Level Teks Judul: Keteladanan Buya Hamka

86 IWM yang dijadwalkan pada bulan Juni 2014 mendatang. Dan melalui bantuan seorang kawan, akhirnya kami mendapatkan murid Buya Hamka yang dimaksud. Kami kemudian ternostalgia dengan kiprah keislaman Buya Hamka yang patut diteladani oleh tokoh dan umat Islam Indonesia. ” 97 Maksud dalam tulisan ini ialah memaparkan prinsip Buya Hamka dalam berdakwah. Terlihat dalam kutipan berikut: “Buya Hamka bukanlah tipologi seorang yang disebut ulama “ulama” alias “usia lanjut makin ambisi”, namun beliau lebih berprinsip pada penegakan yang hak sesuai tuntutan al- Qur‟an dan Hadis. Beliau lebih memilih untuk meninggalkan jabatannya dan berpegang kepada prinsip al- Qur‟an dan Hadis.” 98 Praanggapan dalam tulisan ini terlihat dalam kutipan berikut: “Sikap dan perilaku Buya Hamka ini barangkali sulit ditemukan di negeri kita ini. Umumnya, orang justru mempertahankan jabatannya mati-matian. Seandainya ada tokoh yang mundur dari jabatannya, itu pun karena dia berambisi untuk mendapatkan jabatan lain yang lebih tinggi tingkatannya.” 99 “Bandingkan dengan ustaz-ustaz bawahan yang apabila memiliki pendapat, mereka pertahankan mati-matian pendapat itu kendati bertentangan dengan petunjuk Rasulullah saw.” 100 b Sintaksis Bentuk kalimat dalam tulisan ini menggunakan kalimat aktif dengan awalan me-, dapat dilihat dalam kutipan berikut: “Buya Hamka juga melakukan sebuah kejutan besar.” 101 “Semoga Allah swt. menerima amal ibadah Buya Hamka.” 102 Juga menggunakan awalan ber-, dan imbuhan me- -kan, dalam kalimat berikut: 97 Ali Mustafa Yaqub, Setan Berkalung Surban, h. 114. 98 Ali Mustafa Yaqub, Setan Berkalung Surban, h. 114. 99 Ali Mustafa Yaqub, Setan Berkalung Surban, h. 114. 100 Ali Mustafa Yaqub, Setan Berkalung Surban, h. 115. 101 Ali Mustafa Yaqub, Setan Berkalung Surban, h. 115. 102 Ali Mustafa Yaqub, Setan Berkalung Surban, h. 116. 87 “Beliau lebih memilih untuk meninggalkan jabatannya dan berpegang kepada prinsip al- Qur‟an dan Hadis.” 103 Koherensi dalam tulisan ini ditandai dengan kata hubung „ketika‟ yang memiliki makna hubungan waktu, yang dapat dilihat dalam kutipan berikut: “Kami sungguh merasa terharu, ketika Buya Hamka telah meninggalkan kita 30 tahun yang lalu, negeri Jiran Malaysia mencari murid Buya Hamka dalam Islam. Kami teringat dengan sebuah pepatah yang menyatakan, “Seorang Nabi tidak dihormati di negerinya sendiri .” Betapapun, tokoh dan umat Islam Indonesia lebih berhak untuk meneladani sikap dan perilaku Buya Hamka, kendati kita tidak dapat melarang tokoh dan umat Islam di Malaysia dan di Negara lain juga akan meneladani sikap dan perilkau Buya Hamka.” 104 Kata „ketika‟ dalam paragraf ini digunakan untuk menjelaskan hubungan waktu di dalamnya, yaitu menjelaskan kiprah Buya Hamka dalam berdakwah yang tetap menjadi panutan bagi dunia, setelah 30 tahun sepeninggalannya. Kata ganti dalam tulisan ini adalah: “Beliau lebih memilih untuk meninggalkan jabatannya dan berpegang kepada prinsip al-Qu r‟an dan Hadis.” 105 Kata „beliau‟ dalam kalimat ini ditujukan kepada Buya Hamka dan berfungsi sebagai bentuk penghormatan beliau pengarang kepada Buya Hamka. c Segi Stilistik Stilistik terdapat dalam kutipan berikut: “Beberapa hari yang lalu, seorang staf di Kantor Perdana Menteri Malaysia menghubungi kami. Ia minta agar kami mencarikan 103 Ali Mustafa Yaqub, Setan Berkalung Surban, h. 115. 104 Ali Mustafa Yaqub, Setan Berkalung Surban, h. 115-116. 105 Ali Mustafa Yaqub, Setan Berkalung Surban, h. 114. 88 murid Buya Hamka yang dapat menceramahkan secara akademik pemikiran moderat almarhum Buya Hamka.” 