Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Pelaksanaan Asuhan Keperawatan di RSUD Sibuhuan Tahun 2013
PENGARUH GAYA KEPEMIMPI TERHADAP PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN
DI RSUD SIBUHUAN TAHUN 2013
TESIS
Oleh
ALAMSAH HASIBUAN 107032073/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN
DI RSUD SIBUHUAN TAHUN 2013
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Administrasi Rumah Sakit pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Oleh
ALAMSAH HASIBUAN 107032073/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(3)
Judul Tesis : PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RSUD SIBUHUAN TAHUN 2013
Nama Mahasiswa : Alamsah Hasibuan Nomor Induk Mahasiswa : 107032073
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Administrasi Rumah Sakit
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Drs. Amir Purba, M.A, Ph.D Ketua
) (dr. Fauzi, S.K.M
Anggota )
Dekan
(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)
(4)
Telah Diuji
pada Tanggal : 28 Agustus 2013
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Drs. Amir Purba, M.A, Ph.D Anggota : 1. dr. Fauzi, S.K.M
2. dr. Arifin Siregar, M.S
(5)
PERNYATAAN
PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN
DI RSUD SIBUHUAN TAHUN 2013
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Oktober 2013
Alamsah Hasibuan 107032073/IKM
(6)
ABSTRAK
Kepemimpinan organisasi rumah sakit memainkan peranan yang sangat penting bahkan dapat dikatakan salah satu faktor penentu dalam pengelolaan kegiatan pelayanan kesehatan. Rumah sakit dalam memberikan pelayanan melibatkan berbagai latar pendidikan untuk mencapai tujuan kesehatan, dan kelompok keperawatan merupakan salah satu komponen profesi di Rumah Sakit yang dianggap sebagai kunci dari keberhasilan suatu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan di unit rawat inap RSUD Sibuhuan. Jenis penelitian ini adalah survey explanatory dengan cross sectional study. Populasi adalah seluruh perawat yang bertugas di RSUD Sibuhuan yang berjumlah 83 orang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh gaya kepemimpinan kepala ruangan, kepiawian menggunakan posisi, kemampuan memecahkan masalah secara efektif, ketegasan sikap dan komitmen dalam pengambilan keputusan, dan menjadi media dalam penyelesaian konflik terhadap kinerja perawat. Keterampilan kepela ruangan dalam komunikasi dan advokasi tidak berpengaruh terhadap kinerja perawat.
Disarankan kepada Manajemen RSUD Sibuhuan agar memberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan kepemimpinan, sehingga kepala ruangan dapat memahami secara benar mengenai fungsi kepemimpinan dan dapat menerapkan gaya kepemimpinan sesuai dengan lingkungan dan individu yang dihadapi sebagai upaya peningkatan kinerja perawat.
(7)
ABSTRACT
Organizational management of a hospital plays an important role or even is a determining factor in managing health service. In providing its service, a hospital involves various kinds of graduates in order to achieve its goal, and the group of nurses is one of the professional components in a hospital which is considered a key to success in health service.
The objective of the research was to find out the influence of management style on the implementation of nursing care in the inpatient wards of RSUD Sibuhuan. The type of the research was an explanatory survey with cross sectional study. The population was all 83 nurses at RSUD Sibuhuan.
The result of the research showed that there was the influence of the management style, the skill in using position, the capability of coping with a problem effectively, the firm attitude and commitment in making any decision, and becoming the media in resolving any conflict on nurses’ performance. The skill of ward heads in communication and advocacy did not influence nurses’ performance.
It is recommended that the management of RSUD Sibuhuan give the opportunity to ward heads to participate in management training so that they understand the function of management correctly and can apply management style which is in line with work environment and individuals they are dealing with in order to improve nurses’ performance.
(8)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karuaniaNya penulis telah dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Pelaksanaan Asuhan Keperawatan di RSUD Sibuhuan Tahun 2013”. Dalam menyusun tesis ini, penulis mendapat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H, M.Sc (CTM), Sp.A (K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. Dr. Ir. Evawany Aritonang M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
4. Drs. Amir Purba, M.A, Ph.D dan dr. Fauzi, S.K.M selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya memberi motivasi, bimbingan, arahan, petunjuk dengan penuh perhatian, kesabaran dan ketelitian hingga selesainya penulisan tesis ini.
5. dr. Arifin Siregar, M.S, dan Ibu Masnelly Lubis, S.Kep. M.A.R.S selaku Dosen Penguji yang telah banyak memberikan masukan berupa saran dan kritikan demi peningkatan kualitas dan esensi tesis ini.
(9)
6. Seluruh dosen dan staf di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
7. dr. Sri Dewi Bahagia selaku direktur RSUD Sibuhuan beserta jajarannya yang telah memberikan izin penelitian sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.
8. Kedua orangtua tercinta yang telah memberikan motivasi, do’a serta dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini.
9. Istri tercinta Sri Malina Ritonga, Skep yang senantiasa memberikan inspirasi, spirit serta curahan kasih sayang yang tiada mampu dilukiskan dengan kata-kata. Juga untuk putra-putriku tersayang Fahish Al-Baihaqi Hasibuan daan Balqis izzaty Hasibuan yang telah memberikan semangat dan dukungan Do’a kepada penulis dalam penyusunan tesis ini.
10.Seluruh Rekan-rekan mahasiswa Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara khususnya minat studi Administrasi Rumah Sakit yang telah memberikan semangat dan keindahan persahabatan . dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu namanya yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungan moril kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
(10)
harapkan demi kesempurnaan tesis ini. Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat.
Medan, Oktober 2013
Alamsah Hasibuan 107032073/IKM
(11)
RIWAYAT HIDUP
Alamsah Hasibuan dilahirkan di Desa Parmainan pada tanggal 04 Mei 1987 anak kedua dari enam bersaudara dari pasangan Ayahanda H.Ishak Hasibuan AMa Pd dengan Ibunda Hj. Ratisah Rangkuti, SPdi. Telah menikah dengan Sri Marina Ritonga. SKep dan dikarunia 1 putra dan 1 putri yang bernama Fahis Al-baihaqi Hasibuan dan Balqis Izzaty Hasibuan. Sekarang menetap di Desa Parmainan Kec. Hutarajatinggi Kab. Padang Lawas Prov. Sumatera Utara.
Penulis menamatkan Sekolah Dasar Negeri Rotan Sogo Tahun 1998, menamatkan SLTP di sanawiah Pesantren Al-Kautsar Al-Akbar tahun 2001, kemudian menamatkan SLTA di Aliah Pesantren Al-Kautsar Al-Akbar tahun 2004, menamatkan pendidikan Diploma Keperawatan di Akper Dr. Rusdi tahun 2008, kemudian menamatkan Sarjana Keperawatan di STIKES SU tahun 2010.
Penulis memulai karir sebagai Pegawai Negeri Sipil di Rumah Sakit Umum Daerah Sibuhuan dari tahun 2010 – sekarang.
(12)
DAFTAR ISI
Halaman
ASBTRAK ... i
ABSTRACT... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB 1. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Permasalahan... 8
1.3. Tujuan Penelitian ... 8
1.4. Manfaat Penelitian ... 9
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1. Kepemimpinan ... 10
2.1.1. Pengertian Kepemimpinan ... 10
2.1.2. Hakikat Kepemimpinan ... 12
2.1.3. Keterampilan dan Sikap Kepemimpinan ... 12
2.1.4. Gaya Kepemimpinan ... 14
2.1.5. Kepemimpinan dalam Keperawatan ... 21
2.2. Asuhan Keperawatan ... 25
2.2.1. Standart Praktek Keperawatan ... 25
2.2.2. Tahapan Asuhan Keperawatan ... 26
2.2.3. Tujuan Standar Asuhan Keperawatan... 30
2.3. Teori tentang Keperawatan ... 30
2.3.1. Pengertian Keperawatan ... 30
2.3.2. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Keperawatan ... 31
2.4. Landasan Teori ... 33
2.5. Kerangka Konsep ... 34
BAB 3. METODE PENELITIAN ... 35
3.1. Jenis Penelitian ... 35
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 35
3.2.1. Lokasi Penelitian ... 35
3.2.2. Waktu Penelitian ... 35
3.3. Populasi dan Sampel ... 35
(13)
3.4.1. Data Primer ... 36
3.4.2. Data Sekunder ... 36
3.5. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 36
3.5.1. Uji Validitas ... 36
3.5.2. Uji Reliabilitas ... 37
3.6. Variabel dan Definisi Operasional ... 37
3.6.1. Variabel Bebas (Independent) ... 37
3.6.2. Variabel Terikat (Dependent) ... 38
3.7. Metode Pengukuran ... 39
3.7.1. Pengukuran Variabel Bebas ... 40
3.7.2. Pengukuran Variabel Terikat ... 41
3.8 Metode Analisa Data ... 41
BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 43
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 43
4.2. Visi, Misi dan Nilai ... 44
4.3. Karakteristik Responden ... 45
4.4. Analisa Univariat ... 46
4.4.1. Gaya Kepemimpinan ... 46
4.4.2. Kinerja Perawat ... 53
4.5. Analisis Bivariat ... 59
4.6. Analisis Multivariat ... 62
4.6.1. Pengujian Secara Parsial ... 62
4.6.2. Uji F (Uji Serempak) ... 64
BAB 5. PEMBAHASAN ... 65
5.1. Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja Perawat di Rumah Sakit Sibuhuan ... 65
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 75
6.1. Kesimpulan ... 75
6.2. Saran ... 75
DAFTAR PUSTAKA ... 77 LAMPIRAN
(14)
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
1.1. Tenaga Keperawatan di RSUD Sibuhuan ... 6
3.2. Pengukuran Variabel Bebas ... 40
3.3. Pengukuran Variabel Terikat ... 41
4.1. Distribusi Identitas Responden di Rumah Sakit Sibuhuan ... 45
4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kepiawaian Menggunakan Posisi ... 47
4.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kemampuan Memecahkan Masalah Secara Efektif ... 49
4.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Ketegasan Sikap dan Komitmen dalam Pengambilan Keputusan ... 50
4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Kemampuan Menjadi Media dalam Penyelesaian Konflik Kinerja ... 51
4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Keterampilan dalam Komunikasi dan advokasi ... 53
4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Pengkajian Keperawatan ... 54
4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Diagnosis Keperawatan ... 55
4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Perencanaan Keperawatan ... 56
4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan/Pelaksanaan Keperawatan ... 57
4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Evaluasi Keperawatan ... 59
4.12. Korelasi Kepiawaian Menggunakan Posisi dengan Kinerja Perawat ... 59
4.13. Korelasi Kemampuan Memecahkan Masalah secara Efektif dengan Kinerja Perawat ... 60
(15)
4.14. Korelasi Ketegasan Sikap dan Komitmen dalam Pengambilan
Keputusan dengan Kinerja Perawat ... 60 4.15. Korelasi Kemampuan Menjadi Media dalam Menyelesaikan Konflik
dengan Kinerja Perawat ... 61 4.16. Korelasi Keterampilan dalam Komunikasi dan Advokasi dengan
Kinerja Perawat ... 61 4.17. Pengaruh Kepemimpinan terhadap Kinerja Perawat di Rumah Sakit
Sibuhuan ... 62 4.18. Gaya Kepemimpinan-Kinerja Perawat ... 64
(16)
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman 1.1. Struktur Rumah Sakit Umum Daerah Sibuhuan ... 5 2.1. Model Kepemimpinan Situasional Mengaitkan Tingkat Kematangan
dari Pegawai dengan Kewenangan dan Jabatan ... 17 2.2. Kerangka Konsep Penelitian ... 34
(17)
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
1. Kusioner Penelitian ... 80
2. Hasil Uji SPSS ... 84
3. Izin Penelitian... 90
(18)
ABSTRAK
Kepemimpinan organisasi rumah sakit memainkan peranan yang sangat penting bahkan dapat dikatakan salah satu faktor penentu dalam pengelolaan kegiatan pelayanan kesehatan. Rumah sakit dalam memberikan pelayanan melibatkan berbagai latar pendidikan untuk mencapai tujuan kesehatan, dan kelompok keperawatan merupakan salah satu komponen profesi di Rumah Sakit yang dianggap sebagai kunci dari keberhasilan suatu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan di unit rawat inap RSUD Sibuhuan. Jenis penelitian ini adalah survey explanatory dengan cross sectional study. Populasi adalah seluruh perawat yang bertugas di RSUD Sibuhuan yang berjumlah 83 orang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh gaya kepemimpinan kepala ruangan, kepiawian menggunakan posisi, kemampuan memecahkan masalah secara efektif, ketegasan sikap dan komitmen dalam pengambilan keputusan, dan menjadi media dalam penyelesaian konflik terhadap kinerja perawat. Keterampilan kepela ruangan dalam komunikasi dan advokasi tidak berpengaruh terhadap kinerja perawat.
