16
variabel penelitian yang sama, hal ini mendorong peneliti untuk melakukan penelitian ulang terhadap faktor yang sama. Adapun faktor
– faktor yang akan diuji kembali dalam penelitian ini adalah audit tenure, audit capacity stress, dan
komite audit.
Penelitian ini mengacu pada penelitian Febrianti 2012 dan Ardianingsih 2013, perbedaaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah periode
waktu penelitian yaitu periode 2009 – 2013. Pada Penelitian Febrianti 2012 yang
menjadi objek penelitian adalah perusahaan manufaktur yang listing di BEI tahun 2009
– 2012 dan penelitian Ardianingsih 2013 menggunakan perusahaan perbankan yang listing di BEI tahun 2008
– 2012. Penelitian ini menggunakan objek penelitian perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2009
– 2013. Penelitian Febrianti 2012 menggunakan proksi opini going concern pada
kualitas audit, Ardianingsih 2013 menggunakan proksi ukuran KAP pada kualitas audit. Sehingga penelitian ini menggunakan proksi ukuran KAP pada
kualitas audit. Oleh karena itu, penelitian ini berusaha untuk meneliti dan menganalisis lebih dalam mengenai faktor
– faktor yang mempengaruhi kualitas audit
dengan judul “Pengaruh Audit Tenure, Audit Switching, Audit Capacity Stress, Ukuran Perusahaan, dan Independensi Komite Audit terhadap
Kualitas Audit
Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di BEI Tahun 2009
– 2013”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Apakah audit tenure pada perusahaan perbankan berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit?
2. Apakah audit switching pada perusahaan perbankan berpengaruh
signifikan terhadap kualitas audit ? 3.
Apakah audit capacity stress pada perusahaan perbankan berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit?
4. Apakah ukuran perusahaan pada perusahaan perbankan berpengaruh
signifikan terhadap kualitas audit? 5.
Apakah independensi komite audit pada perusahaan perbankan berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit?
Universitas Sumatera Utara
17
1.3 Batasan Penelitian
Agar tujuan penelitian dapat tercapai, maka penulis membuat batasan dalam penelitian ini, batasan penelitiannya antara lain adalah :
1. Objek penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dan data yang diteliti adalah pada
tahun 2009 sampai dengan 2013. 2. Faktor
– faktor yang diteliti diperkirakan dapat mempengaruhi Kualitas Audit yaitu audit tenure, audit switching, audit capacity stress, ukuran
perusahaan dan independensi komite audit.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian merupakan hasil yang ingin dicapai dalam melakukan penelitian serta memiliki konsistensi dengan permasalahan
dan pertanyaan yang terdapat di dalam rumusan permasalahan. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk memperoleh bukti empiris bahwa audit tenure
berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. 2.
Untuk memperoleh bukti empiris bahwa audit switching berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit.
3. Untuk memperoleh bukti empiris bahwa audit capacity stress
berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. 4.
Untuk memperoleh bukti empiris bahwa ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit.
5. Untuk memperoleh bukti empiris bahwa independensi komite
audit berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit.
Universitas Sumatera Utara
18
1.4.2. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberi manfaat kepada beberapa pihak yaitu :
a. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan peneliti dalam mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
kualitas audit pada perusahaan perbankan.
b. Bagi Peneliti selanjutnya
Bagi peneliti lain, penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan referensi yang bermanfaat untuk melakukan penelitian
selanjutnya yang berkaitan dengan pengaruh audit tenure, audit switching, audit capacity stress, ukuran perusahaan dan
independensi komite audit pada perusahaan perbankan.
c. Bagi Investor
Memberikan informasi agar mengetahui faktor – faktor yang
mempengaruhi kualitas audit pada perusahaan perbankan sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan tersendiri
dalam berinvestasi.
d. Bagi Ilmu Pengetahuan
Bagi ilmu pengetahuan khususnya dibidang auditing, hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah referensi mengenai
faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas
audit pada
perusahaan perbankan.
Universitas Sumatera Utara
19
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teoritis
2.1.1. Teori Kepatuhan Compliance Theory
Kepatuhan berasal dari kata patuh yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, patuh berarti suka menurut perintah, taat kepada
perintah atau aturan dan berdisiplin. Kepatuhan berarti bersifat patuh, ketaatan, tunduk, patuh pada peraturan.
