua kegiatan yaitu kegiatan yang dilakukan dengan
mengevaluasi selama proses keperawatan berlangsung atau menilai dari respon klien di sebut evaluasi proses, dan kegiatan melakukan evaluasi dengan target tujuan yang
diharapkan disebut sebagai evaluasi hasil.
Universitas Sumatera Utara
Tujuan penilaian evaluasi : a. Untuk mengetahui apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum
b. Untuk mengetahui penyebab apabila tujuan asuhan keperawatan belum tercapai
c. Sebagai umpan balik untuk memperbaiki atau menyusun siklus baru dalam proses keperawatan
d. Untuk menilai pelaksanaan asuhan keperawatan
2.2.3. Tujuan Standar Asuhan Keperawatan
Tujuannya adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat secara keseluruhan serta meningkatkan
kemampuan dalam upaya memelihara kesehatannya, sehingga mencapai derajat kesehatan yang optimal. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasienklien
menggunakan pendekatan pemecahan masalah atau proses keperawatan. Proses keperawatan merupakan metode pemberian asuhan keperawatan kepada pasien
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang logis, sistematis dan teratur Keliat; 2003.
2.3. Teori tentang Keperawatan
2.3.1. Pengertian Keperawatan
Tenagakeperawatan salah satu sumber daya manusia di rumah sakit yang menentukan penilaian terhadap kualitas pelayanan kesehatan. Menurut Priharjo
Universitas Sumatera Utara
1995 perawat adalah orang yang mengasuh, merawat dan melindungi, merawat orang yang sakit, luka dan lanjut usia.
Gunarsa 1996, tenaga keperawatan adalah seorang yang dipersiapkan melalui pendidikan untuk turut serta merawat dan menyembuhkan orang yang sakit,
usaha rehabilitasi, pencegahan penyakit, yang dilaksanakan sendiri atau dibawah pengawasan dan supervisi dokter dan kepala ruangan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 13 ayat 3 disebutkan setiap tenaga keperawatan yang harus bekerja di
Rumah Sakit sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan rumah sakit, standar prosedur operasional yang berlaku, etika profesi, menghormati hak pasien dan
mengutamakan keselamatan.
2.3.2. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Keperawatan
Uraian tugas pokok dan fungsi keperawatan menurut Gillis, 2004 a. Memberikan pelayanan keperawatan langsung berdasarkan proses keperawatan
sebagai berikut: 1. Melakukan pengkajian kepada pasien.
2. Menyusun rencana perawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan pasien 3. Melaksanakan tindakan perawatan sesuai dengan rencana.
4. Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah diberikan. 5. Mendokumentasikan semua tindakan keperawatan pasien pada catatan
keperawatan.
Universitas Sumatera Utara
b. Melaksanakan program medis dengan penuh tanggung jawab. 1 Pemeriksaan obat
2 Pemeriksaan laboratorium 3 Persiapan pasien yang akan dioperasi
c. Memerhatikan keseimbangan kebutuhan fisik, mental, social dan spiritual pasien. 1 Memelihara kebersihan klien dan lingkungan.
2 Mengurangi penderitaan klien dengan member rasa aman, nyaman dan ketenangan.
3 Pendekatan dan komunikasi terapeutik. d. Mempersiapkan pasien secara fisik dan mental untuk menghadapi tindakan
keperawatan dan pengobatan. e. Melatih pasien untuk menolong dirinya sendiri sesuai dengan kemampuannya.
f. Membantu kepala ruangan dalam penatalaksanaan ruangan secara administrasi. g. Mengatur dan menyiapkan alat-alat yang ada diruangan menurut fungsinya
supaya siap pakai. 1 Menyiapkan data pasien baru, pulang dan meninggal
2 Sensus harian dan formulir. 3 Rujukan harian dan formulir.
h. Mengatur dan menyiapkan alat-alat yang ada diruangan menurut fungsinya supaya siap pakai.
i. Menciptakan dan memelihara kebersihan, keamanan, kenyamanan dan keindahan ruangan.
Universitas Sumatera Utara
j. Melaksanakan tugas dinas pagi, sore, malam secara bergantian sesuai jadwal tugas.
k. Membuat laporan harian pasien Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan keperawatan merupakan
bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan. Penyelenggaraan pelayanan keperawatan di rumah
sakit mempunyai karakteristik dan organisasi yang sangat kompleks. Berbagai jenis tenaga keperawatan dengan perangkat keilmuannya masing-masing berinteraksi satu
sama lain. Gillis, 2004. Kusumapraja 2006 bahwa pelayanan prima yang memberikan kepada
pelanggan apa yang memang mareka harapkan pada saat mareka membutuhkan serta dengan cara yang meraka inginkan dapat diupayakan dengan pembenahan budaya
organisasi sehingga setiap tenaga keperawatan mampu melaksanakan pelayanan prima dalam memberikan asuhan keperawatan.
2.4. Landasan Teori
Kepemimpinan keperawatan dapat ditumbuhkan lebih optimal, selain dengan menguasai keterampilan seorang manajer keperawatan mampu memperlihatkan
keperawatan dalam menghadapi orang lain dengan efektif. Teori gaya kepemimpinan yang digunakan dalam penelitian mengacu kepada teori gaya kepemimpinan Thoha
2006, gaya kepemimpinan tersebut meliputi : 1 kepiawaian dalam menggunakan posisi, 2 kemampuan dalam memecahkan masalah secara efektif, 3 ketegasan
Universitas Sumatera Utara
sikap dan komitmen dalam pengambilan keputusan, 4 mampu menjadi media dalam penyelesaian konflik kinerja, dan 5 mempunyai keterampilan dalam komunikasi dan
advokasi Thoha, 2006. Kinerja keperawatan secara teoritis dalam penelitian ini mengacu kepada teori
Nanda 2009, yaitu pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Penelitian ini meneliti kepemimpinan yang berlangsung di bagian keperawatan pada umumnya. Pemimpin yang dimaksud relatif terkait dengan setiap
responden yang memberi tanggapan penilaian gaya kepemimpinan langsung di kelompok pelayanan masing-masing. Jadi yang dinilai bukan seorang pemimpin
puncak, misalnya direktur, dan kepala bidang keperawatan, tetapi seluruh kepala ruangan yang ada di ruang rawat inap RSUD Sibuhuan.
2.5 Kerangka Konsep