Disarankan kepada Manajemen RSUD Sibuhuan agar memberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan kepemimpinan, sehingga kepala ruangan dapat memahami secara benar mengenai fungsi kepemimpinan dan dapat menerapkan gaya kepemimpinan sesuai dengan lingkungan dan individu yang dihadapi sebagai upaya peningkatan kinerja perawat.
(19)
ABSTRACT
Organizational management of a hospital plays an important role or even is a determining factor in managing health service. In providing its service, a hospital involves various kinds of graduates in order to achieve its goal, and the group of nurses is one of the professional components in a hospital which is considered a key to success in health service.
The objective of the research was to find out the influence of management style on the implementation of nursing care in the inpatient wards of RSUD Sibuhuan. The type of the research was an explanatory survey with cross sectional study. The population was all 83 nurses at RSUD Sibuhuan.
The result of the research showed that there was the influence of the management style, the skill in using position, the capability of coping with a problem effectively, the firm attitude and commitment in making any decision, and becoming the media in resolving any conflict on nurses’ performance. The skill of ward heads in communication and advocacy did not influence nurses’ performance.
It is recommended that the management of RSUD Sibuhuan give the opportunity to ward heads to participate in management training so that they understand the function of management correctly and can apply management style which is in line with work environment and individuals they are dealing with in order to improve nurses’ performance.
(20)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kepemimpinan organisasi rumah sakit memainkan peranan yang sangat penting bahkan dapat dikatakan salah satu faktor penentu dalam pengelolaan kegiatan pelayanan kesehatan. Rumah sakit adalah salah satu organisasi yang melalui tenaga medis professional, yang terorganisasi serta sarana kedokteran yang permanen, menyelenggarakan pelayanan kedokteran dan asuhan keperawatan yang berkesinambungan dan memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat yang dibina. (Trisnantoro; 2005)
Kepemimpinan adalah masalah relasi antara pemimpin dan para anggota yang dipimpin. Kepemimpinan pada umumnya berfungsi atas dasar kekuasaan pemimpin untuk mengajak (persuasi) dan menggerakkan orang lain secara bersama-sama guna melakukan sesuatu, demi tercapainya suatu tujuan tertentu. Dengan adanya pemimpin maka akan terwujud suatu interaksi otomatis diantara pemimpin dan individu- individu yang dipimpin, dengan kata lain terealisasi relasi interpersonal (Kartono, 2002 ).
Pemimpin yang efektif sanggup mempengaruhi para pengikutnya untuk mempunyai optimisme yang lebih besar, rasa percaya diri, serta komitmen kepada tujuan dan misi organisasi (Gary Yukl, 2004). Hal ini membawa konsekuensi bahwa setiap pemimpin berkewajiban untuk memberikan perhatian sungguh-sungguh dalam
(21)
membina, menggerakkan dan mengarahkan seluruh potensi karyawan di lingkungannya agar dapat mewujudkan stabilitas organisasi dan peningkatan produktivitas yang berorientasi pada tujuan organisasi
Menurut Lodge dan Derek (2003) menyebutkan perilaku pemimpin memiliki dampak signifikan terhadap sikap, perilaku dan kinerja karyawan. Efektivitas pemimpin dipengaruhi karakteristik bawahannya dan terkait dengan proses komunikasi yang terjadi antara pemimpin dan bawahan. Pimpinan dikatakan tidak berhasil apabila tidak dapat memotivasi, menggerakkan dan memuaskan karyawan pada suatu pekerjaan dan lingkungan tertentu. Pemimpin yang cakap tentunya dapat melakukan pantauan langsung serta mengarahkan dan memberikan masukan positif bagi pegawainya, hal ini akan memunculkan minat pegawai untuk bekerja lebih giat dan menghasilkan hasil kinerja yang maksimal.
Kinerja adalah kualitas hasil karya personil baik kualitas maupun kuantitas dalam suatu organisasi.Kinerja dapat merupakan penampilan individu maupun kerja kelompok personil.Penampilan hasil kerja tidak terbatas kepada personil yang memangku jabatan fungsional maupun struktural tetapi juga kepada keseluruhan jajaran personil dalam organisasi. (Ilyas 2001)
Menurut Gibson et al (2006), ada tiga perangkat variabel yang mempengaruhi kinerja, yaitu (1) Variabel individual, terdiri dari: kemampuan dan keterampilan: mental dan fisik, latar belakang: keluarga, tingkat sosial, penggajian, demografis: umur asal-usul, jenis kelamin, (2) Variabel organisasional, terdiri dari: sumber daya,
(22)
kepemimpinan, imbalan, struktur, desain pekerjaan, dan (3) Variabel psikologis: persepsi, sikap, kepribadian, belajar, motivasi.
Setiap organisasi memiliki gaya kepemimipinan dan fungsi kinerja yang berbeda-beda yang tercermin dalam mutu pelayanan. Salah satunya adalah organisasi bidang pelayanan medis yaitu rumah sakit.Rumah Sakit dalam memberikan pelayanan melibatkan berbagai kelompok profesi dengan berbagai latar pendidikan untuk mencapai tujuan kesehatan, dan kelompok keperawatan merupakan salah satu komponen profesi di Rumah Sakit yang dianggap sebagai kunci dari keberhasilan suatu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. Hal ini terjadi karena perawat harus selalu berada disamping pasien, sentuhan dan asuhan keperawatan dirasakan pasien sejak masuk Rumah Sakit sampai pada waktu akan pulang (Sumijatun, 2010)
Kinerja perawat tergambar dari tugas perawat yang dilakukan sehari-hari dalam bekerja yaitu memberikan pelayanan asuhan keperawatan kepada pasien dimulai dari melaksanakan pengkajian keperawatan, merumuskan diagnosis keperawatan, menyusun perencanaan tindakan keperawatan, melaksanakan proses keperawatan sampai evaluasi terhadap hasil tindakan dan akhirnya mendokumentasikan hasil keperawatan sebagaimana tercantum dalam standar operational procedur. Selain itu pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan biologis, psikologis, sosiologis, spiritual yang komprehensif yang ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik dalam keadaan sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses
(23)
kehidupan manusia, oleh karena itu perawat dituntut untuk mempunyai tingkat pengetahuan dan keterampilan yang memadai, sehingga dapat memberikan pelayanan kesehatan secara optimal bagi masyarakat (Soeroso, 2002).
Asuhan keperawatan dalam sebuah rumah sakit pada umumnya rendah atau kurang berkualitas, berarti hal yang sangat signifikan untuk dipertanyakan adalah bagaimana pola kepemimpinannya, selanjutnya sejauh mana intervensi pimpinan dalam menata dan memanage asuhan keperawatan, sehingga mutu dan kualitas pelayanannya sangat memuaskan yang akhirnya tidak menimbulkan keluhan pada masyarakat dalam segi pelayanan dan asuhan keperawatan.
Begitu juga halnya yang terjadi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sibuhuan. Rumah sakit ini terletak di Kabupaten Padang Lawas merupakan daerah pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Selatan yang berada dibagian tenggara Provinsi Sumatera Utara.Tujuan RSUD Sibuhuan adalah menjadi rumah sakit yang memiliki pelayanan ungulan. Pelayanan unggulan adalah sebuah konsep penyelenggaraan pelayanan kesehatan menyangkut Standar Prosedur Operasional, Standar Pelayanan Medis dan Standar Asuhan Keperawatan yang lebih efektif dan efisien, cepat dan tepat serta dapat memberikan kepuasan optimal bagi pasien. Pelayanan unggulan yang ditawarkan kepada customer (masyarakat) diselenggarakan dengan mempertimbangkan indikator pelayanan rawat inap dan rawat jalan, keadaan geografi, demografi dan sosial ekonomi, local specifics dan lain-lain, yang kompatibel dengan aspek kapabilitas rumah sakit.
(24)
Gambaran organisasi struktural di RSUD Sibuhuan sebagai berikut :
Gambar 1.1. Struktur Rumah Sakit Umum Daerah Sibuhuan
Kinerja Rumah Sakit Umum Daerah Sibuhuan masih rendah dilihat dari angka rata-rata pemanfaatan tempat tidur, lama rawatan dan status rawatan. Berdasarkan laporan kinerja RSUD Sibuhuan tahun 2011 - 2012, diketahui rata-rata pemakaian tempat tidur BOR (Bed Occupancy Rate) 31,01 %, Nilai parameter dari BOR ini idealnya antara 60-85 %. Rata-rata lamanya penderita dirawat LOS (Length Of Stay) 3,5 hari, Secara umum LOS yang ideal antara 6-9 hari. Lamanya tempat tidur tidak dipakai TOI (Turn Over Interval) 14,48 hari, Idealnya tempat tidur kosong hanya dalam waktu 1-3 hari.dan frekuensi pemakain tempat tidur BTO (Bed Turn
Direktur
Sub Bagian Tata Usaha
Seksi Pelayanan dan
Keperawatan
Seksi Pelayanan Penunjang Medik dan
Non Medik
Kelompok Jabatan Fungsional
(25)
Over) 32,4 kali, Idealnya selama satu tahun, 1 tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali. (Depkes RI, 2010).