Tuntutan akan kepatuhan dalam mematuhi peraturan dalam rangka peningkatan kualitas audit sesuai dengan yang tercantum dalam
Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 17PMK.012008 tentan g “Jasa
Akuntan Publik” pasal 3 yang merupakan penyempurnaan atas Keputusan Menteri Keuangan No. 423KMK.062002 dan No.
359KMK.062003. Peraturan ini mewajibkan rotasi auditor partner setiap 3 tiga tahun dan rotasi KAP setiap 6 enam tahun. Peraturan ini
dimaksudkan untuk meminimalkan terjadinya skandal keuangan yang melibatkan auditor.
Regulasi tersebut secara hukum mengisyaratkan adanya kepatuhan setiap auditor maupun klien untuk mematuhi peraturan
tersebut. Hal tersebut sesuai dengan teori kepatuhan compliance theory. Teori kepatuhan telah diteliti dalam ilmu
– ilmu sosial khususnya di bidang psikologi dan sosiologi yang lebih menekankan pada pentingnya
proses sosialisasi dalam mempengaruhi perilaku kepatuhan seorang individu.
Menurut Tyler 1990 terdapat dua perspektif dasar dalam literatur sosiologi mengenai kepatuhan pada hukum yang disebut
instrumental dan normatif. Perspektif instrumental mengasumsikan individu secara utuh didorong oleh kepentingan pribadi dan tanggapan
terhadap perubahan
– perubahan dalam tangibel, insentif, dan penalti yang berhubungan dengan perilaku. Perspektif normatif berhubungan
dengan apa yang orang anggap sebagai moral dan dan berlawan dengan kepentingan pribadi mereka.
Seorang individu cenderung mematuhi hukum yang mereka anggap sesuai dan konsisten dengan norma
– norma internal mereka. Komitmen normatif melalui moralitas personal normative commitment
through morality berarti mematuhi hukum karena hukum tersebut dianggap sebagai keharusan, sedangkan normatif melalui legitimasi
Universitas Sumatera Utara
20
normative commitment through legitimacy berarti mematuhi peraturan karena karena otoritas penyusun hukum tersebut memiliki hak untuk
menjelaskan perilaku.
Universitas Sumatera Utara
i
2.1.2. Teori Sinyal Signalling Theory
Teori signalling menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas baik dengan sengaja akan memberikan sinyal pada pasar, dengan
demikian pasar diharapkan dapat membedakan perusahaan yang berkualitas baik dan buruk Hartono, 2005.
Signalling Theory menjelaskan bahwa laporan keuangan pada dasarnya dimanfaatkan oleh perusahaan untuk memberi sinyal baik
positif maupun negatif kepada para penggunanya. Signalling Theory juga dapat membantu mengurangi asimetri informasi antara perusahaan
agent, pemilik principal, dan pihak luar perusahaan melalui laporan keuangan yang berkualitas. Laporan keuangan yang telah diperiksa oleh
pihak auditor independen dapat digunakan sebagai dasar informasi yang independen dalam menggambarkan kondisi keuangan perusahaan
yang sebenarnya. Menurut Scott 2001, manajer yang rasional tidak akan memilih auditor berkualitas tinggi dan membayar fee yang tinggi
apabila karakteristik perusahaan tidak bagus. Argumen ini didasarkan dengan anggapan bahwa auditor berkualitas tinggi akan mampu
mendeteksi
karakteristik perusahaan
yang tidak
bagus dan
menyampaikannya kepada publik.
2.1.3. Audit
Auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataaan
tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan dengan kriteria yang
ditetapkan serta penyampaian hasil kepada pemakai yang berkepentingan Mulyadi, 2010. Pengertian auditing menurut Arens dan Loebbecke
2009 adalah: suatu proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang
informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten dan independen untuk dapat
menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dengan kriteria- kriteria yang telah ditetapkan. Auditing seharusnya dilakukan oleh
seorang yang independen dan kompeten.