106 “Bandingkan dengan ustaz-ustaz bawahan yang apabila memiliki pendapat, mereka pertahankan mati-matian pendapat itu kendati bertentangan dengan petunjuk Rasulullah saw.” 107 Buya Hamka tidak merasa bahwa dengan sikapnya untuk kembali ke rukyat itu gengsinya akan jatuh. ” 108 Dari kutipan kalimat di atas, beliau menggunakan kata moderat untuk menjelaskan orang yang selalu berada di tengah-tengah, dan orang yang berada dalam jalan yang benar. Kemudian menggunakan kata ustaz bawahan untuk menjelaskan dai yang tidak sesuai dengan kode etik dakwah, dan dai yang tidak memiliki pengetahuan yang tinggi. Juga menggunakan kata gengsi untuk menjelaskan harga diri. d Segi Retoris Retoris dalam tulisan ini menggunakan metafora dalam bentuk pepatah disampaikan kalimat di bawah ini dengan tulisan miring: “Kami teringat dengan sebuah pepatah yang menyatakan, “Seorang Nabi tidak dihormati di negerinya sendiri.” Betapapun, tokoh dan umat Islam Indonesia lebih berhak untuk meneladani sikap dan perilkau Buya Hamka, kendati kita tidak dapat melarang tokoh dan umat Islam di Malaysia dan di Negara lain juga akan meneladani sikap dan perilkau Buya Hamka.” 109

8. Judul: Memberdayakan Imam Masjid

a. Level Teks

1 Struktur Makro a Segi Tematik Topik dalam tulisan ini adalah muamalah. Gagasan intinya adalah menjelaskan keharusan meningkatkan peran dan jaminan 106 Ali Mustafa Yaqub, Setan Berkalung Surban, h. 114. 107 Ali Mustafa Yaqub, Setan Berkalung Surban, h. 115. 108 Ali Mustafa Yaqub, Setan Berkalung Surban, h. 115. 109 Ali Mustafa Yaqub, Setan Berkalung Surban, h. 115. 89 kehidupan kepada Imam Masjid sebagai upaya meminimalisir dai bertarif di Indonesia. 110 2 Superstruktur a Segi Skematik Tulisan ini berjudul “Memberdayakan Imam Masjid.” Pendahuluan tulisan ini diawali dengan kalimat berikut: “Sekurang-kurangnya, ada dua perhelatan yang berkaitan dengan imam masjid yang diselenggarakan pada tahun 2013. Pertama, silaturahmi dan konferensi imam masjid se-Indonesia yang diselenggarakan pada 27-29 Juni 2013 di Batam, Kepulauan Riau. Acara yang disponsori oleh Gubernur Kepulauan Riau dan dibuka oleh Menteri Agama Republik Indonesia ini, melahirkan sebuah organisasi nasional imam masjid yang bernama IPIM Ikatan Persaudaraan Imam Masjid. Acara ini dihadiri oleh kurang lebih 250 orang mewakili imam-imam masjid seluruh Indonesia. Perhelatan imam masjid yang kedua adalah konferensi imam masjid se-Dunia yang diselenggarakan pada 2-6 Desember 2013 di Pekanbaru, Riau, yang disponsori oleh Gubernur Provinsi Riau dan dibuka oleh Menteri Agama Republik Indonesia.” 111 Pendahuluan dalam tulisan ini menceritakan latar belakang untuk menceritakan tentang dua perhelatan yang diselenggarakan berkaitan dengan peran Imam Masjid. Inti dari tulisan ini berada dalam kutipan berikut: “Ada kesepakatan dari para peserta maupun para narasumber, baik dalam konferensi IPIM maupun konferensi ICIM, semuanya bersepakat bahwa imam masjid memiliki peran dan fungsi yang sangat strategis karena ia selalu berhadapan langsung dengan para jamaah minimal lima kali dalam satu sehari. Peran dan fungsi ini dapat dimanfaatkan untuk mentrasformasi ajaran Islam yang merupakan rahmat bagi semua penghuni alam kepada para jamaah masjid.” 112 110 Wawancara Pribadi dengan Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA di kediaman beliau, Jakarta, 18 Mei 2015. 111 Ali Mustafa Yaqub, Setan Berkalung Surban, h. 117. 112 Ali Mustafa Yaqub, Setan Berkalung Surban, h. 118. 