Dari keterangan di atas dapat dilihat bahwa BOR di RSUD Sibuhan masih dinilai rendah karna tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan yaitu hanya 31,1%. Dari keterangan di atas tampak bahwa kinerja pelayanan RSUD Sibuhuan untuk tahun 2011-2012 masih jauh dari nilai parameter ideal.
Pencapaian kinerja ini belum maksimal dapat berkaitan dengan kinerja perawat secara langsung. Perawat di RSUD Sibuhuan terdiri dari 83 orang perawat dengan pembagian ruang kerja untuk bagian rawat inap sebagai berikut :
Tabel 1.1. Tenaga Keperawatan di RSUD Sibuhuan
No Nama Ruangan Bed Jumlah
1 Rawatan Umum 17 14
2 Rawatan Bedah 8 17
3 Kelas I 10 18
4 VIP 5 15
5 Ruang Anak 10 19
Total 50 83
Sumber Data : Sub Bag TU RSUD Sibuhuan
Menurut kepala perawat di RSUD Sibuhuan bahwa keluhan yang diterima dari kepala ruangan mengenai kondisi perawat yang bertugas di ruang rawat inap, khususnya saat mereka bekerja pada shift malam. Perawat sering datang terlambat sehingga operan pasien tidak berjalan dengan baik, pencatatan dan pelaporan pasien oleh perawat kepada kepala ruangan yang tidak lengkap. Fungsi pengkajian yang berjalan masih kurang teratur seperti observasi pasien rawat inap jarang dilakukan
(26)
bahkan beberapa perawat hanya melakukan kunjungan apabila pasien memerlukan bantuan saja, pemeriksaan riwayat kesehatan juga jarang dilakukan dan jarang melakukan revisi diagnosis berdasarkan data terbaru.
Sejalan dengan hal tersebut dari hasil survey awal yang dilakukan peneliti di RSUD Sibuhuan dengan cara memberikan kuesioner kepada keluarga pasien diruang rawat inap ditemukan bahwa keluarga pasien merasa bahwa perawat jarang melakukan kunjungan kepada pasien di ruang rawat, jarang menanyakan keluhan ataupun perkembangan kesehatan pasien, mengecek kondisi pasien seringnya hanya ketika ada dokter yang melakukan pemeriksaan saja.
Dilihat dari keluhan tersebut dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan asuhan keperawatan belum berjalan dengan baik sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti motivasi perawat yang rendah, kesadaran perawat untuk bekerja sesuai peraturan yang berlaku dan dapat juga karena fungsi kepemimpinan dari kepala ruangan yang rendah sehingga pelaksanaan tugas asuhan keperawatan tidak berjalan dengan baik.
Dari hasil wawancara dengan 4 orang perawat diruang rawat inap mengenai kepemimpinan kepala ruangan diperoleh hasil wawancara bahwa 2 orang perawat mengatakan bahwa kepemimpinan yang ditunjukkan kepala ruangan bersikap otoriter dimana hanya menginstruksikan pekerjaan saja tanpa mengevaluasi hasil, membuat jadwal jaga dan jarang menanyakan masalah-masalah kerja. Sedangkan 2 perawat lagi mengatakan bahwa kepala ruangan menyerahkan sepenuhnya pelaksanaan asuhan keperawatan kepada perawat dan jarang melakukan koordinasi dengan
(27)
perawat pelaksana. Dari data diatas diperoleh bahwa gaya kepemimpinan kepala ruangan cenderung bersifat pasif dan tidak responsif terhadap apa yang dikerjakan pengikutnya. Kepemimpinan kepala ruangan masih belum mampu mendukung perawat dalam melaksanakan tugas secara optimal, kepala ruangan kurang dalam membimbing perawat dan menjelaskan tentang asuhan keperawatan sehingga berdampak pada pelaksanaan asuhan keperawatan yang belum berjalan dengan baik.Padahal demi kelancaran pelaksanaan kerja di rumah sakit sangat diperlukan kerja sama yang baik antara perawat dan pemimpin sehingga kegiatan dirumah sakit dalam berjalan dengan lancar.
Dengan demikian, peneliti ingin meneliti lebih lanjut mengenai pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja perawat di RSUD Sibuhuan.
1.2. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas maka yang menjadi masalah penelitiannya adalah bagaimana pengaruh gaya kepemimpinan terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan di RSUD Sibuhuan?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan di RSUD Sibuhuan.
(28)
1.4 Manfaat Penelitian
1. Memberikan masukan bagi Rumah Sakit Umum Daerah Sibuhuan dalam merenecanakan kepemimpinan yang tepat terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan.
2. Sebagai bahan studi kepustakaan dan memperkaya penelitian ilmiah di program studi ilmu kesehatan masyarakat.
(29)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kepemimpinan
2.1.1. Pengertian Kepemimpinan
Definisi kepemimpinan secara luas meliputi proses memengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, memengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Selain itu juga memengaruhi interpretasi mengenai peristiwa-peristiwa para pengikutnya, pengorganisasian dan aktifitas-aktifitas untuk mencapai sasaran, memelihara hubungan kerja sama dan kerja kelompok, perolehan dukungan dan kerja sama dari orang-orang di luar kelompok atau organisasi. (Rivai,2011)
Kepemimpinan merupakan salah satu komponen dalam variabel organisasi yang dapat mempengaruhi prestasi kerja pegawai.Kepemimpinan adalah upaya penggunaan jenis pengaruh untuk memotivasi orang mencapai tujuan organisasi.Berdasarkan teori sifat dapat diidentifikasi beberapa ciri pemimpin yang efektif, yaitu mempunyai kecerdasan intelektual dan emosional (Gibson at all, 2006).
Robbins (2001) menyatakan kepemimpinan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi kelompok dalam mencapai tujuan, yang dapat bersumber dari formal seperti posisi atau kedudukan dalam suatu organisasi dan terdapat enam ciri yang terlihat dari seorang pemimpin yaitu ambisi dan energi, hasrat untuk memimpin,
(30)
kejujuran dan integritas, kepercayaan diri, kecerdasan dan pengetahuan yang relevan dengan tugas pekerjaannya.
Kepemimpinan juga dikatakan sebagai proses mengarahkan dan memengaruhi aktivitas-aktivitas yang ada hubungannya dengan pekerjaan para anggota kelompok. Tiga implikasi penting yang terkandung dalam hal ini yaitu:
1. Kepemimpinan itu melibatkan orang lain baik itu bawahan maupun pengikut 2. Kepemimpinan melibatkan pendistribusian kekuasaan antara pemimpin dan
anggota kelompok secara seimbang, karena anggota kelompok bukanlah tanpa daya
3. Adanya kemampuan untuk menggunakan bentuk kekuasaan yang berbeda untuk memengaruhi tingkah laku pengikutnya melalui berbagai cara.
Kemudian Thoha (2006) menegaskan bahwa kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain, atau seni mempengaruhi perilaku manusia baik perorangan maupun kelompok. Setiap manajer dituntut menunjukkan perilaku pemimpin agar tujuan organisasi dapat dicapai secara efektif.Para manajer dalam memperjuangkan pencapaian tujuan organisasi menjalankan organisasi dengan keterampilan manajerial yaitu kepemimpinan yang efektif.
Dengan demikian secara konseptual kepemimpinan sebagai suatu proses atau kemampuan mempengaruhi orang lain melakukan kegiatan tertentu. Kepemimpinan mencakup konsep hubungan manusia yang luas.Pemimpin adalah orang yang diserahi tugas dan tanggung jawab untuk memimpin organisasi.Pemimpin memiliki kemampuan untuk memimpin, ilmu dan pengetahuan, berpengalaman serta harus
(31)
memenuhi persyaratan keterampilan dan pengetahuan misalnya mengatur pembagian kerja, merancang strategi, mengkoordinasikan sumber daya dan bersikap kooperatif untuk memperlancar pekerjaan dalam mencapai tujuan.
2.1.2. Hakikat Kepemimpinan
Menurut Rivai (2011) hakikat kepemimpinan adalah :
1. Proses memengaruhi atau memberi contoh dari pepimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi;
2. Seni memengaruhi dan mengarahkan orang dengan cara kepatuhan, kepercayaan, kehormatan, dan kerja sama yang bersemangat dalam mencapai tujuan bersama; 3. Kemampuan untuk memengaruhi, memberi inspirasi dan mengarahkan tindakan
seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan yang diharapkan; 4. Melibatkan tiga hal yaitu pemimpin, pengikut, dan situasi tertentu;
5. Kemampuan untuk memengaruhi suatu kelompok untuk mencapai tujuan. Sumber pengaruh dapat secara formal atau tidak formal. Pengaruh formal ada bila seorang pemimpin memiliki posisi manajerial di dalam sebuah organisasi. Sedangkan sumber pengaruh tidak formal muncul di luar struktur organisasi formal.
2.1.3. Keterampilan dan Sikap Kepemimpinan
Dapat ditegaskan bahwa keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi sebagian besar ditentukan oleh mutu kepemimpinan yang dimiliki orang-orang yang diangkat atau diserahi tanggung jawab sebagai manajer atau pimpinan dalam suatu organisasi.Para pemimpin harus memiliki keterampilan dan sikap-sikap yang baik sebagai syarat bagi seorang pemimpin dalam organisasi tertentu.
(32)
Hersey dan Blanchard (1998) mengatakan ada tiga keterampilan yang harus dimiliki seorang pemimpin yaitu
1. Keterampilan Teknik
Keterampilan teknik menyangkut kemampuan menggunakan pengetahuan dan metode serta teknik dan peralatan yang diperlukan untuk menampilkan kinerja.Hal ini diperoleh dari pengalaman, pendidikan dan pelatihan.
2. Keterampilan Hubungan Manusia
Keahlian mendengarkan membantu seorang pemimpin membangun kepercayaan baik lewat komunikasi formal maupun komunikasi informal dengan orang lain. Keahlian mendengarkan memungkinkan seorang pemimpin menggunakan segala ide dan pengalaman mereka mengenai orang lain sebagai sumber informasi untuk menghimpun informasi untuk mengembangkan visi, memotivasi para pengikut dan membuat strategi (Locke, 1997). Kemampuan bekerjasama seorang pemimpin juga sangat menentukan lancarnya proses mempengaruhi tindakan anggota organisasi. Seorang pemimpin harus mampu berperilaku mengarahkan dan mendukung bawahan dalam melaksanakan tugas (Hersy & Blanchard, 1998) Kemampuan mengarahkan tersebut dapat dilihat dari : (1) mengorganisir dan menentukan peranan bawahan ; (2) menerangkan aktivitas apa yang harus dikerjakan, kapan, dimana dan bagaimana hal itu dilakukan ; (3) memelihara hubungan antar pribadi dengan membuka saluran komunikasi ; (4) memberi dukungan emosional ; (5) member dukungan psikologis, dan (6) memudahkan jalan bagi anggota untuk maju.