Standar auditing merupakan pedoman bagi auditor dalam menjalankan tanggung jawab profesionalnya. Standar auditing yang telah
ditetapkan dan disajikan oleh Ikatan Akuntan Indonesia adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
a. Standar umum
Audit dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis sebagai auditor. Dalam semua hal
yang berhubungan dengan independensi dan perikatan dalam sikap mental harus dipertahankan. Dalam penyusunan laporan
dan pelaksanaan audit, auditor wajib menggunakan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama.
b. Standar pekerjaan lapangan
Pekerjaan direncanakan sebaik – baiknya dan jika
digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh
untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan. Bukti audit kompeten
yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai
untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
c. Standar pelaporan
Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum
di Indonesia.
Laporan auditor
harus menunjukkan atau menyatakan jika ada ketidakkonsistenan
penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan
prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus
memadai kecuali dinyatakan dalam laporan auditor. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai
laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan.
Jenis – jenis audit umumnya digolongkan menjadi tiga
Mulyadi, 2002:30 yaitu: a. Audit laporan keuangan
Audit yang dilakukan oleh auditor independen terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya untuk menyatakan
pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Dalam audit laporan keuangan, auditor independen menilai kewajaran laporan keuangan atas dasar kesesuainnya dengan
prinsip akuntansi berterima umum.
b. Audit kepatuhan Audit yang bertujuan untuk menentukan apakah yang diaudit
sesuai dengan kondisi atau peraturan. Hasil audit kepatuhan umumnya dilaporkan kepada pihak yang berwenang dengan
membuat kriteria dan dijumpai dalam pemerintahan.
c. Audit operasional Audit operasional merupakan review secara sistematik kegiatan
perusahaan dan bagian dari perusahaan atau organisasi dalam hubungannya dengan tujuan tertentu. Tujuan audit operasional
adalah untuk
mengevaluasi kinerja,
mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan, dan membuat rekomendasi
untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut. Pihak yang memerlukan audit operasional adalah manajemen atau pihak
ketiga. Hasil audit diserahkan kepada pihak yang meminta dilaksanakannya audit tersebut.
2.1.4. Kualitas Audit
Kualitas merupakan komponen profesionalisme yang benar –
benar harus dipertahankan oleh Akuntan Publik profesional. Independen disini berarti akuntan publik lebih mengutamakan kepentingan publik di
atas kepentingan manajemen atau kepentingan auditor itu sendiri dalam membuat laporan auditan. Oleh sebab itu, keberpihakan auditor dalam
hal ini seharusnya lebih diutamakan pada kepentingan publik IAI, 2001.
De Angelo 1981 mendefinisikan kualitas audit sebagai sebuah kemungkinan bahwa auditor akan mendeteksi dan melaporkan
salah saji material. Proses pelaporan yang dilakukan oleh auditor tergantung kepada independensi auditor untuk mengungkapkan
pelanggaran tersebut.
Kualitas audit memiliki arti yang berbeda – beda. Dari sisi
auditor, kualitas audit merupakan hasil kerja para auditor yang telah sesuai dengan standar
– standar serta kode etik profesi yang telah ditetapkan. Kualitas audit diharapkan dapat mengurangi ketidakpuasan
para pemakai informasi dan menjaga reputasi auditor. Sedangkan kualitas audit menurut para pengguna laporan keuangan adalah jika auditor dapat
Universitas Sumatera Utara
memberikan opini yang sesuai dan bertanggung jawab serta memberikan jaminan bahwa tidak terdapat kecurangan atau salah saji material. Baik
tidaknya kualitas suatu hasil audit bergantung kepada kemampuan penyedia jasa audit dalam memenuhi harapan klien secara konsisten.
Menurut Jackson et.al., 2008, kualitas audit terdiri atas Actual Quality kualitas sebenarnya dan Perceived Quality kualitas yang
dirasakan. Actual Quality merupakan tingkat dimana risiko dari pelaporan salah saji material dalam rekening keuangan berkurang.
Perceived Quality adalah seberapa efektif pengguna laporan keuangan percaya bahwa auditor telah mengurangi salah saji material.
Meningkatkan kualitas dari pelaporan keuangan menambah nilai bagi laporan - laporan yang dijadikan alat bagi investor untuk
memperkirakan nilai dari perdagangan saham. Peningkatan kualitas adalah sebuah fungsi tidak hanya deteksi auditor atas salah saji material,
tetapi juga perilaku auditor terhadap deteksi ini. Maka dari itu, jika auditor memperbaiki salah saji material yang ditemukan, kualitas audit
yang lebih tinggi dihasilkan, sementara itu kegagalan untuk memperbaiki salah saji material dan belum mampu mengeluarkan laporan audit yang
bersih, menghalangi peningkatan kualitas audit Al-Thuneibat et.al., 2011. Dalam penelitian ini, ukuran KAP digunakan sebagai proksi
kualitas audit.
