Level Teks Judul: Dai Berbulu Musang

65 jauh lebih parah, karena berkembangnya dai-dai yang memasang tarif dalam berdakwah. ” 36 Maksud dalam tulisan ini ialah menjelaskan hukum dai bertarif, yang disampaikan dengan jelas dalam kalimat berikut: “Masyarakat juga banyak yang bertanya kepada kami, apa hukumnya memasang tarif dalam berdakwah dan memberikan uang sebesar itu kepada dari bertarif. Dalam kajian fikih memang ada tiga pendapat yang berkembang: pertama, pendapat yang mengharamkannya secara mutlak, baik ada perjanjian sebelumnya maupun tidak. Pendapat ini memiliki dalil-dalil yang kuat, baik dari Al- Qur‟an maupun Hadis. Pendapat kedua, yang membolehkan berdakwah dengan memungut imbalan. ” “Sementara pendapat ketiga, dan inilah yang diambil oleh Munas ke-4 Ittihadul Muballigin tahun 1996 adalah pendapat yang mengatakan bahwa apabila ada perjanjian sebelumnya, bahwa seorang dai akan menerima upah dalam dakwahnya, maka hal itu tidak dibolehkan. Sedangkan apabila tidak ada perjanjian apa-apa kemudian dai diberi uang saku maka hal itu dibolehkan.” 37 Praanggapan dalam tulisan ini ialah menyamakan kewajiban dakwah dengan salat dan puasa, yang disampaikan dengan jelas dalam kalimat berikut: “Dakwah adalah sebuah kewajiban agama, seperti halnya salat dan puasa, kendati ia tidak menjadi rukun Islam.” 38 b Sintaksis Bentuk kalimat dalam tulisan ini menggunakan kalimat aktif dengan awalan me-, dapat dilihat dalam kutipan berikut: “Prof. Dr. H. Ayyub Sani Ibrahim menulis sebuah artikel di sebuah koran nasional berujudul Dai Berbulu Musang. ” 39 “Banyak masyarakat yang gagal untuk mendatangkan seorang dai. ” 40 36 Ali Mustafa Yaqub, Setan Berkalung Surban, h. 98-99. 37 Ali Mustafa Yaqub, Setan Berkalung Surban, h. 99. 38 Ali Mustafa Yaqub, Setan Berkalung Surban, h. 100. 39 Ali Mustafa Yaqub, Setan Berkalung Surban, h. 98. 40 Ali Mustafa Yaqub, Setan Berkalung Surban, h. 99. 66 Koherensi dalam tulisan ini ditandai dengan kata hubung „karena‟ yang bermakna kausal atau sebab akibat, yang dapat dilihat dalam kutipan berikut: “Sepanjang pengamatan kami, tarif termahal dalam berdakwah adalah seratus juta rupiah satu kali ceramah satu titik dan yang paling murah adalah sepuluh juta rupiah. Maka wajar saja apabila masyarakat mengeluh dan protes terhadap fenomena pasang tarif ini, karena uang yang mereka kumpulkan adalah uang sumbangan dari orang-orang miskin yang mengumpulkan dengan memeras keringat tapi kemudian dirampok begitu saja oleh oknum dai berbulu musang itu. ” 41 Kata „karena‟ dalam paragraf ini digunakan untuk menjelaskan hubungan sebab akibat, yaitu menjelaskan karena dai memasang tarif, wargapun menjadi mengeluh dan resah. Kata ganti dalam tulisan ini dapat dilihat dalam kutipan berikut: “Bersyukurlah dai yang dibuka aibnya oleh Allah swt. di dunia karena dia masih punya kesempatan untuk bertaubat. Dan celakalah dai ketika aibnya dibuka oleh Allah swt. di akhirat karena dia tidak punya kesempatan lagi untuk bertaubat. ” 42 Kata „ia‟ dalam kalimat ini menjelaskan tentang dai yang dibuka aibnya oleh Allah swt. di dunia. Kemudian kata „dia‟ menunjukkan jarak antara beliau dengan dai yang tidak dibuka aibnya oleh Allah swt. Hal ini menunjukkan beliau tidaklah memiliki hubungan apapun terhadap dai tersebut. c Segi Stilistik Stilistik terdapat dalam kutipan berikut: “Namun fenomena dai berbulu musang pada masa berikutnya justru kian bermunculan, bahkan lebih parah dari pada sekedar dai berbulu musang, karena muncul oknum dai yang berani memungut 41 Ali Mustafa Yaqub, Setan Berkalung Surban, h. 100. 42 Ali Mustafa Yaqub, Setan Berkalung Surban, h. 101. 