(33)
3. Keterampilan Konseptual
Ketiga keterampilan ini menjadi syarat mutlak bagi efektivitas kepemimpinan seseorang dalam menjalankan fungsinya sebagai pemimpin terutama dalam sebuah organisasi.
Dalam aplikasinya fungsi dan kecakapan seorang pemimpin mencakup hal-hal berikut : (1) mengetahui bidang tugasnya (2) peka atau tanggap terhadap keadaan lingkungannya (3) melakukan hubungan antar manusia (human relation) dengan baik (4) mampu melakukan hubungan kerja/komunikasi dengan baik ke dalam maupun ke luar (5) mampu melakukan koordinasi (6) mampu mengambil keputusan secara cepat dan tepat (7) mampu mengadakan hubungan masyarakat.
Kepemimpinan manajerial atau kepemimpinan administratif memerlukan ketiga keterampilan memimpin tersebut sesuai dengan posisi atau level kepemimpinannya. Untuk itu baik seorang manajer perusahaan perbankan, manajer industry, manajer perusahaan besar dan kecil dan manajer administrasi rumah sakit perlu memnuhi syarat keterampilan memimpin sebagaimana diungkapkan di atas agar berhasil mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien.
2.1.4. Gaya Kepemimpinan
Gaya artinya sikap, gerakan, tingkah laku, sikap yang elok, gerak gerik yang bagus, kekuatan, keterampilan dan kesanggupan untuk berbuat baik. Sedangkan gaya kepemimpinan adalah sekumpulan ciri yang digunakan pimpinan untuk memengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai atau dapat pula dikatakan bahwa gaya
(34)
kepemimpinan adalah pola prilaku dan strategi yang disukai dan sering diterapkan oleh seorang pemimpin.
Gaya kepemimpinan adalah pola menyeluruh dari tindakan seorang pemimpin, baik yang tampak maupun yang tidak tampak oleh bawahannya.Gaya kepemimpinan menggambarkan kombinasi yang konsisten dari falsafah, keterampilan, sifat, sikap yang mendasari prilaku seseorang.Gaya kepemimpinan yang menunjukkan secara langsung maupun tidak langsung, tentang keyakinan seorang pimpinan terhadap kemampuan bawahannya. Artinya gaya kepemimpinan adalah prilaku dan strategi, sebagai hasil kombinasi dari falsafah, keterampilan, sifat, sikap yang sering diterapkan seorang pimpinan ketika ia mencoba memengaruhi kinerja bawahannya. (Rivai, 2011)
Kepemimpinan adalah proses hubungan manusia yang bersifat kompleks. Sebagai sebuah gejala kebudayaan dalam kehidupan sosial manusia, kepemimpinan dipengaruhi banyak faktor.Karena itu kepemimpinan seseorang dalam suatu organisasi, tak terkecuali dalam organisasi sosial dan keagamaan dipengaruhi oleh banyak faktor baik yang berasal dari diri pemimpin (leader) yang dipimpin (follower) maupun lingkungan atau situasi (situation) organisasi yang dipimpinnya. Setiap orang dalam memimpin memiliki gaya tersendiri dalam memimpin satu organisasi atau dalam pergaulannya.
1. Gaya Kepemimpinan (Leadership Style)
Gaya ini senantiasa melekat pada cara-cara seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya. Dengan kata lain perilaku seorang pemimpin
(35)
mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama melahirkan gaya kepemimpinan tersendiri. Dalam realitasnya gaya kepemimpinan (leadership style) senantiasa melekat pada cara-cara seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya. Perilaku seorang pemimpin mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama untuk melakukan suatu kegiatan melahirkan gaya kepemimpinan tersendiri.
2. Gaya Kepemimpianan Situasional
Gaya kepemimpinan dapat berubah sesuai dengan perubahan situasi. Para pemimpin dapat merubah gaya kepemimpinannya atau menyesuaiakan dengan situasi yang dihadapi. Gaya kepemimpinan akan dipengaruhi pemimpin itu sendiri, para pengikut dan situasi yang ada pada saat itu dalam organisasinya.
Gaya kepemimpinan situasional dikembangkan oleh Hersey & Blanchard (1998) mengetengahkan bagaimana sebaiknya melakukan pendelegasian kewenangan serta tugas-tugas yang bertingkat sesuai dengan kesulitannya pada personel yang ada di suatu organisasi.Di dalam organisasi rumah sakit misalnya telah dipenuhi oleh aneka ragam profesi dengan tingkat kemahiran masing-masing.
(36)
Gambar 2.1. Model Kepemimpinan Situasional Mengaitkan Tingkat Kematangan dari Pegawai dengan Kewenangan dan Jabatan Pada model kepemimpinan seperti ini sedikit banyak akan dapat mengendalikan opini negatif tentang kepemimpinan yang tidak adil sedang berlangsung di suatu organisasi. Pada gambar di atas sebenarnya sudah diperlihatkan bagaimana pegawai ditingkat paling awal di kolom sebelah kiri (S1) ditempatkan disana karena tingkat pengenalannya pada tugas masih rendah ditingkat pemula.Pegawai di kolom S1 harus selalu diawsi secara melekat dan diberi instruksi secara terus menerus.Hal ini diakibatkan karena nilai kematangan yang dimiliki masih ditingkat pemula yaitu di kolom M1 atau sangat rendah.
Pegawai di kolom S2 sedikit banyak sudah menjadi lebih matang berdasarkan waktunya untuk beradaptsi sudah lebih lama. Tingkat perilaku dalam relasi juga sudah lebih tinggi dan ditegaskan bahwa personel seperti ini hanya memerlukan suatu perintah sederhana maka yang lainnya sudah dapat ia mengerti. Tingkat kematangan pegawai di kolom S2 juga sudah lebih matang di kolom M2.
(37)
Pegawai di kolom S3 dengan tingkat kematang yang lebih tinggi di kolom (M3). Pegawai ini cukup mengikuti suatu keikut sertaan dalam suatu pemecahan masalah, lalu ia dapat membuat langkah langkah konkrit untuk mencari solusi sendiri. Pegawai ini sesungguhnya sudah pantas mencapai tingkat jabatan yang cukup tinggi di lingkungan organisasi.Masalah yang menghambat kenaikan jabatan adalah ketiadaan peluang yang terbuka di kerangka struktur organisasi.
Pegawai di level S4 adalah pucuk pimpinan pembuat kebijakan di organisasi.Beliau sudah memiliki kematangan pengenalan dan penjiwaan organisasi di kematangan yang tertinggi di kolom (M4). Pekerjaannya sebenarnya sudah lebih ringan yaitu cukup memberikan delegasi pekerjaan pada pimpinan di level S3. (Nelson & Quick, 2005)
3. Kepemimpinan Otokratis
Kepemimpinan yang mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan yang mutlak harus dipenuhi.Pemimpinnya selalu mau berperan sebagai pemain tunggal pada a one-man show.Dia berambisi sekali untuk merajai situasi.Setiap perintah dan kebijakan ditetapkan tanpa berkonsultasi dengan bawahannya.(Nelson & Quick,2005) berpendapat bahwa kepemimpinan otokratis menekankan semua kewenangan (hak dan kekuasaan) melakukan sesuatu berpusat pada manajer. Para manajer cenderung memaksakan putusan-putusan dengan mnggunakan ganjaran dan rasa takut atau hukuman.Komunikasi cenderung berjalan satu arah dari manajer kepada pengikut, serta kepatuhan pengikut sangat dituntut oleh manajer.Gaya kepemimpinan otokratis cenderung menggunakan manajemen terpusat pada produksi. Gaya ini mengandalkan
(38)
otoritas formal pribadi dalam kedudukan sebagai manajer dengan cara mengarahkan bawahan dengan perintah dan pengawasan yang ketat. Gaya kepemimpinan ini sangat berorientasi pada tugas.Pemimpin lebih banyak memberikan instruksi-instruksi agar pekerjaan tidak keliru.Oleh karena itu pemimpin lebih banyak melakukan pengawasan yang ketat terhadap pekerjaan.Hal ini mengakibatkan inisiatif dari staf atau karyawan tidak ada dan hubungan yang baik tidak dapat diciptakan.
4. Kepemimpinan demokratis mengungkapkan tiga fungsi utama yaitu : (1) menyebarkan atau membagi tanggung jawab, (2) pemberdayaan anggota organisasi, (3) bekerjasama secara baik. Demikian pula bahwa gaya kepemimpinan demokratis atau partisipatif mempertimbangkan keinginan-keinginan dan saran-saran dari para anggota maupun dari pemimpin. Di sini pendekatan hubungan antar manusia merupakan proses penting dalam aktifitas kepemimpinan. Partisipasi dicari untuk menggalakkan komitmen para anggota terhadap putusan yang dibuat dalam pemecahan masalah organisasi (Nelson & Quick, 2005). Kepemimpinan demokratis berlangsung sebagai berikut :
a. Organisasi dengan segenap bagian-bagiannya berjalan lancar, sekalipun pemimpin tersebut tidak ada di kantor.
b. Otoritas sepenuhnya didelegasikan ke bawah, dan masing-masing orang menyadari tugas serta kewajibannya, sehingga mereka merasa senang, puas, dan aman menyandang setiap tugas kewajibannya.
c. Diutamakan tujuan-tujuan kesejahteraan pada umumnya, dan kelancaran kerjasama dari setiap warga kelompok.
(39)
d. Dengan begitu pemimpin demokratis berfungsi sebagai katalistor untuk mempercepat dinamisme dan kerjasama demi pencapaian tujuan organisasi dengan cara yang paling cocok dengan jiwa kelompok dan situasinya.
Secara ringkas dapat dinyatakan, kepemimpinan demokratis menitikberatkan masalah aktivitas setiap anggota kelompok juga para pemimpin lainnya yang semuanya terlibat aktif dalam penentuan sikap, pembuatan rencana-rencana, pembuatan keputusan, penerapan disiplin kerja (yang ditanamkan secara sukarela oleh kelompok-kelompok dalam suasana demokratis).