2.1.5. Ukuran Kantor Akuntan Publik
Kantor Akuntan Publik adalah suatu bentuk organisasi akuntan publik yang memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang
– udangan yang berusaha di bidang pemberian jasa profesional dalam
praktek akuntan publik Rachmawati, 2008.
Suatu laporan keuangan atau informasi akan kinerja perusahaan harus dapat disajikan dengan akurat dan terpercaya yaitu perusahaan
menggunakan jasa kantor akuntan publik KAP untuk melaksanakan pekerjaan audit terhadap laporan keuangan perusahaan. Tidak jarang
banyak dari perusahaan untuk meningkatkan kredibilitas dari laporan keuangan yang nantinya akan berdampak terhadap penyampaian
pelaporan keuangan, perusahaan menggunakan jasa kantor akuntan publik yang mempunyai reputasi atau nama baik.
Universitas Sumatera Utara
DeAngelo 1981 mendefinisikan kualitas audit sebagai gabungan probabilitas pendeteksian dan pelaporan kesalahan laporan
keuangan yang material. Beliau menyimpulkan bahwa Kantor Akuntan Publik yang lebih besar, kualitas audit yang dihasilkan juga lebih baik.
Ukuran Kantor Akuntan Publik biasanya ditunjukkan dengan kantor akuntan publik yang berafiliasi dengan kantor akuntan publik
yang berlaku universal yang dikenal dengan Big Four Worldwide Accounting Firm Big 4. Kategori KAP the big four di Indonesia:
1. KAP Price Waterhouse Coopers, yang bekerjasama dengan KAP
Haryanto Sahari dan rekan. 2.
KAP KPMG Klynveld Peat Marwick Goerdeler, yang bekerjasama dengan KAP Siddharta-Siddharta dan Widjaja.
3. KAP Ernst and Young, yang bekerjasama dengan KAP
Purwantono, Sarwoko dan Sandjaja. 4.
KAP Deloitte Touche Thomatsu, yang bekerjasama dengan KAP Osman Bing Satrio dan rekan.
DeAngelo 1981 menyatakan bahwa variabel ukuran KAP dapat mengukur kualitas audit karena KAP yang mempunyai klien yang
lebih banyak akan berusaha menjaga nama baiknya dengan tetap mempertahankan kualitas audit yang dihasilkannya.
2.1.6. Audit tenure
Audit tenure adalah lamanya masa perikatan Kantor Akuntan Publik KAP dalam memberikan jasa audit terhadap kliennya. Di
Indonesia, ketentuan mengenai audit tenure telah diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 359KMK.062003 pasal
2 yaitu masa jabatan untuk KAP paling lama 5 tahun berturut
– turut. Keputusan Menteri tersebut juga membatasi masa kerja auditor paling
lama 3 tahun berturut – turut untuk klien yang sama. Pada tahun 2008,
dikeluarkan peraturan terbaru yaitu Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17PMK.012008 pasal 3 yaitu tentang
pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas yang dilakukan oleh KAP paling lama 6 tahun berturut
– turut dan untuk
Universitas Sumatera Utara
auditor paling lama 3 tahun berturut – turut. Keputusan ini dimaksudkan
untuk mencegah terjadinya kecurangan karena kedekatan antara auditor dengan klien. Hal ini juga memungkinkan auditor kehilangan
independensinya. Masa penugasantenur auditor didefiniskan sebagai jumlah tahun auditor dipertahankan oleh perusahaan Myers et.al., 2003.
Audit Tenure biasanya dikaitkan dengan pengaruhnya terhadap independensi auditor. Al-Thuneibat et.al. 2011 dalam
penelitiannya menyimpulkan bahwa hubungan yang lama antara auditor dan kliennya berpotensi untuk menciptakan kedekatan antara mereka,
cukup untuk menghalangi independensi auditor dan mengurangi kualitas audit. Namun, Jackson et.al. 2008 memiliki pandangan yang berbeda
dari hasil penelitian yang dilakukan Al- Thuneibat et.al. 2011. Mereka menyimpulkan bahwa kualitas audit akan meningkat dengan adanya
hubungan antara auditor dan klien.
