7. Perbandingan konsentrasi ALP antara kelompok perlakuan dosis I
350 mgkg Bb, dosis II 700 mgkg BB, dan dosis III 1400 mgkg BB pada tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida.
Nilai konsentrasi ALP pada dosis I 350 mgkg BB, dosis II 700 mgkg BB, dan dosis III 1400 mgkg BB secara berturut-turut adalah
395,6 ± 34,5; 336,6 ± 10,4; 286,4 ± 27,0 UL. Hasil uji statistik menyatakan bahwa terdapat perbedaan tidak
bermakna antar dosis I, dosis II dan dosis III. Hal ini berarti tidak ada kekerabatan dosis dengan efek penurunan ALP yang ditimbulkan. Semakin
besar dosis yang diberikan, tidak ada penurunan konsentrasi ALP yang bermakna.
8. Rangkuman Pembahasan
Pemberian ekstrak etanol kulit P. americana jangka panjang tidak memberikan pengaruh terhadap peningkatan konsentrasi ALP pada tikus
jantan galur Wistar. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata konsentrasi ALP pada kontrol sediaan ekstrak etanol kulit P. americana dan kontrol
olive oil secara berturut turut yaitu 190, 2 ± 12,0; 274,2 ± 25,67 UL. Tidak terdapat kekerabatan antara dosis I 350 mgkg BB, dosis II
700 mgkg BB dan dosis III 1400 mgkg BB untuk memberikan efek penurunan ALP yang dapat menandakan efek proteksi pada hati yang
terinduksi karbon tetraklorida. Agen hepatotoksin yang digunakan dalam penelitian adalah karbon
tetraklorida. Mekanisme dari karbon tetraklorida untuk memicu kerusakan
hati adalah karbon tetraklorida dikonversi menjadi triklorometil radikal CCl
3
•
kemudian menjadi triklorometilperoksi CCl
3
O
2
•
. Senyawa radikal mempunyai tingkat kereaktifan yang sangat tinggi. Nekrosis yang terjadi
karena induksi karbon tetraklorida adalah yang paling berbahaya dan terjadi di sel sentrilobular hepar yang mengandung konsentrasi tinggi CYP,
yang dapat merespon aktivasi karbon tetraklorida Hodgson, 2010. Kandungan kulit P. americana yaitu flavonoid dan fenol dapat
tersari oleh pelarut etanol yang bersifat polar. Penurunan konsentrasi alkalin fosfatase yang terjadi diduga disebabkan oleh adanya antioksidan
yang dapat menangkap radikal triklorometil CCl
3
•
di hepar yang terpapar karbon tetraklorida, lalu diubah menjadi senyawa tidak toksik sehingga
tidak merusak sel-sel hepar. Untuk mengetahui perbedaan tingkat kerusakan hati pada tikus kelompok kontrol hepatotoksin karbon
tetraklorida dan tikus kelompok kontrol pra perlakuan, seharusnya dilakukan uji histopatologi tetapi pada penelitian ini, peneliti hanya
melihat tingkat kerusakan hati dari perubahan konsentrasi ALP. Peneliti merasa perlu untuk dilakukan penambahan hewan uji pada
penelitian ini untuk memperkecil penyimpangan standar deviasi sehingga variasi yang terjadi juga kecil. Peneliti juga merasa perlu untuk
menggunakan senyawa hepatotoksin lainnya untuk mengetahui tingkat kemampuan ekstrak etanol kulit P. americana untuk memberikan pengaruh
terhadap konsentrasi ALP. Selain karbon tetraklorida, parasetamol dapat digunakan sebagai senyawa model hepatotoksin.