5. Gaya Kepemimpinan Bebas Kendali (Laissez Faire)
Menekankan bahwa pemimpin tidak banyak memberi perhatian untuk menjalankan kontrol atau pengaruh terhadap para anggota kelompok. Kepada para anggota diberikan tujuan-tujuan tapi dibiarkan menggunakan cara masing-masing untuk mencapainya. Pemimpin hanya berfungsi sebagai anggota, dapat memberikan nasehat dan pengarahan kalau diminta.Pemimpin tidak mempunyai kewibawaan, dan tidak bisa mengontrol anak buahnya. Tidak mampu melaksanakan koordinasi kerja dan tidak berdaya sama sekali menciptakan suasana kerja yang kooperatif. Pemimpin yang laissez faire berpandangan, bahwa pada umumnya organisasi akan berjalan lancer dengan sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dari orang-orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran-sasaran apa yang ingin dicapai, tugas apa yang harus ditunaikan oleh masing-masing anggota dan seorang pimpinan tidak perlu terlalu sering melakukan intervensi dalam kehidupan organisasional ( Syamsul A, 2012 )
(40)
2.1.5. Kepemimpinan dalam Keperawatan
Kepemimpinan dalam pelayanan keperawatan menurut Swanburg (2000) harus memiliki kemampuan dan keterampilan dalam keperawatan dan dapat mempengaruh perawat lain di bawah pengawasannya untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan sehingga tujuan keperawatan tercapai. Keterampilan dalam kepemimpinan ini meliputi: Keterampilan teknis, yaitu kesanggupan untuk mengerti dan mengerjakan aktifitas teknis, keterampilan konseptual, yaitu kesanggupan untuk mengkonsep dan melihat usaha sebagai keseluruhan serta dapat menganalisanya dan keterampilan hubungan antar manusia, yaitu kesanggupan untuk bekerja sama dengan orang lain sebagai anggota kelompok dan pimpinan. Kepemimpinan merupakan cara memimpin yang dapat menghasilkan keluaran melalui kinerja orang lain.
Pemberian pelayanan keperawatan merupakan suatu kegiatan yang komplek dan melibatkan berbagai individu.Agar tujuan keperawatan tercapai diperlukan kegiatan dalam menerapkan keterampilan kepemimpinan oleh karena itu, kepemimpinan timbul sebagai hasil sinergis berbagai keterampilan mulai dari administratif (perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, pengawasan), keterampilan teknis (pengelolaan, pemasaran, dan teknis prosedural), dan keterampilan interpersonal (Nurahma, 2005).
Kepemimpinan dalam keperawatan dapat ditumbuhkan lebih optimal, selain dengan menguasai keterampilan diatas seorang manajer keperawatan mampu
(41)
memperlihatkan keperawatan dalam menghadapi orang lain dengan efektif. Keterampilan tersebut meliputi:
1. Kepiawaian dalam menggunakan posisi
Kepiawaian menggunakan posisi sebagai perilaku kepemimpinan kepala perawatan relevan dengan fungsi kepemimpinan sebagai penentu arah dalam teori kepemimpinan kontingensi (Thoha, 2006). Aplikasi dari fungsi kepemimpinan sebagai penentu arah dalam pelayanan keperawatan dapat dilihat pada metode penugasan pada metode tim sebagaimana dinyatakan Swanburg (2000), dimana perawat profesional kepala tim perawat, perawat pelaksana dan tenaga kesehatan lainnya dalam satu tim untuk memberikan perawatan untuk kelompok klien. 2. Kemampuan dalam memecahkan masalah secara efektif
Kemampuan memecahan masalah secara efektif sebagai prilaku kepemimpinan kepala ruang perawtan relevan dengan fungsi kepemimpinan sebagai wakil dan juru bicara tim dalam teori kepemimpinan kontingensi (Thoha, 2006). Kepemimpinan dalam keperawatan merupakan penerapan pengaruh dan bimbingan yang ditujukan kepada semua staf keperawatan untuk menciptakan kepercayaan dan ketaatan sehingga timbul kesediaan melaksanakan tugas dalam rangka mencapai tujuan bersama secara efektif dan efisien.
3. Ketegasan sikap dan komitmen dalam pengambilan keputusan
Ketegasan sikap dan komitmen dalam pengambilan keputusan sebagai prilaku kepemimpinan relevan dengan fungsi kepemimpinan selaku penentu arah yang akan ditempuh dalam usaha pencapaian tujuan. Pemimpin yang membuat
(42)
keputusan dengan memperhatikan situasi sosial kelompok organisasinya, akan dirasakan sebagai keputusan bersama yang menjadi tanggung jawab bersama pula dalam melaksanakannya. Dengan demikian akan terbuka peluang bagi pemimpin untuk mewujudkan fungsi-fungsi kepemimpinan sejalan dengan situasi sosial yang dikembangkannya.
4. Mampu menjadi media dalam penyelesaian konflik kinerja
Kemampuan menjadi media dalam penyelesaian konflik kinerja relevan dengan fungsi kepemimpinan sebagai mediator yang handal khususnya dalam hubungan kedalam, terutama dalam menangani situasi konflik (Thoha, 2006). Sesuai dengan pengertian konflik menurut Deutsch dalam thoha 2006 adalah suatu perselisihan atau perjuangan yang timbul bila keseimbangan antara perasaan, pikiran, hasrat, dan perlaku seseorang yang terancam. Dalam Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) disebutkan bahwa konflik adalah perbedaan pandangan atau ide antara satu orang dengan orang lain. Dalam rumah sakit terdiri dari sekumpulan orang dengan latar belakang yang berbeda konflik mudah terjadi.Untuk mengantisipasi terjadinya konflik maka perlu dibudayakan upaya-upaya mengantisipasi konflik dan mengatasi konflik sedini mungkin.
Cara mengatasi konflik ada beberapa macam, meliputi: bersaing, berkolaborasi, menghindar, mengakomodasi dan berkompromi, dengan uraian sebagai berikut (Yulia, 2006):
a. Mengatasi konflik dengan bersaing adalah penanganan konflik dimana seseorang atau satu kelompok berupaya memuaskan kepentingan sendiri tanpa
(43)
mempedulikan dampaknya pada orang lain atau kelompok lain. Cara ini kurang sehat bila diterapkan karena bisa menimbulkan potensi konflik yang lain lebih besar terutama pada pihak yang merasa dikalahkan. Untuk itu organisasi sebaiknya menghindari metode penyelesaian konflik jenis ini.
b. Berkolaborasi adalah upaya yang ditempuh untuk memuaskan kedua belah pihak yang sedang berkonflik. Cara ini adalah salah satu bentuk kerjasama.Berbagai pihak yang terlibat konflik didorong menyelesaikan masalah yang mereka hadapi dengan jalan mencari dan menemukan persamaan kepentingan dan bukan perbedaan.Situasi yang diinginkan adalah tidak ada satu pihakpun yang dirugikan. Istilah lain cara penyelesaian konflik ini disebut juga win-win solusion.
c. Menghindar adalah cara penyelesaian konflik dimana pihak yang sedang berkonflik mengakui adanya konflik dalam interaksinya dengan orang lain tetapi menarik diri atau menekan konflik tersebut (seakan-akan tidak ada konflik atau masalah). Cara ini tidak dianjurkan dalam upaya penyelesaian konflik karena masalah mendasar tidak diselesaikan, penyelesaian yang terjadi adala penyelesaian semu.
d. Akomodasi adalah upaya menyelesaikan konflikdengan cara salah satu pihak yang berkonflik menempatkan kepentingan pihak lain yang berkonflik dengan dirinya lebih tinggi. Salah satu pihak yang berkonflikmengalah kepada pihak yang lain. Ini suatu upaya lose-win solusion.Upaya penyelesaian konflik dengan akomodasi sebaiknya juga tidak digunakan telalu sering karena kepuasan tidak terjadi secara penuh dan bisa menimbulkan potensi konflik di masa mendatang.
(44)
e. Kompromi dalah cara penyelesain konflik dimana semua pihak yang berkonflik mengorbankan kepentingannya demi terjalinnya keharmonisan hubungan dua belah pihak tersebut. Dalam upaya ini tidak ada salah satu pihak yang menang atau kalah. Ini adalah lose-lose solusion dimana masing-masing pihak akan mengorbankan kepentingannya agar hubungan yang dijalin tetap harmonis.
5. Mempunyai keterampilan dalam komunikasi dan advokasi (Gillis, 2004).
2.2. Asuhan Keperawatan
2.2.1. Standart Praktek Keperawatan
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI, 1999) sudah menetapkan standar praktek keperawatan yang dikembangkan berdasarkan standar praktik keperawatan yang dikeluarkan oleh American Nursing Association sebagai berikut: 1. Standar I : Perawat mengumpulkan data tentang kesehatan pasien
2. Standar II : Perawat menetapkan diagnosa keperawatan.
3. Standar III : Perawat mengindentifikasi hasil yang diharapkan untuk setiap pasien.
4. Standar IV : Perawat mengembangkan rencana asuhan keperawatan yang berisi rencana tindakan untuk mencapai hasil yang diharapkan.
5. Standar V : Perawat melaksanakan tindakan yang sudah ditetapkan dalam rencana tindakan.
6. Standar VI : Perawat mengevaluai perkembangan klien dalam/ mencapai hasil akhir yang sudah ditetapkan.
(45)
2.2.2. Tahapan Asuhan Keperawatan
Proses keperawatan yang dilakukan dalam asuhan keperawatan melalui tahap pengkajian, tahap diagnosis keperawatan, tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, serta tahap evaluasi.
Nanda (2009), mengemukkan bahwa setiap tahapan tersebut terdapat beberapa kegiatan atau langkah yang harus di tempuh:
1. Tahap pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai permasalahan yang ada. Untuk melakukan langkah pertama ini diperlukan pengetahuan dan kemampuan yang harus dimiliki oleh perawat diantaranya pengetahuan tentang kebutuhan atau system biopsikososial dan spiritual bagi manusia yang memandang manusia dari aspek biologis, psikologis, sosial dan tinjauan dari aspek spiritual, juga pengetahuan akan kebutuhan perkembangan manusia (tumbuh kembang darikebutuhan dasarnya), pengetahuan tentang konsep sehat dan sakit, pengetahuan tentang patofisiologi dari penyakit yang dialami, pengetahuan tentang system keluarga dan kultur budaya serta nilai-nilai keyakinan yang dimiliki klien.Sedangkan kemampuan yang harus dimiliki oleh perawat dapat meliputi kemampuan melakukan observasi secara sistematis pada klian, kemampuan berkomunikasi sacara verbal atau nonverbal, kemampuan menjadi pendengar yang baik, kemampuan dalam menciptakan hubungan saling membantu, kemampuan dalam membangun suatu kepercayaan,
(46)
kemampuan mengadakan wawancara serta adanya kemampuan dalam melakukan pengkajian atau pemeriksaan fisik keperawatan. Melalui pengetahuan dan kemampuan yang harus dimiliki pada tahap pengkajian ini maka tujuan dari pengkajian akan dapat dicapai.