90 Tulisan ini ditutup dengan harapan beliau kepada para imam masjid agar memiliki pengetahuan ilmiah yang tinggi untuk mencerahkan umat dari paham-paham yang sesat. Kesimpulan dari tulisan ini adalah menjelaskan bahwa imam masjid tidak hanya seorang yang hafal Al- Qur‟an, tetapi juga harus memiliki kapasitas keilmuan untuk menjawab persoalan-persoalan umat. ” 113 Story tulisan ini ingin menjelaskan tentang peran penting seorang Imam Masjid di setiap tempat, bahkan setiap Negara. Di mana peran ini sangat strategis untuk mentransformasikan ajaran Islam kepada masyarakat, karena ia sering berinteraksi dengan masyarakat setiap harinya. Sehingga IPIM memiliki semangat untuk memberdayakan atau meningkatkan peran Imam Masjid ini. 3 Struktur Mikro a Segi Semantik Elemennya adalah latar, detail, maksud, dan praanggapan. Latar tulisan ini berawal dari Konferensi Imam Masjid se-Indonesia yang diselenggarakan tanggal 27-29 Juni 2013 di Batam dan Konferensi Imam Masjid se-Dunia yang diselenggarakan tanggal 2-6 Desember 2013 di Pekanbaru. Detail tulisan ini sangat bagus, karena menampilkan siapa saja yang termasuk dalam Konferensi itu dengan jelas, dapat dilihat dalam kutipan berikut: “Konferensi imam masjid yang pertama se-Dunia ini kemudian melahirkan organisasi imam masjid internasional yang disebut al- Majlis al- „Alami li „Aimmat al-Masajid atau ICIM International Council of Imam Masjid. Apabila IPIM berkantor pusat di Jakarta, 113 Ali Mustafa Yaqub, Setan Berkalung Surban, h. 118. 91 maka ICIM berkantor pusat di Pekanbaru, Provinsi Riau. Deklarasi pembentukan ICIM yang tertuang dalam Piagam Pekanbaru ditandantangani oleh wakil-wakil dari 12 negara peserta, yaitu Malaysia, Kuwait, Palestina, Perancis, Irak, Sinegal, Singapura, Afrika Selatan, Tunisia, Brunei Darussalam, Pakistan, dan Indonesia. Sebagai ketua ICIM terpilih wakil dari Kuwait, sementara Indonesia diamanati menjadi Sekretaris Jenderal. Beberapa negara yang siap hadir namun berhalangan adalah Mesir, Rusia, Jepang, dan Australia.” 114 Maksud dalam tulisan ini ialah memaparkan peran Imam Masjid dalam berdakwah. Terlihat dalam kutipan berikut: “Di banyak negara, peran imam masjid juga lebih dominan karena ia tidak hanya mengimami shalat berjamah tetapi juga menjadi khatib, baik untuk Shalat Jumat, Hari Raya, dan lain-lain. Dari sinilah kemudian, konferensi, baik IPIM maupun ICIM, menyepakati untuk meningkatkan kualitas sumber daya imam masjid sehingga imam masjid tidak menjadi sebatas seorang tukang yang menjalankan tugas menjadi imam, tetapi juga menjadi pembina umat sesuai dengan tuntunan ajaran Islam. Maka imam masjid haruslah seorang yang memiliki kreatifitas dan inovatif dalam membina umat. Imam masjid juga bukan sebatas memimpin shalat berjamaah, tetapi juga memimpin masyarakat.” 115 Praanggapan dalam tulisan ini terlihat dalam kutipan berikut: “Di sisi lain, peran yang demikian penting bagi imam, tentu tidak dapat terlaksana secara maksimal manakala imam harus juga sibuk memikirkan asap dapur.” 116 b Sintaksis Bentuk kalimat dalam tulisan ini menggunakan kalimat pasif dengan awalan di-, dapat dilihat dalam kutipan berikut: “Karenanya, dalam konferensi pertama IPIM kemarin, muncul wacana bahwa seyogianya imam masjid diangkat oleh pejabat tinggi negara. Untuk mesjid negara, imam masjid diangkat oleh Presiden; untuk masjid raya tingkat provinsi, imam masjid diangkat oleh Gubernur; untuk masjid agung tingkat kabupatenkota, imam masjid 114 Ali Mustafa Yaqub, Setan Berkalung Surban, h. 117. 115 Ali Mustafa Yaqub, Setan Berkalung Surban, h. 118. 116 Ali Mustafa Yaqub, Setan Berkalung Surban, h. 118.