67 imbalan bahkan pasang tariff dalam berdakwah. Dai seperti ini disebut dai walakedu jual ayat kejar duit. ” 43 Dari kutipan kalimat di atas, beliau menggunakan kata „dai berbulu musang‟ dan „walakedu‟ jual ayat kejar duit untuk menjelaskan dai yang bertarif. d Segi Retoris Retoris dalam tulisan ini menggunakan grafis terutama pada arti dari ayat Al- Qur‟an dan hadis seperti dalam kutipan berikut: “Namun fenomena dai berbulu musang pada masa berikutnya justru kian bermunculan, bahkan lebih parah dari pada sekedar dai berbulu musang, karena muncul oknum dai yang berani memungut imbalan bahkan pasang tarif dalam berdakwah. Dai seperti ini disebut dai walakedu jual ayat kejar duit. ” 44 “Sesungguhnya yang paling berhak diambil upahnya adalah Al- Qur‟an. HR. Al-Bukhari” 45 “Sesungguhnya orang-orang yang Menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan yang jelas dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dilanati Allah dan dilanati pula oleh semua mahluk yang dapat melanati.QS. Al-Baqarah: 129 ” 46 Kemudian menggunakan bentuk ekspresi berupa nasihat kepada para dai, yang terdapat dalam kutipan berikut: “Dai seyogianya adalah orang yang memecahkan masalah umat bukan orang yang membuat masalah umat. Dai adalah orang yang meringankan masalah umat bukan orang yang membuat masalah umat. Dai adalah orang yang meringankan beban umat bukan orang yang membebani umat.” 47

4. Judul: Dai-dai Sesat

a. Level Teks

1 Struktur Makro 43 Ali Mustafa Yaqub, Setan Berkalung Surban, h. 98. 44 Ali Mustafa Yaqub, Setan Berkalung Surban, h. 98. 45 Ali Mustafa Yaqub, Setan Berkalung Surban, h. 99. 46 Ali Mustafa Yaqub, Setan Berkalung Surban, h. 100. 47 Ali Mustafa Yaqub, Setan Berkalung Surban, h. 100-101. 68 a Segi Tematik Topik dalam tulisan ini adalah muamalah. Gagasan intinya adalah menjelaskan haramnya dai memasang bertarif dan mengikuti dai bertarif. 48 2 Superstruktur a Segi Skematik Tulisan ini berjudul “Dai-dai Sesat.” Pendahuluan tulisan ini diawali dengan kalimat berikut: “Dalam Surat Yasin, ada kisah menarik yang berkaitan dengan masalah dakwah. Dalam ayat 13 dan seterusnya, Allah swt. memerintahkan Nabi Muhammad saw. untuk menceritakan sebuah kisah kepada kaum musyrikin Makkah yang mendustakan Nabi saw. Kisah itu adalah perilaku orang-orang dalam menyikapi para dai utusan Allah.” 49 Pendahuluan dalam tulisan ini menceritakan sebuah kisah kepada kaum musyrikin Makkah tentang perilaku orang-orang dalam menyikapi para dai. Inti dari tulisan ini berada dalam kutipan berikut: “Melihat perilaku warga Anthakiyah yang tidak mau menerima ajakan dakwah para dai itu, datanglah kemudian seseorang dari tempat yang jauh yang bernama Habib al-Najjar. Ia berusaha untuk menolong para dai itu dari ancaman penyiksaan dan pembunuhan warga Anthakiyah. Habib al-Najjar menasehati kaumnya agar mengikuti ajakan dakwah para dai itu. Kemudian Habib mengatakan : :سي َنْوُدَخُّْ ْىَُِو اًرْج َ أ ْىُكُوَئ ْسَي ل ا ٌَْي اُْعِتلحا 12 “Ikutilah orang-orang yang dalam berdakwah tidak meminta imbalan karena mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk dari Allah ” QS. Yasin: 21.” 50 48 Wawancara Pribadi dengan Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA di kediaman beliau, Jakarta, 18 Mei 2015. 49 Ali Mustafa Yaqub, Setan Berkalung Surban, h. 102. 50 Ali Mustafa Yaqub, Setan Berkalung Surban, h. 103. 