2. Tahap diagnosis keperawatan merupakan keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang actual atau potensial. Diagnosis keperawatan ini dapat memberikan dasar pemilihan intervensi untuk menjadi tanggung jawab perawat. Formulasi diagnosis keperawatan adalah bagaimana diagnosis keperawatan digunakan dalam proses pemecahan masalah karena melalui identifikasi masalah dapat digambarkan berbagai masalah keperawatan yang membutuhkan asuhan keperawatan, di samping itu dengan menentukan atau menginvestigasi dari etiologi masalah, maka akan dapat dijumpai faktor yang menjadi kendala atau penyebabnya. Dengan menggambarkan tanda dan gejala akan dapat digunakan untuk memperkuat masalah yang ada. Untuk menyusun diagnosis keperawatan yang tepat, dibutuhkan beberapa pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki di antaranya: kemampuan dalam memahami beberapa masalah keperawatan, faktor yang menyebabkan masalah, batasan karakteristiknya, beberapa ukuran normal dari masalah tersebut serta kemampuan dalam memahami mekanisme penanganan masalah, berpikir kritis, dan membuat kesimpulan dari masalah.
(47)
3. Tahap perencanaan merupakan suatu proses penyusunan berbagai intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan atau mengurangi masalah-masalah klien. Perencanaan ini merupakan langkah ketiga dalam membuat suatu proses keperawatan. Dalam menentukan tahap perencanaan bagi perawat diperlukan berbagai pengetahuan dan keterampilan diantaranya pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan klien, nilai dan kepercayaan klien, batasan praktek keperawatan, peran dari tenaga kesehatan lainnya, kemampuan dalam memecahkan masalah, mengambil keputusan, menulis tujuan serta memilih dan membuat strategi keperawatan yang aman dalam memenuhi tujuan, menulis instruksi keperawatan serta kemampuan dalam melaksanakan kerja sama dengan tingkat kesehatan lain.
Perencanaan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan dengan langkah-langkah perencanaan :
a. Menentukan urutan prioritas diagnosa keperawatan b. Menentukan sasaran dan tujuan asuhan keperawatan c. Menetapkan rencana intervensi keperawatan
d. Menuliskan rencana keperawatan
4. Tahap Pelaksanaan : Merupakan langkah keempat dalam tahap proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan. Dalam tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal diantaranya bahaya-bahaya fisik dan perlindungan pada klien, teknik komunikasi, kemampuan
(48)
dalam prosedur tindakan, pemahan tentang hak-hak dari pasien serta dalam memahami tingkat perkembangan pasien. Dalam pelaksanaan rencana tindakan terdapat dua jenis tuindakan, yaitu tindakan jenis mandiri dan tindakan kolaborasi. Sebagai profesi, perawat mempunyai kewenangan dan tanggungjawab dalam menentukan asuhan keperawatan.
Jenis tindakan pada tahap ini : a. Independen (secara mandiri)
b. Interdependen (saling ketergantungan/ kolaborasi) c. Dependen (rujukan/ ketergantungan)
d. Langsung e. Delegasi
Tahap Evaluasi: Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Dalam melakukan evaluasi perawat seharusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam memahami respon terhadap intervensi keparawatan, kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil. Pada tahap evaluasi ini terdiri dari dua kegiatan yaitu kegiatan yang dilakukan dengan mengevaluasi selama proses keperawatan berlangsung atau menilai dari respon klien di sebut evaluasi proses, dan kegiatan melakukan evaluasi dengan target tujuan yang diharapkan disebut sebagai evaluasi hasil.
(49)
Tujuan penilaian (evaluasi) :
a. Untuk mengetahui apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum
b. Untuk mengetahui penyebab apabila tujuan asuhan keperawatan belum tercapai
c. Sebagai umpan balik untuk memperbaiki atau menyusun siklus baru dalam proses keperawatan
d. Untuk menilai pelaksanaan asuhan keperawatan 2.2.3. Tujuan Standar Asuhan Keperawatan
Tujuannya adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat secara keseluruhan serta meningkatkan kemampuan dalam upaya memelihara kesehatannya, sehingga mencapai derajat kesehatan yang optimal. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien/klien menggunakan pendekatan pemecahan masalah atau proses keperawatan. Proses keperawatan merupakan metode pemberian asuhan keperawatan kepada pasien (individu, keluarga, kelompok dan masyarakat) yang logis, sistematis dan teratur (Keliat; 2003).
2.3. Teori tentang Keperawatan 2.3.1. Pengertian Keperawatan
Tenagakeperawatan salah satu sumber daya manusia di rumah sakit yang menentukan penilaian terhadap kualitas pelayanan kesehatan. Menurut Priharjo
(50)
(1995) perawat adalah orang yang mengasuh, merawat dan melindungi, merawat orang yang sakit, luka dan lanjut usia.
Gunarsa (1996), tenaga keperawatan adalah seorang yang dipersiapkan melalui pendidikan untuk turut serta merawat dan menyembuhkan orang yang sakit, usaha rehabilitasi, pencegahan penyakit, yang dilaksanakan sendiri atau dibawah pengawasan dan supervisi dokter dan kepala ruangan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 13 ayat 3 disebutkan setiap tenaga keperawatan yang harus bekerja di Rumah Sakit sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan rumah sakit, standar prosedur operasional yang berlaku, etika profesi, menghormati hak pasien dan mengutamakan keselamatan.
2.3.2. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Keperawatan
Uraian tugas pokok dan fungsi keperawatan menurut Gillis, 2004
a. Memberikan pelayanan keperawatan langsung berdasarkan proses keperawatan sebagai berikut:
1. Melakukan pengkajian kepada pasien.
2. Menyusun rencana perawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan pasien 3. Melaksanakan tindakan perawatan sesuai dengan rencana.
4. Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah diberikan.
5. Mendokumentasikan semua tindakan keperawatan pasien pada catatan keperawatan.
(51)
b. Melaksanakan program medis dengan penuh tanggung jawab. 1) Pemeriksaan obat
2) Pemeriksaan laboratorium
3) Persiapan pasien yang akan dioperasi
c. Memerhatikan keseimbangan kebutuhan fisik, mental, social dan spiritual pasien. 1) Memelihara kebersihan klien dan lingkungan.
2) Mengurangi penderitaan klien dengan member rasa aman, nyaman dan ketenangan.
3) Pendekatan dan komunikasi terapeutik.
d. Mempersiapkan pasien secara fisik dan mental untuk menghadapi tindakan keperawatan dan pengobatan.
e. Melatih pasien untuk menolong dirinya sendiri sesuai dengan kemampuannya. f. Membantu kepala ruangan dalam penatalaksanaan ruangan secara administrasi. g. Mengatur dan menyiapkan alat-alat yang ada diruangan menurut fungsinya
supaya siap pakai.
1) Menyiapkan data pasien baru, pulang dan meninggal 2) Sensus harian dan formulir.
3) Rujukan harian dan formulir.
h. Mengatur dan menyiapkan alat-alat yang ada diruangan menurut fungsinya supaya siap pakai.
i. Menciptakan dan memelihara kebersihan, keamanan, kenyamanan dan keindahan ruangan.
(52)
j. Melaksanakan tugas dinas pagi, sore, malam secara bergantian sesuai jadwal tugas.
k. Membuat laporan harian pasien
Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan keperawatan merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan. Penyelenggaraan pelayanan keperawatan di rumah sakit mempunyai karakteristik dan organisasi yang sangat kompleks. Berbagai jenis tenaga keperawatan dengan perangkat keilmuannya masing-masing berinteraksi satu sama lain. (Gillis, 2004).
Kusumapraja (2006) bahwa pelayanan prima yang memberikan kepada pelanggan apa yang memang mareka harapkan pada saat mareka membutuhkan serta dengan cara yang meraka inginkan dapat diupayakan dengan pembenahan budaya organisasi sehingga setiap tenaga keperawatan mampu melaksanakan pelayanan prima dalam memberikan asuhan keperawatan.
2.4. Landasan Teori
Kepemimpinan keperawatan dapat ditumbuhkan lebih optimal, selain dengan menguasai keterampilan seorang manajer keperawatan mampu memperlihatkan keperawatan dalam menghadapi orang lain dengan efektif. Teori gaya kepemimpinan yang digunakan dalam penelitian mengacu kepada teori gaya kepemimpinan Thoha (2006), gaya kepemimpinan tersebut meliputi : (1) kepiawaian dalam menggunakan posisi, (2) kemampuan dalam memecahkan masalah secara efektif, (3) ketegasan
(53)
sikap dan komitmen dalam pengambilan keputusan, (4) mampu menjadi media dalam penyelesaian konflik kinerja, dan (5) mempunyai keterampilan dalam komunikasi dan advokasi (Thoha, 2006).
Kinerja keperawatan secara teoritis dalam penelitian ini mengacu kepada teori Nanda (2009), yaitu pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Penelitian ini meneliti kepemimpinan yang berlangsung di bagian keperawatan pada umumnya. Pemimpin yang dimaksud relatif terkait dengan setiap responden yang memberi tanggapan (penilaian) gaya kepemimpinan langsung di kelompok pelayanan masing-masing. Jadi yang dinilai bukan seorang pemimpin puncak, misalnya direktur, dan kepala bidang keperawatan, tetapi seluruh kepala ruangan yang ada di ruang rawat inap RSUD Sibuhuan.
2.5 Kerangka Konsep
Variabel Bebas (X) Variabel Terikat (Y)
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian
Kinerja Perawat Gaya Kepemimpinan :
• Kepiawaian menggunakan posisi • Kemampuan memecahkan masalah
secara efektif
• Ketegasan sikap dan komitmen dalam pengambilan keputusan • Mampu menjadi media dalam
penyelesaian konflik kinerja • Mempunyai keterampilan dalam
(54)
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah survey explanatory, yang bertujuan menganalisis pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja perawat di RSUD Sibuhuan Kabupaten Padang Lawas. Survei explanatory adalah penelitian yang dirancang untuk menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesa (Singarimbun, 1995).
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Sibuhuan yang terletak di jalan Ki Hajar Dewantara Kabupaten Padang Lawas dengan alasan bahwa di rumah sakit tersebut belum pernah dilakukan penelitian mengenai kepemimpinan dan mudah dijangkau oleh peneliti.
3.2.2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian direncanakan berlangsung selama 4 (empat) bulan terhitung mulai bulan Maret sampai dengan Juli tahun 2013.
3.3. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana yang bertugas di Rumah Sakit Umum Daerah Sibuhuan yang berjumlah 83 orang. Karena populasi
(55)
relatif kecil, maka seluruh populasi dijadikan sampel yaitu 83 orang perawat (total population sampling).