Dalam investigasi yang dilakukan oleh American Institute of Certified Accountants AICPA dalam Al-Thuneibat et al., 2011,
ditemukan bahwa kegagalan audit tiga kali lebih mungkin pada dua tahun pertama dari ikatan yang dibuat dibandingkan dengan tahun-tahun
berikutnya. Penelitian tersebut melakukan survei terhadap 406 kasus kegagalan audit.
2.1.7. Audit Switching
Adanya regulasi yang mengatur mengenai auditor switching menyebabkan terdapat batasan lamanya masa perikatan audit sehingga akan
terjadi auditor switching secara mandatory. Pergantian auditor dapat dibagi menjadi 2 yaitu pergantian auditor yang terjadi karena regulasi pemerintah
yang mengikat mandatory dan pergantian auditor yang terjadi dikarenakan alasan lain diluar regulasi voluntary. Perusahaan melakukan audit
switching secara mandatory umumnya dikarenakan kewajiban ataupun peraturan yang membatasi masa jabatan auditor. Sedangkan Perusahaan
melakukan audit switching secara voluntary pada saat industri sedang berlomba
– lomba dalam mempekerjakan auditor yang mempunyai reputasi
Universitas Sumatera Utara
tinggi dengan tujuan untuk menaikkan nilai perusahaan di mata pengguna laporan keuangan.
Kebijakan rotasi Kantor Akuntan Publik dan rotasi Akuntan Publik Partner Auditor tercantum dalam KMK Nomor 423KMK.062002 tentang
Jasa Akuntan Publik tanggal 30 September 2002 yang mengatur bahwa rotasi Akuntan Publik harus dilakukan setiap 3 tahun dan rotasi Kantor
Akuntan Publik setiap 5 tahun. Peraturan ini kemudian direvisi dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17PMK.012008
tanggal 5 Februari 2008 dimana rotasi Akuntan Publik tetap 3 tahun dan rotasi Kantor Akuntan Publik menjadi setiap 6 tahun. Bapepam-LK melalui
peraturan VIII.A.2 tanggal 12 November 2002 juga mulai memberlakukan rotasi KAP dengan cooling-off 3 tahun. Siregar et.al 2011 menyatakan
bahwa peraturan rotasi auditor dibuat dengan tujuan meningkatkan kualitas audit. Hal tersebut didukung dengan asumsi bahwa semakin lama hubungan
antara auditor baik Akuntan Publik maupun Kantor Akuntan Publik dengan kliennya akan mengurangi independensi auditor. Namun demikian,
dari segi kompetensi adanya rotasi dapat menyebabkan penurunan kualitas audit. Ketika auditor harus menghadapi perusahaan baru sebagai kliennya
maka akan diperlukan lebih banyak waktu baginya untuk mempelajari klien barunya daripada Auditor melanjutkan penugasan dari klien terdahulu
Chen et.al, 2004. Penelitian ini fokus pada kajian tentang pergantian Kantor Akuntan Publik KAP.
Universitas Sumatera Utara
2.1.8. Audit Capacity Stress
Audit Capacity Stress adalah tekanan terhadap auditor AP sehubungan dengan banyaknya klien audit umum yang harus
ditanganinya. Awal tahun merupakan masa – masa sibuk auditor karena
banyaknya penugasan audit yang harus diselesaikan auditor. Pada beberapa penelitian, audit capacity stress juga diistilahkan sebagai beban
kerja workload.
Menurut Hansen et.al 2007, audit capacity stress yang tinggi pada suatu KAP dapat menurunkan kualitas audit. Bertambahnya klien
baru bagi suatu KAP dapat meningkatkan audit capacity stress bagi auditor seperti dalam kasus Andersen.
Menurut Fitriany 2011, KAP dengan audit capacity stress yang tinggi dapat menurunkan kualitas audit dan memperbesar
manajemen laba di perusahaan.
Menurut Setiawan 2011, beban kerja memiliki dampak negatif terhadap kualitas audit dan komite audit mengurangi dampak negatif dari
workload terhadap kualitas audit. Tingginya workload dapat menyebabkan kelelahan sehingga dapat menurunkan kemampuan auditor
untuk menemukan kesalahan dan melaporkan penyimpangan.
