103 Negara Malaysia masih mencari murid Hamka untuk menjelaskan
pemikirannya yang moderat, hal ini menjadi penguat kiprah dakwah Hamka yang sangat menakjubkan.
Judul kedelapan “Memberdayakan Imam Masjid,” yang menjadi kata
kuncinya adalah „pemberdayaan‟, dan „imam masjid‟, yang digunakan untuk
menjelaskan keharusan untuk memberdayakan peran imam masjid yang sangat penting, karena situasi dan kondisinya yang sangat strategis untuk
menyebarkan pesan dakwah kepada masyarakat. Hal ini sekaligus menjadi opsi kedua untuk meminimalisir dai bertarif, karena dengan kehadiran imam masjid,
masyarakat tidak perlu lagi mencari dai-dai lain yang bertarif mahal yang menyusahkan mereka, juga karena imam masjid diberi jaminan kehidupan
yang layak oleh pemerintah. Dengan demikian, imam masjid akan merasa cukup dengan kehidupannya tanpa harus memberi tarif lagi untuk berdakwah
kepada masyarakat karena untuk menutupi kehidupannya.
135
Dalam delapan bab ini, beliau membahas tuntas tentang masalah fenomena dai yang mulai memprihatinkan di Indonesia tercinta ini. Terlihatlah
tujuan beliau dalam menulis buku ini ialah untuk meluruskan fenomena dai komersial itu, seperti jelas beliau dalam wawancara bersama penulis:
“Salah satu bahasan dalam buku ini menjelaskan tentang fenomena dai yang memasang tarif yang muncul di tengah umat Islam Indonesia. Di mana
mayoritas dai sekarang hanya mengejar materi dan popularitas dalam dakwah mereka. Sehingga hal ini perlu saya luruskan melalui buku ini, sesuai dengan
ajaran Islam yang benar tentunya. ”
136
135
Wawancara Pribadi dengan Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA di kediaman beliau, Jakarta, 19 Mei 2015.
136
Wawancara Pribadi dengan Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA di kediaman beliau, Jakarta, 19 Mei 2015.
104 Solusi yang beliau sarankan dalam mengatasi dai bertarif atau dai
komersial adalah agar masyarakat Indonesia tidak lagi dan berhenti mengundang para dai komersial itu. Dan agar pemerintah memberdayakan
peran imam masjid dan memerhatikan kehidupan imam masjid khususnya dalam hal ekonomi, karena imam masjid memiliki posisi yang strategis sebagai
pencerah bagi umat Islam.
137
Buku Setan Berkalung Surban ini adalah salah satu karya beliau yang membahas tentang fenomena sosial yang sedang berkembang di masyarakat
Indonesia. Buku ini dapat dijadikan acuan bagi masyarakat untuk mengetahui fenomena sosial yang sedang aktual muncul di masyarakat Indonesia dan juga
untuk menjalankan pesan dakwah yang ada dalam buku ini, tanpa harus mengerahkan kemampuan berpikir yang mendalam, karena bahasa dalam buku
ini sangat simpel dan mudah dipahami oleh masyarakat awam.
137
Wawancara Pribadi dengan Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA di kediaman beliau, Jakarta, 19 Mei 2015.
105
BAB V PENUTUP
A.
Kesimpulan
Setelah penulis melakukan penelitian dan menganalisis bahasan-bahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penulis memiliki kesimpulan
sebagai berikut:
1. Struktur makro dalam tulisan ini menunjukan konsep dominan di dalamnya,
tema dari tulisan yang diteliti dalam buku ini adalah tentang muamalah yaitu membahas dai komersial. di mana Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub,
MA., dalam 8 judul yang diteliti menjelaskan tiga pesan inti di dalamnya. Pertama
menjelaskan keharusan para dai dan para imam masjid untuk menyesuaikan diri mereka antara ucapan dan perilaku mereka di depan dan
di belakang masyarakat. Kedua mengkritik dan memperingati mayoritas dai
sekarang ini yang berdakwah dan berpakaian hanya untuk mendapatkan kepopuleran dalam hidupnya, sehingga dakwah yang mereka lakukan bukan
ikhlas karena Allah swt tetapi mengikuti kehendak setan. Ketiga yaitu
menjelaskan keharaman bagi para dai untuk memasang tarif pada setiap aktivitas dakwahnya. Kemudian menjelaskan tentang himbauan kepada
pemerintah untuk memberikan perhatian khusus bagi para imam masjid dalam hal ekonomi, agar mereka dapat menjalankan perannya sebagai imam
dan dai di masyarakat sekitar mereka, dengan tenang dan fokus tanpa harus memikirkan asap dapur di rumahnya, juga demi meminimalisir fenomena
dai bertarif, karena imam masjid memiliki kedudukan strategis untuk mentransformasikan ajaran islam kepada masyarakat.
106 2.
Secara superstruktur Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA mengarang buku ini dengan alur yang sangat singkat dan padat untuk disampaikan,
dalam satu judul hanya terdiri dari 3-5 halaman saja, di mana sudah mencakup pendahuluan, inti, penutup dan kesimpulan.