3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer
Data primer diperoleh secara langsung dari responden melalui alat kuisioner yang telah disusun dan akan di bagikan kepada perawat pelaksana diruang rawat inap RSUD Sibuhuan
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen tertulis yang berkaitan dengan aspek-aspek yang akan diteliti.
3.5. Uji Validitas dan Reliabilitas 3.5.1. Uji Validitas
Sebelum dilakukan pengumpulan data primer, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap kuesioner yang akan dipergunakan untuk mengukur sejauh mana kuesioner dapat dijadikan sebagai alat ukur penelitian. Uji coba kuesioner dilakukan kepada 30 orang perawat yang bertugas di RS Permata sibuhuan.
Kelayakan menggunakan instrumen yang akan dipakai untuk penelitian diperlukan uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas dengan mengukur korelasi antar item variabel menggunakan rumus teknik korelasi pearson product moment corelation coeficient (r), ketentuan nilai koefisien korelasi > 0,3 dikatakan valid (Ghozali, 2005).
(56)
3.5.2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya dan dapat diandalkan. Uji reliabilitas ini menggunakan koefisien alpha cronbach, apabila nilai alpha cronbach > 0,6, maka alat ukur tersebut reliabel (Ghozali, 2005)
Hasil uji coba kuesioner untuk mengetahui validitas dan reliabilitas pertanyaan telah dilakukan dengan hasil seluruh item pertanyaan ditemukan nilai corelation coeficien (r) > 0,3 dan nilai alpha cronbach > 0,6. Dengan demekian seluruh item pertanyaan untuk mengukur variabel penelitian dinyatakan valid dan reliabel sehingga layak digunakan untuk penelitian.
3.6. Variabel dan Definisi Operasional 3.6.1. Variabel Bebas (Independent)
Gaya Kepemimpinan adalah kemampuan kepala ruang keperawatan memengaruhi dan menggerakkan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien di ruang rawat inap RSUD Sibuhuan.
Indikator kepemimpinan dalam penelitian ini meliputi:
1. Kepiawaian dalam menggunakan posisi adalah tindakan kepala ruangan dalam menyusun jadwal dan jenis pekerjaan perawat, mengawasi pelaksanaan asuhan keperawatan, membuat peraturan tentang pekerajaan yang harus dilaksanakan perawat, memberikan pengarahan setiap perawat.
2. Kemampuan dalam memecahkan masalah secara efektif adalah kegiatan konsultasi antara kepala ruangan dengan perawat, memprioritaskan penyelesaian
(57)
masalah asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan pasien, menyelesaikan masalah pelaksanaan asuhan untuk kepentingan pasien dan mencari solusi pemecahan masalah asuhan keperawatan.
3. Ketegasan sikap dan komitmen dalam pengambilan keputusan adalah cara kepala ruangan bersikap tegas supaya mematuhi peraturan dalam bekerja, memprioritaskan hasil kerja, aturan tentang penghargaan dan sanksi.
4. Kemampuan menjadi media dalam penyelesaian konflik kinerja adalah tindakan kepala ruangan dalam penyelesaian masalah keperawatan antar tim/kelompok kerja, perlakuan terhadap perawat, membantu perawat yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
5. Keterampilan dalam komunikasi dan advokasi adalah kegiatan konsultasi kepala ruangan dengan perawat tentang hambatan asuhan keperawatan, penjelasan tentang tata cara pelaksanaan asuhan keperawatan, menghadapi keluarga pasien. 3.6.2. Variabel Terikat (Dependent)
Kinerja perawat adalah hasil kerja yang dicapai oleh seorang perawat pelaksana berdasarkan tupoksi perawat memberikan pelayanan asuhan keperawatan kepada pasien di ruang rawat inap di Rumah Rakit Sibuhuan. Kinerja peawat meliputi pengkajian keperawatan, diagnosis keperawatan, perencanaan keperawatan, tindakan/pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan yang sudah menjadi standar pelayanan medik di RSUD Sibuhuan.
a. Pengkajian adalah proses pelayanan keperawatan dalam pengumpulan data oleh perawat pelaksana tentang informasi respon pasien agar dapat
(58)
mengidentifikasi dan mengenali masalah atau kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien.
b. Diagnosa keperawatan adalah proses pelayanan keperawatan dalam merumuskan keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan yang aktual atau yang potensial
c. Perencanaan adalah proses keperawatan dalam merencanakan tindakan atau intervensi keperawatan yang didasarkan pada identifikasi masalah kesehatan yang dihadapi pasien dan prioritas masalahnya sebelum dilakukan tindakan keperawatan.
d. Impelementasi adalah proses keperawatan yang dilakukan perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
e. Evaluasi adalah proses keperawatan yang merupakan tahapan penilaian terhadap proses-proses keperawatan yang sebelumnya dilakukan oleh perawat dalam menegakkan pelayanan keperawatan pada pasien
3.7. Metode Pengukuran
Metode pengukuran menggunakan instrumen penelitian dalam bentuk kuesioner yang sekaligus sebagai panduan untuk memperoleh data-data variabel gaya kepemimpinan dan kinerja perawat.
(59)
3.7.1. Pengukuran Variabel Bebas
Singarimbun (1995), menyatakan penggunaan pengukuran data ordinal yang memungkinkan peneliti untuk mengurutkan respondennya dari tingkat paling rendah ke tingkat paling tinggi menurut suatu atribut tertentu. Rentang jawaban yang digunakan adalah nilai tertinggi 3 dan terendah 1, untuk responden sering, skor 3, kadang-kadang, skor 2, tidak pernah, skor 1.
Pengukuran variabel bebas dapat dilihat pada tabel 3.2 Tabel 3.2. Pengukuran Variabel Bebas
Variabel Jumlah
Pertanyaan Indikator Pilihan Jawaban Gaya
Kepemimpi nan
20 a. Kepiawaian
menggunakan posisi
b. Kemampuan memecahkan
masalah secara efektif
c. Ketegasan sikap dan komitmen dalam pengambilan keputusan d. Kemampuan menjadi media dalam penyelesaian konflik kinerja
e. Keterampilan dalam komunikasi dan advokasi
Disusun dengan menggunakan skala disediakan 3 pilihan jawaban yaitu
1.Sering
2.Kadang-kadang 3.Tidak pernah
(60)
3.7.2. Pengukuran Variabel Terikat
Pengukuran variabel terikat dapat dilihat pada tabel 3.3 Tabel 3.3. Pengukuran Variabel Terikat
Variabel Jumlah
Pertanyaan Indikator Pilihan Jawaban Kinerja
Perawat
20 a. Pengkajian
b. Diagnosa Keperawatan
c. Perencanaan d. Pelaksanaan e. Evaluasi
a.sangat
sering dilakukan b.sering dilakukan c.kadang-kadang d.tidak pernah
3.8 Metode Analisa Data
Analasis data dibuat melalui proses standar yang ditawarkan pada model statistik regresi multivariat dalam program SPSS. Guna menunjang analisa sebagai upaya pembuktian hipotesa maka analisa data dilakukan melalui tahap :
a. Analisa Univariat
Untuk melihat gambaran distribusi frekuensi dan persentase dari nilai yang diperoleh masing-masing item pertanyaan kuesioner.
b. Analisa Bivariat
Untuk melihat hubungan anatara variabel bebas dan variabel terikat digunakan uji korelasi Pearson produk moment. Pada uji korelasi ini akan diperoleh gambaran hubungan variabel bebas dengan variabel terikat. Untuk mengetahui lebih tepat besar/ derajat hubungan dua variabel digunakan koefisien korelasi pearson produk moment (r)
(61)
c. Analisa Multivariat, bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel gaya kepemimpinan terhadap variabel kinerja perawat, menggunakan uji regresi linear berganda pada tingkat kepercayaan 95% (α=0,05) dengan persamaan sebagai berikut :
Y = a + X1β1 + X2β2 + e Dimana :
Y = Variabel terikat (Kinerja perawat) β = Koefisien Regresi
X = kepemimpinan
e = Term of errors / variabel yang tidak terungkap
(62)
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah ( RSUD ) Sibuhuan berawal dari arah kebijakan pembangunan kesehatan daerah, dimana salah satunya adalah pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah yang refresentatif yang didukung oleh sarana dan prasarana serta sumber daya manusia yang profesional dibidangnya guna menunjang kualitas pelayanan kesehatan masyarakat.Pada tahun 2002 RSUD Sibuhuan mulai beroperasi. Awal tahun 2003 RSUD Sibuhuan diresmikan oleh Bupati Tapanuli Selatan Bapak Drs. H.M. Shaleh Harahap dengan dikeluarkannya izin penyelenggaraan RSUD Sibuhuan oleh Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan No. 050/1072/2003 tanggal 22 April 2003. Status RSUD Sibuhuan berdasarkan izin tersebut adalah kelas C. Berselang dua bulan setelah itu Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI mengeluarkan Nomor Kode Rumah Sakit untuk RSUD Sibuhuan, yaitu 1203055 melalui surat No. IR.01.01.1.1.2664 tanggal 10 Juli 2003.
Fasilitas pelayanan RSUD Sibuhuan dengan kapasitas 50 tempat tidur, meliputi pelayanan rawat jalan, rawat inap, pelayanan gawat darurat, pelayanan penunjang medik dan non medik, pelayanan administrasi dan pelayanan 24 jam.
Jumlah tenaga perawat yang bertugas di RSUD Sibuhuan berjumlah 88 orang, 83 orang perawat pelaksana dan 5 orang perawat pengelola. Latar belakang
(63)
pendidikan tenaga keperawatan terdiri dari 7 orang lulusan S1 keperawatan, 68 orang lulusan DIII keperawatan, 13 orang lulusan Sekolah Perawat Kesehatan (SPK).
4.2. Visi, Misi dan Nilai 1. Visi
Rumah sakit dengan pelayanan prima dan komprehensif. Hakekat yang terkandung dalam visi tersebut adalah suatu tekad untuk memberikan pelayanan medis yang terbaik kepada masyarakat yang dituangkan dalam pengertian Pelayanan Prima, sedangkan pengertian Komprehensif adalah Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sibuhuan mampu memberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh lapisan masyarakat di Kabupaten Padang Lawas dan sekitarnya secara menyeluruh.
2. Misi
1. Melaksanakan pelayanan medis secara professional, terjangkau, etis kepada masyarakat tanpa membedakan bangsa, suku, status sosial (ekonomi) dan kepercayaan.
2. Menjadikan rumah sakit sebagai tempat berlindung, upaya kesehatan yang aman dan nyaman dimana penderita menerima kepuasan pelayanan.