69 Tulisan ini ditutup dengan penegasan dalam pelarangan mengikuti dai yang bertarif berdasarkan kaidah hukum Islam “apa yang haram diambil haram juga diberikan .” Kesimpulan dari tulisan ini adalah menjelaskan bahwa ayat 21 surat Yasin ini sangat tepat untuk dijadikan petunjuk bagi kita dalam menyikapi perilaku sejumlah dai yang dalam dakwahnya menyimpang dari tuntunan Islam, dalam hal ini para dai yang memasang tarif. Story tulisan ini memberikan pandangan kepada orang-orang bagaimana cara berperilaku terhadap para dai. Jika seorang dai tidak meminta imbalan dalam dakwahnya, maka kita harus mengikutinya. Tapi sebaliknya, jika seorang dai meminta imbalan dalam dakwahnya maka kita tidak boleh mengikutinya kalau tidak disebut haram. Karena para dai yang bertarif tidak melandaskan dakwahnya karena Allah swt. melainkan karena hawa nafsu dan godaan setan. 3 Struktur Mikro a Segi Semantik Elemennya adalah latar, detail, maksud, dan praanggapan. Latar tulisan ini perintah Allah swt. kepada Nabi saw. untuk menceritakan sebuah kisan kepada kaum musyrikin. Detail tulisan ini sangat bagus, karena menceritakan secara naratif kisah yang dimaksud dalam perintah Allah swt. itu, dapat dilihat dalam kutipan berikut: “Disebutkan bahwa sebuah negeri yang menurut beberapa sumber disebut Negeri Anthakiyah didatangi oleh tiga orang utusan Allah yang masing-masing bernama Shadiq, Shaduq, dan Syallom. Dalam riwayat lain disebutkan para utusan itu bernama Sam‟un, Yohana, dan Bolus Paulus. Mereka memperkenalkan kepada warga negeri Anthakiyah bahwa mereka para dai yang diutus oleh Nabi Isa 70 al-Masih as. untuk berdakwah kepada warga Anthakiyah agar mereka hanya menyembah Allah swt. dan tidak menyekutukan-Nya. Warga Anthakiyah saat itu dipimpin oleh raja yang bernama Antikhos yang menyembah patung. Warga Anthakiyah ternyata tidak merespon dakwah para dai itu. Mereka menolak para dai itu bahkan mengatakan bahwa kamu semua adalah orang-orang seperti kami, mana mungkin kamu mendapat wahyu dari Allah? Sekiranya kamu adalah utusan-utusan Allah, niscaya kamu bukan manusia tapi malaikat. Mereka bahkan mengatakan bahwa keberadaan para dai itu telah mencelakakan kehidupan mereka. Mereka mengancam apabila para dai itu tidak menghentikan dakwahnya, maka mereka akan melempari batu dan menyiksanya. Melihat perilaku warga Anthakiyah yang tidak mau menerima ajakan dakwah para dai itu, datanglah kemudian seseorang dari tempat yang jauh yang bernama Habib al-Najjar. Ia berusaha untuk menolong para dai itu dari ancaman penyiksaan dan pembunuhan warga Anthakiyah. Habib al-Najjar menasehati kaumnya agar mengikuti ajakan dakwah para dai itu. ” 51 Maksud dalam tulisan ini ialah menentukan hukum dai bertarif berdasarkan penafsiran beliau terhadap surat Yasin ayat 21, yang disampaikan dengan jelas dalam kalimat berikut: “Menurut kajian ilmu Ushul Fiqh, teks Al-Qur‟an seperti ini memiliki dua pengertian dalalah, yaitu dalalah manthuq pengertian tekstual atau tersurat dan dalalah mafhum pengertian kontekstual atau tersirat. Dalalah mafhum tersirat ada dua macam, mafhum muwafaqah dan mafhum mukhalafah. Mafhum muwafaqah adalah pengertian tersirat yang sesuai dengan pengertian tersurat. Sedangkan mafhum mukhalafah adalah pengertian tersirat yang berlawanan dengan pengertian tersurat. Menurut para ahli Ushul Fiqh, baik manthuq tersurat maupun mafhum tersirat adalah hujjah dalil dalam syari‟at Islam. Mafhum mukhalafah dari ayat di atas adalah Allah memerintahkan kita agar tidak mengikuti para dai yang dalam berdakwah meminta imbalan karena mereka adalah orang-orang sesat.” 52 Praanggapan dalam tulisan ini ialah menjelaskan keadaan kebolehan memberi imbalan kepada dai, dapat dilihat dalam kutipan berikut: 51 Ali Mustafa Yaqub, Setan Berkalung Surban, h. 102-103. 52 Ali Mustafa Yaqub, Setan Berkalung Surban, h. 103.