3. Secara struktur mikro Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA menggunakan
detail yang sangat baik dari masing-masing judul tersebut. Beliau juga menyampaikan maksud dan praanggapannya dengan jelas dalam setiap
judul. Bahasa yang digunakan sederhana dan tidak terlalu berat, beliau tidak banyak menampilkan ragam gaya bahasa yang sulit, dan terkesan akrab
dengan pembacanya. Bentuk kalimat yang digunakan merupakan bentuk kalimat aktif dan pasif. Beliau lebih sering menggunakan kata ganti orang
ketiga, dan koherensi sebab akibat. Leksikal yang ditampilkan merupakan ragam bentuk bahasa tulisan yang populer. Retoris yang digunakan dalam
buku ini berupa penggunaan grafis, metafora, dan ekspresi. Buku ini kaya akan unsur retoris di dalamnya, inilah yang membuat buku ini terkesan
akrab dengan pembacanya. 4.
Jika dilihat dari kognisi sosial dari 8 judul yang diteliti, Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA membentuk makna setiap teks dalam tulisannya
berdasarkan penggabungan nilai-nilai Islam yang mendalam dan disiplin ilmu lainnya terhadap fenomena dai komersial yang berkembang di tengah
masyarakat yang dituangkan dengan singkat dan padat. Sehingga cara beliau mengisahkan dan menyelipkan pesan moral dan sosial dalam tulisannya
yang diperkuat dengan dalil-dalil dari ayat Al- Qur‟an dan Hadis, merupakan
representasi dari pemikirannya. Sedangkan pendahuluan berupa kisah nyata,
107 juga gaya bahasa beliau yang mudah dipahami dan akrab dengan
pembacanya merupakan strategi beliau dalam menulis buku ini. Dalam konteks sosial
dapat diketahui bahwa alasan beliau dalam menulis buku ini adalah untuk mengkritik perilaku dai komersial Indonesia yang sedang
aktual, juga memberi solusi dari perilaku dai komersial itu dengan cara masyarakat agar tidak mengundang mereka lagi dan pemberdayaan peran
imam masjid di Indonesia oleh pemerintah terutama juga memberikan bantuan ekonomi kepada imam masjid, karena mereka memiliki posisi yang
strategis sebagai dai dan pencerah bagi umat Islam Indonesia. Setiap pesan dalam tulisan di buku ini disampaikan berlandaskan Al-
Qur‟an dan Hadis, sehingga dapat dikatakan bahwa tulisan dalam buku ini merupakan
manifestasi dari pemikiran Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA.
B. Saran-saran
Mengingat bahwa tidak ada yang sempurna dari setiap karya manusia, maka buku Setan Berkalung Surban ini pun tidak luput dari kekurangan dan
kekhilafan. Maka dalam bagian ini, penulis mencoba memberikan pandangan mengenai beberapa hal berkenaan dengan saran untuk buku ini dan untuk
pihak lainnya. Saran-sarannya ialah sebagai berikut: 1.
Kepada Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA terus semangat dalam menyampaikan dakwah Islam di Indonesia dan di seluruh dunia. Jangan
pernah berhenti berdakwah. Tetap konsisten untuk selalu menuliskan buku bertema Islam, karena buku memiliki ketahanan yang panjang untuk
menyimpan ajaran-ajaran Islam yang sesuai dengan kehendak Allah swt. dan Rasul-Nya. Seyogianya tulisan dalam buku ini direvisi kembali, untuk
108 memperbaiki beberapa kesalahan dalam hal pengetikan, adapun tentang isi
sudah sangat baik. 2.
Kepada masyarkat secara umum, jangan menjauhi bacaan bertema Islam dan lebih menyukai bacaan yang bersifat menghibur apalagi gosip, karena kita tak
selamanya hidup di dunia, dan kita sudah harus mempersiapkan bekal untuk diri kita kelak di akhirat. Salah satu caranya adalah dengan kita rajin
membaca buku bertema Islam dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Dan agar tidak mengundang para dai komersial lagi untuk
berdakwah, agar fenomena dai seperti itu berkurang jumlahnya, untuk kemudian menghilang selamanya. Semoga tulisan dalam buku ini dapat
menjadi bahan pelajaran dan renungan untuk memperbaiki diri menuju jalan yang dikehendaki Allah swt. dan Rasul-Nya, karena dengan dengan begitu,
kita akan selamat di dunia dan akhirat. Aamiin. 3.
Kepada para dai di Indonesia, mengingat para dai memiliki peran dan tugas yang sangat mulia bagi agama Islam, sudah selayaknya bagi para dai untuk
menyempurnakan dakwahnya dan sudah seharusnya para dai membuang jauh-jauh budaya meminta imbalan pada masyarakat yang mengundang untuk
berdakwah, karena dakwah sendiri berarti menolong agama Allah, dan barang siapa yang menolong agama Allah, maka Allah pun akan menolongnya. Juga
agar para dai di Indonesia dapat menyampaikan dakwahnya lewat tulisan dengan kreatifitas yang tinggi, agar masyarakat Indonesia mulai tertarik
kembali untuk membaca buku-buku bertema Islam. Semoga para dai di Indonesia semakin bersemangat dan semakin ikhlas dalam menjalankan
dakwahnya. Aamiin.