Pada penelitian ini peneliti mengikuti Hansen et.al 2007 untuk mengukur audit capacity stress.
Audit Capacity Stress = Jumlah klien KAP pada tahun tersebut Jumlah Akuntan Publik pada KAP
2.1.9. Ukuran Perusahaan
Salah satu indikator yang terkait dengan kualitas audit adalah ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan dapat dinilai dari beberapa segi
yaitu besar kecilnya perusahaan dapat dinilai dari total aset, total penjualan, kapitalisasi pasar, jumlah tenaga kerja, dan sebagainya.
Semakin besar nilainya maka mencerminkan semakin besar ukuran perusahaan.
Menurut Nasser et.al 2006, ukuran perusahaan terus mengalami peningkatan dan kemungkinan jumlah konflik agensi juga
meningkat sehingga dapat meningkatkan permintaan adanya perbedaan kualitas auditor.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Keputusan BAPEPAM No.9 Tahun 1995 menyatakan definisi perusahaan adalah:
perusahaan menengahkecil adalah badan hukum yang didirikan di Indonesia yang memiliki jumlah kekayaan tidak lebih dari 20 milyar,
bukan merupakan afiliasi oleh suatu perusahaan yang bukan perusahaan menengahkecil, dan bukan merupakan reksa dana. Perusahaan
menengahbesar adalah kegiatan ekonomi yang melampaui kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan bukan usaha kecil.
Perusahaan menengahbesar meliputi perusahaan nasional milik negara atau swasta dan perusahaan asing yang melakukan kegiatan di
Indonesia.
Fernando et.al 2010 menyatakan bahwa perusahaan besar memiliki sistem pengendalian internal yang lebih baik dibandingkan
dengan perusahaan kecil. Bagi perusahaan
kecil, jika
laporan keuangan tersebut bebas dari kesalahan saji material, maka dapat
memberikan kepercayaan pengguna laporan serta dapat meningkatkan investasi mereka dan menjadi lebih disorot publik.
Penelitian ini menggunkan ukuran perusahaan yang diukur berdasarkan pada total asset perusahaan dengan menggunakan
perhitungan logaritma natural Total Aset untuk menghindari tidak normalnya data karena angka yang terlalu besar. Pengukuran ukuran
perusahaan menggunakan total aset dikarenakan total aset tidak terpengaruh oleh pasar sehingga dapat menghasilkan data yang valid.
Selain itu, total aset relatif lebih stabil dibandingkan dengan nilai kapitalisasi pasar dan penjualan dalam mengukur ukuran perusahaan
Purwanto,2011.
2.1.10. Independensi Komite Audit
Menurut keputusan Bapepam-LK Nomor IX.1.5 No. Kep- 643BL2012 pengertian Komite Audit yaitu:
Komite Audit adalah komite yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris dalam membantu melaksanakan tugas dan
fungsi Dewan Komisaris. Komite audit bertindak secara independen dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Komite audit paling
kurang terdiri dari tiga orang anggota yang berasal dari Komisaris Independen dan Pihak dari luar Emiten atau Perusahaan Publik.
Komisaris Independen adalah anggota Dewan Komisaris yang berasal dari luar perusahaan yang memenuhi syarat yaitu bukan merupakan
Universitas Sumatera Utara
orang yang bekerja dan bertanggung jawab untuk memimpin dan mengawasi kegiatan perusahaan, tidak memiliki saham baik langsung
maupun tidak langsung pada perusahaan, tidak memiliki hubungan afiliasi dengan perusahaan anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi,
dan Pemegang Saham Utama Perusahaan, dan tidak memiliki hubungan usaha dengan perusahaan.
Komite audit merupakan salah satu komponen good corporate governance yang berperan penting dalam sistem pelaporan keuangan
yaitu dengan mengawasi manajemen perusahaan dan auditor independen dalam proses penyampaian laporan keuangan yaitu menjaga kualitas
audit dan kualitas pelaporan keuangan Pamudji dan Trihartati, 2010. Komite audit membutuhkan independensi dan efektivitasnya dalam
mengawasi pelaporan keuangan, maka kinerja komite audit menjadi efektif jika para anggotanya memiliki kemandirian yang tepat.