Penjabaran dari pengertian Misi tersebut adalah sebagai berikut :
a. Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit merupakan pelayanan yang mempunyai ruang lingkup yang luas, yaitu sebagai pelayanan jasa yang padat karya, padat modal serta padat teknologi. Pelayanan Kesehatan yang diberikan bersifat paripurna, yaitu pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif secara serasi dan terpadu, yang diberikan kepada seluruh lapisan
(64)
masyarakat tanpa memandang suku, status sosial ( ekonomi ) maupun golongan serta agama/kepercayaan yang dianut.
b. Kemajuan teknologi di bidang kedokteran sulit dibendung, disamping adanya perubahan pola penularan dan penyebaran penyakit (transisi Epidemiologi), tuntutan kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat serta berbagai perubahan yang terjadi sebagai dampak pembangunan di kabupaten Padang Lawas. Pencapaian mutu pelayanan sesuai etika dan standar profesi didukung pengembangan sarana dan prasarana serta peningkatan kualitas sumber daya manusia yang menghasilkan personil yang bersih, berwibawa, bermoral dan profesional di bidangnya bermuara pada peningkatan mutu pelayanan kesehatan dalam rangka mewujudkan rumah sakit sebagai tempat berlindung yang memberikan rasa aman dan nyaman kepada masyarakat, sehingga masyarakat mendapatkan kepuasan terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan.
4.3. Karakteristik Responden
Tabel 4.1. Distribusi Karakteristik Responden di Rumah Sakit Sibuhuan
No Karakteristik n %
1 Umur
21-30 Tahun 17 20.5
31-40 Tahun 49 59.0
41-56 Tahun 17 20.5
Jumlah 83 100.0
2 Jenis Kelamin
Laki-laki 14 16.9
Perempuan 69 83.1
(65)
Tabel 4.1 (Lanjutan)
No Karakteristik n %
3 Pendidikan
S1. Keperawatan/Ners 7 8.4
DIII Keperawatan 63 75.9
SPK 13 15.7
Jumlah 83 100.0
4 Masa Kerja
1-5 Tahun 14 16.9
6-10 Tahun 51 61.4
> 10 Tahun 18 21.7
Jumlah 83 100.0
Berdasarkan tabel 4.1. diketahui bahwa responden dalam penelitian ini berjumlah 83 orang. Karakteristik responden ini meliputi: umur, jenis kelamin, pendidikan dan lama kerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden berusia antara 31-40 tahun sebanyak 49 orang (59%), jenis kelamin didominasi oleh perempuan yaitu sebanyak 69 orang (83,1%), mayoritas tingkat pendidikan adalah akademi keperawatan (D.III) sebanyak 63 orang (75,9%,0), dan lama kerja responden paling banyak berkisar antara 6-10 tahun yaitu 51 orang (61,4%)
4.4. Analisa Univariat 4.4.1. Gaya Kepemimpinan
Gaya Kepemimpinan kepala ruangan dalam penelitian ini terdiri dari 5 indikator, yaitu: kepiawaian menggunakan posisi, kemampuan memecahkan masalah secara efektif, ketegasan sikap dan komitmen dalam pengambilan keputusan,
(66)
kemampuan menjadi media penyelesaian konflik dan keterampilan dalam komunikasi dan advokasi.
A. Kepiawaian Menggunakan Posisi
Data tentang indikator kepiawaian dalam menggunakan posisi diketahui bahwa sebanyak 47 orang (56,6%) responden menyatakan bahwa Kepala ruangan kadang-kadang mengawasi dan mengendalikan kegiatan pelayanan keperawatan di ruang rawat yang berada di wilayah tanggung jawabnya, sebanyak 60 orang (72,3%) responden menyatakan kepala ruangan kadang-kadang menyusun dan mengatur daftar dinas tenaga perawatan sesuai kebutuhan dan ketentuan/ peraturan yang berlaku, sebanyak 47 orang (56,6%) responden menyatakan bahwa kepala ruangan kadang-kadang melaksanakan program orientasi kepada tenaga perawatan baru yang akan bekerja di ruang rawat dan sebanyak 34 orang (41,1%) responden menyatakan bahwa kepala ruangan kadang-kadang memberi pengarahan dan motivasi kepada tenaga perawatan untuk melaksanakan asuhan keperawatan sesuai ketentuan/ standar.
Distribusi berdasarkan indikator kepiawaian menggunakan posisi disajikan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kepiawaian Menggunakan Posisi
No Pernyataan Sering
Kadang-kadang
Tidak
Pernah Total
n % n % n % n %
1 Kepala ruangan mengawasi dan
mengendalikan kegiatan pelayanan keperawatan di ruang
rawat yang berada di wilayah tanggung jawabnya
14 16,9 47 56,6 22 26,5 83 100
2 Kepala ruangan menyusun dan
mengatur daftar dinas tenaga perawatan sesuai kebutuhan dan ketentuan/ peraturan yang berlaku
(67)
Tabel 4.2 (Lanjutan)
No Pernyataan Sering
Kadang-kadang
Tidak
Pernah Total
n % n % n % n %
3 Kepala ruangan melaksanakan program orientasi kepada tenaga perawatan baru yang akan bekerja diruang rawat.
27 32,5 47 56,6 9 10,9 83 100
4 Kepala ruangan member
pengarahan dan motivasi kepada tenaga perawatan untuk melaksanakan asuhan keperawatan sesuai ketentuan/
standar
16 19,2 33 39,8 34 41,0 83 100
B. Kemampuan Memecahkan Masalah secara Efektif
Data tentang indikator kemampuan memecahkan masalah secara efektif diketahui bahwa sebanyak 39 orang (47,0%) responden menyatakan bahwa kepala ruang kadang-kadang mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada dengan cara bekerja sama dengan berbagai pihak yang terlibat dalam pelayanan di ruang rawat, sebanyak 62 orang (74,7%) responden menyatakan bahwa kadang-kadang Kepala ruangan mengadakan pertemuan berkala dengan pelaksana perawatan yang berada diwilayah tanggung jawabnya, sebanyak 58 orang (69,9%) responden menyatakan kepala ruangan kadang-kadang mengadakan pendekatan kepada setiap pasien yang dirawat, untuk mengetahui keadaannya dan menampung keluhan serta membantu memecahkan masalah yang dihadapinya, dan sebanyak 50 orang (60,2%) responden menyatakan bahwa kepala ruangan kadang-kadang menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik antara petugas, pasien dan keluarganya, sehingga memberi ketenangan.
(68)
Distribusi berdasarkan indikator kemampuan memecahkan masalah secara efektif disajikan pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Kemampuan Memecahkan Masalah Secara Efektif
No Pernyataan Sering
Kadang-kadang
Tidak
Pernah Total
n % n % n % n %
1 Kepala ruangan
mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada dengan cara bekerja sama dengan berbagai pihak yang terlibat dalam pelayanan di ruang rawat
6 7,2 39 47,0 38 45,8 83 100
2 Kepala ruangan mengadakan
pertemuan berkala dengan pelaksana perawatan yang berada diwilayah tanggung jawabnya
6 7,2 39 47,0 38 45,8 83 100
3 Kepala ruangan mengadakan pendekatan kepada setiap pasien yang dirawat, untuk mengetahui
keadaannya dan menampung
keluhan serta membantu memecahkan masalah yang dihadapinya
9 10,8 58 69,9 16 19,3 83 100
4 Kepala ruangan menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik antara petugas, pasien dan keluarganya, sehingga memberi ketenangan
11 13,3 50 60,2 22 26,5 83 100
C. Ketegasan Sikap dan Komitmen dalam Pengambilan Keputusan
Data tentang indikator ketegasan sikap dan komitmen dalam pengambilan keputusan diketahui bahwa sebanyak 33 orang (39,8%) responden menyatakan bahwa kepala ruangan kadang-kadang melaksanakan program orientasi kepada pasien dan keluarganya meliputi penjelasan tentang peraturan rumah sakit, tata tertib ruangan, fasilitas yang ada dan cara penggunaannya serta kegiatan rutin sehari-hari di ruangan, sebanyak 43 orang (51,8%) responden menyatakan bahwa kepala ruangan
(1)
kinerja17
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak pernah 13 15.7 15.7 15.7
Kadang-kadang 22 26.5 26.5 42.2
Sering 20 24.1 24.1 66.3
Sangat sering 28 33.7 33.7 100.0
Total 83 100.0 100.0
kinerja18
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak pernah 13 15.7 15.7 15.7
Kadang-kadang 20 24.1 24.1 39.8
Sering 24 28.9 28.9 68.7
Sangat sering 26 31.3 31.3 100.0
Total 83 100.0 100.0
kinerja19
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak pernah 9 10.8 10.8 10.8
Kadang-kadang 18 21.7 21.7 32.5
Sering 26 31.3 31.3 63.9
Sangat sering 30 36.1 36.1 100.0
Total 83 100.0 100.0
kinerja20
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
(2)
Correlations
Correlations
kepiawaian kemampuan sikap konflik keterampilan kinerja kepiawaian Pearson Correlation 1 .781** .424** .652** .509** .762**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 83 83 83 83 83 83
kemampuan Pearson Correlation .781** 1 .439** .716** .513** .741**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 83 83 83 83 83 83
sikap Pearson Correlation .424** .439** 1 .436** .298** .221*
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .006 .045
N 83 83 83 83 83 83
konflik Pearson Correlation .652** .716** .436** 1 .600** .444**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 83 83 83 83 83 83
keterampilan Pearson Correlation .509** .513** .298** .600** 1 .364**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .006 .000 .001
N 83 83 83 83 83 83
kinerja Pearson Correlation .762** .741** .221* .444** .364** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .045 .000 .001
N 83 83 83 83 83 83
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
(3)
Regression
Variables Entered/Removed Model Variables Entered
Variables
Removed Method 1 keterampilan,
sikap, kepiawaian, konflik, kemampuana
. Enter
a. All requested variables entered.
Model Summary Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .830a .688 .668 7.461
a. Predictors: (Constant), keterampilan, sikap, kepiawaian, konflik, kemampuan
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 9468.737 5 1893.747 34.016 .000a
Residual 4286.781 77 55.672
Total 13755.518 82
a. Predictors: (Constant), keterampilan, sikap, kepiawaian, konflik, kemampuan b. Dependent Variable: kinerja
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 13.185 5.345 2.467 .016
kepiawaian 4.429 .835 .562 5.306 .000
kemampuan 4.588 .957 .546 4.793 .000
sikap -1.114 .546 -.148 -2.041 .045
(4)
Regression
Variables Entered/Removedb Model Variables Entered
Variables
Removed Method 1 Gaya
kepemimpinana
. Enter a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: kinerja
Model Summary Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .634a .402 .395 10.076
a. Predictors: (Constant), gaya kepemimpinan
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 5531.159 1 5531.159 54.475 .000a
Residual 8224.359 81 101.535
Total 13755.518 82
a. Predictors: (Constant), gaya kepemimpinan b. Dependent Variable: kinerja
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 9.656 6.749 1.431 .156
gaya kepemimpina n
1.275 .173 .634 7.381 .000
(5)
(6)