2.1.5. Kepemimpinan dalam Keperawatan
Kepemimpinan dalam pelayanan keperawatan menurut Swanburg 2000 harus memiliki kemampuan dan keterampilan dalam keperawatan dan dapat
mempengaruh perawat lain di bawah pengawasannya untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan sehingga
tujuan keperawatan tercapai. Keterampilan dalam kepemimpinan ini meliputi: Keterampilan teknis, yaitu kesanggupan untuk mengerti dan mengerjakan aktifitas
teknis, keterampilan konseptual, yaitu kesanggupan untuk mengkonsep dan melihat usaha sebagai keseluruhan serta dapat menganalisanya dan keterampilan hubungan
antar manusia, yaitu kesanggupan untuk bekerja sama dengan orang lain sebagai anggota kelompok dan pimpinan. Kepemimpinan merupakan cara memimpin yang
dapat menghasilkan keluaran melalui kinerja orang lain. Pemberian pelayanan keperawatan merupakan suatu kegiatan yang komplek
dan melibatkan berbagai individu.Agar tujuan keperawatan tercapai diperlukan kegiatan dalam menerapkan keterampilan kepemimpinan oleh karena itu,
kepemimpinan timbul sebagai hasil sinergis berbagai keterampilan mulai dari administratif perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, pengawasan,
keterampilan teknis pengelolaan, pemasaran, dan teknis prosedural, dan keterampilan interpersonal Nurahma, 2005.
Kepemimpinan dalam keperawatan dapat ditumbuhkan lebih optimal, selain dengan menguasai keterampilan diatas seorang manajer keperawatan mampu
Universitas Sumatera Utara
memperlihatkan keperawatan dalam menghadapi orang lain dengan efektif. Keterampilan tersebut meliputi:
1. Kepiawaian dalam menggunakan posisi Kepiawaian menggunakan posisi sebagai perilaku kepemimpinan kepala
perawatan relevan dengan fungsi kepemimpinan sebagai penentu arah dalam teori kepemimpinan kontingensi Thoha, 2006. Aplikasi dari fungsi kepemimpinan
sebagai penentu arah dalam pelayanan keperawatan dapat dilihat pada metode penugasan pada metode tim sebagaimana dinyatakan Swanburg 2000, dimana
perawat profesional kepala tim perawat, perawat pelaksana dan tenaga kesehatan lainnya dalam satu tim untuk memberikan perawatan untuk kelompok klien.
2. Kemampuan dalam memecahkan masalah secara efektif Kemampuan memecahan masalah secara efektif sebagai prilaku kepemimpinan
kepala ruang perawtan relevan dengan fungsi kepemimpinan sebagai wakil dan juru bicara tim dalam teori kepemimpinan kontingensi Thoha, 2006.
Kepemimpinan dalam keperawatan merupakan penerapan pengaruh dan bimbingan yang ditujukan kepada semua staf keperawatan untuk menciptakan
kepercayaan dan ketaatan sehingga timbul kesediaan melaksanakan tugas dalam rangka mencapai tujuan bersama secara efektif dan efisien.
3. Ketegasan sikap dan komitmen dalam pengambilan keputusan Ketegasan sikap dan komitmen dalam pengambilan keputusan sebagai prilaku
kepemimpinan relevan dengan fungsi kepemimpinan selaku penentu arah yang akan ditempuh dalam usaha pencapaian tujuan. Pemimpin yang membuat
Universitas Sumatera Utara
keputusan dengan memperhatikan situasi sosial kelompok organisasinya, akan dirasakan sebagai keputusan bersama yang menjadi tanggung jawab bersama pula
dalam melaksanakannya. Dengan demikian akan terbuka peluang bagi pemimpin untuk mewujudkan fungsi-fungsi kepemimpinan sejalan dengan situasi sosial
yang dikembangkannya. 4. Mampu menjadi media dalam penyelesaian konflik kinerja
Kemampuan menjadi media dalam penyelesaian konflik kinerja relevan dengan fungsi kepemimpinan sebagai mediator yang handal khususnya dalam hubungan
kedalam, terutama dalam menangani situasi konflik Thoha, 2006. Sesuai dengan pengertian konflik menurut Deutsch dalam thoha 2006 adalah suatu perselisihan
atau perjuangan yang timbul bila keseimbangan antara perasaan, pikiran, hasrat, dan perlaku seseorang yang terancam. Dalam Model Praktek Keperawatan
Profesional MPKP disebutkan bahwa konflik adalah perbedaan pandangan atau ide antara satu orang dengan orang lain. Dalam rumah sakit terdiri dari
sekumpulan orang dengan latar belakang yang berbeda konflik mudah terjadi.Untuk mengantisipasi terjadinya konflik maka perlu dibudayakan upaya-
upaya mengantisipasi konflik dan mengatasi konflik sedini mungkin. Cara mengatasi konflik ada beberapa macam, meliputi: bersaing,
berkolaborasi, menghindar, mengakomodasi dan berkompromi, dengan uraian sebagai berikut Yulia, 2006:
a. Mengatasi konflik dengan bersaing adalah penanganan konflik dimana seseorang atau satu kelompok berupaya memuaskan kepentingan sendiri tanpa
Universitas Sumatera Utara
mempedulikan dampaknya pada orang lain atau kelompok lain. Cara ini kurang sehat bila diterapkan karena bisa menimbulkan potensi konflik yang lain lebih
besar terutama pada pihak yang merasa dikalahkan. Untuk itu organisasi sebaiknya menghindari metode penyelesaian konflik jenis ini.
b. Berkolaborasi adalah upaya yang ditempuh untuk memuaskan kedua belah pihak yang sedang berkonflik. Cara ini adalah salah satu bentuk kerjasama.Berbagai
pihak yang terlibat konflik didorong menyelesaikan masalah yang mereka hadapi dengan jalan mencari dan menemukan persamaan kepentingan dan bukan
perbedaan.Situasi yang diinginkan adalah tidak ada satu pihakpun yang dirugikan. Istilah lain cara penyelesaian konflik ini disebut juga win-win solusion.
c. Menghindar adalah cara penyelesaian konflik dimana pihak yang sedang berkonflik mengakui adanya konflik dalam interaksinya dengan orang lain tetapi
menarik diri atau menekan konflik tersebut seakan-akan tidak ada konflik atau masalah. Cara ini tidak dianjurkan dalam upaya penyelesaian konflik karena
masalah mendasar tidak diselesaikan, penyelesaian yang terjadi adala penyelesaian semu.
d. Akomodasi adalah upaya menyelesaikan konflikdengan cara salah satu pihak yang berkonflik menempatkan kepentingan pihak lain yang berkonflik dengan
dirinya lebih tinggi. Salah satu pihak yang berkonflikmengalah kepada pihak yang lain. Ini suatu upaya lose-win solusion.Upaya penyelesaian konflik dengan
akomodasi sebaiknya juga tidak digunakan telalu sering karena kepuasan tidak terjadi secara penuh dan bisa menimbulkan potensi konflik di masa mendatang.
Universitas Sumatera Utara
e. Kompromi dalah cara penyelesain konflik dimana semua pihak yang berkonflik mengorbankan kepentingannya demi terjalinnya keharmonisan hubungan dua
belah pihak tersebut. Dalam upaya ini tidak ada salah satu pihak yang menang atau kalah. Ini adalah lose-lose solusion dimana masing-masing pihak akan
mengorbankan kepentingannya agar hubungan yang dijalin tetap harmonis. 5. Mempunyai keterampilan dalam komunikasi dan advokasi Gillis, 2004.
2.2. Asuhan Keperawatan
2.2.1. Standart Praktek Keperawatan