Menurut Mulyadi 2002 ada beberapa hal yang sering mengganggu sikap mental independen auditor yaitu auditor dibayar klien
atas jasa tersebut, auditor mempunyai kecenderungan untuk memuaskan klien, dan mempertahankan sikap mental independen seringkali
menyebabkan lepasnya klien. Oleh karena itu, untuk memastikan reliabilitas dan kualitas yang tinggi dari laporan keuangan suatu
perusahaan Bapepam-LK mengeluarkan aturan tentang pembentukan dan pelaksanaan kerja Komite Audit dalam Nomor
IX.1.5 No.
Kep.643BL2012. Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia dalam
Purwati, 2006 menyatakan bahwa independensi Dewan Komisaris di Indonesia sangat diragukan mengingat posisi anggota Dewan Komisaris
diberikan sebagai rasa penghargaan semata maupun berdasarkan hubungan keluarga atau kenalan dekat. Komite audit diukur dengan
proporsi jumlah anggota yang berasal dari luar Emiten yaitu Komisaris Independen dengan jumlah anggota Komite Audit.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian – penelitian terdahulu yang berkaitan dengan kualitas
audit, antara lain:
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul
Variabel Analisis
Hasil
Arum Ardianingsih
2013 Pengaruh
Komite Audit, Lama Perikatan
Audit, dan Audit Capacity Stress
terhadap Kualitas Audit
Independen: Komite Audit,
Lama Perikatan Audit, dan Audit
Capacity Stress Dependen:
Kualitas Audit Analisis
Regresi Logistik
Komite audit, lama perikatan
audit, dan audit capacity stress
tidak berpengaruh signifikan
terhadap kualitas audit.
Al -Thuneibat, Ibrahim Al Isa
dan Ata Baker 2011
Do Audit Tenure and Firm Size
Contribute to Audit Quality ?
Independen: Audit tenure dan
ukuran perusahaan audit
Dependen: Kualitas audit
Analisis Regresi
Linear Berganda
dan Regresi Logistik
Audit tenure mempengaruhi
kualitas audit secara negatif dan
ukuran perusahaan audit
tidak memiliki dampak yang
signifikan terhadap kualitas
audit.
Andrew B. Jackson,
Michael Moldrich, dan
Peter Roebuck 2008
Mandatory Audit Firm
Rotation and Audit Quality
Independen: Rotasi Kantor audit
Dependen: Kualitas audit
Analisis Regresi
Logistik Kualitas audit
akan meningkat seiring adanya
hubungan antar auditor
–klien jika menggunakan
proksi kemungkinan
penerbitan opini going concern,
namun tidak berdampak jika
menggunakan proksi tingkat
diskresioner
Universitas Sumatera Utara
akrual. Abu Thahir
Abdul Nasser, Emelin Abdul
Wahid, Sharifah
Nazatul F.S.M Nasri, dan
Mohammad Hudaib 2006
Auditor – Client
Relationship : The Case of
Audit Tenure and Audit
Switching in Malaysia
Independen:
Ukuran klien, jenis kantor auditor, dan
financial distress
Dependen :
Auditor Switching Analisis
Regresi Logistik
Kemungkinan untuk melakukan
praktek switching akan lebih besar
bagi perusahaan
– perusahaan besar
yang sedang mengalami
tekanan dan praktek switching
lebih dipengaruhi oleh jenis kantor
audit.
Knechel, W. Robert,
Vanstraelen, Ann
2007 The
Relationship between Auditor
Tenure and Audit Quality
Implied by Going Concern
Opinion Independen:
Audit tenure
Dependen: Audit Quality
Implied by Going Concern Opinion
Analisis Regresi
Logistik Tenure yang
panjang tidak mengurangi
independensi auditor dan tidak
mempengaruhi kualitas audit
yang menggunakan
indikator opini going concern
pada perusahaan yang mengalami
kebangkrutan dan perusahaan yang
tidak mengalami kebangkrutan.
Michael Dong Yu
2007 The effect of Big
Four office size on audit quality
Independen: Ukuran Kantor
Akuntan Publik KAP
Dependen: Kualitas Audit
Analisis Regresi
Logistik Ukuran Kantor
Audit yang berkualifikasi Big
Four memiliki pengaruh yang
signifikan dan positif terhadap
kualitas audit.
Universitas Sumatera Utara
Ni Made Dewi Febrianti, I
Made Mertha 2014
Pengaruh Masa Perikatan Audit,
Rotasi KAP, Ukuran
Perusahaan Klien, dan
Ukuran KAP pada Kualitas
Audit Independen:
Masa Perikatan Audit, Rotasi KAP,
Ukuran Perusahaan Klien, dan Ukuran
KAP Dependen:
Kualitas Audit Analisis
Regresi Logistik
Masa perikatan audit, rotasi KAP,
dan ukuran KAP tidak berpengaruh
signifikan pada kualitas audit,
sedangkan ukuran perusahaan klien
berpengaruh positif dan
signifikan pada kualitas audit.
Sumber : Data diolah Ardianingsih 2013 melakukan penelitian pengaruh komite audit, lama
perikatan audit, dan audit capacity stress terhadap kualitas audit. Objek penelitiannya adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode 2008
– 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komite audit, lama perikatan audit,
dan audit capacity stress tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Al - Thuneibat et.al 2011 melakukan penelitian tentang kualitas audit
dengan mengambil objek perusahaan – perusahaan yang listing di Amman Stock
Exchange pada periode 2002 - 2006. Audit tenure diukur dengan menghitung jumlah tahun sebuah KAP memberi jasa audit pada laporan keuangan perusahaan
tertentu. Kualitas audit diukur dengan menggunakan pendekatan kebijaksanaan akrual Discretionary Accrual. Ukuran perusahaan audit diukur dengan
menghitung nilai pasar saham. Hasil penelitian menunjukkan bahwa audit tenure berpengaruh secara negatif terhadap kualitas audit dan ukuran kantor audit tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit .
Jackson et.al 2008 melakukan penelitian tentang pengaruh dari kewajiban yang dibuat untuk melakukan rotasi KAP terhadap kualitas audit.
Variabel audit tenure ditambahkan karena kecenderungan bahwa rotasi KAP dilakukan untuk menghindari terciptanya hubungan yang dekat antara auditor dan
klien. Mereka mengukur kualitas audit dengan dua pendekatan, kecenderungan untuk menerbitkan opini going concern dan tingkat kebijaksanaan akrual. Objek
penelitian adalah praktek audit switching yang dilakukan perusahaan
– perusahaan di Australia pada periode 1995
– 2003. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas audit akan meningkat dengan adanya hubungan yang dekat antara
auditor – klien ketika diproksikan dengan kecenderungan menerbitkan opini going
concern dan tidak berpengaruh ketika diproksikan dengan tingkat kebijaksanaan akrual.
Universitas Sumatera Utara
Nasser et.al 2006 melakukan penelitian hubungan auditor – klien dan
kegiatan switching serta faktor – faktor yang mempengaruhinya. Dengan metode
kemungkinan maksimal maximum – likelihood method dan menggunakan
regresi logistik. Objek penelitian adalah perusahaan – perusahaan yang terdaftar di
Kuala Lumpur Stock Exchange KLSE pada periode 1990 – 2000. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kemungkinan untuk melakukan praktek switching akan lebih besar bagi perusahaan
– perusahaan besar yang sedang mengalami tekanan dan praktek switching lebih dipengaruhi oleh jenis kantor audit.
Knechel et.al 2007 melakukan penelitian hubungan antara audit tenure dan kualitas audit yang diimplikasikan dengan menggunakan opini going concern.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tenure yang panjang tidak mengurangi independensi auditor dan tidak mempengaruhi kualitas audit yang diproksikan
dengan opini going concern. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan yang mengalami kebangkrutan dan perusahaan yang tidak mengalami kebangkrutan.
Dong Yu 2007 melakukan penelitian pengaruh ukuran kantor audit Big Four terhadap kualitas audit. Objek penelitiannya adalah perusahaan
– perusahaan di Amerika yang diaudit oleh KAP Big Four periode 2003
– 2005. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan positif
antara ukuran perusahaan audit KAP dengan kualitas audit. Febrianti dkk 2014 melakukan penelitian pengaruh masa perikatan
audit, rotasi KAP, ukuran perusahaan klien, dan ukuran KAP pada kualitas audit. Objek penelitiannya adalah perusahaan manufaktur yang listing di BEI 2009
– 2012 dengan menggunakan analisis regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa masa perikatan audit, rotasi KAP, dan ukuran KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Sedangkan, ukuran perusahaan klien
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit.
2.3. Kerangka Konseptual