12
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Independensi adalah sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam pelaksanaaan tugasnya, yang
bertentangan dengan prinsip integritas dan objektivitas. Setiap akuntan harus memelihara integritas dan keobjektifan dalam tugas profesional dan setiap auditor
harus independen dari semua kepentingan yang bertentangan atau pengaruh yang tidak layak. Peran pihak ketiga yang kompeten dan independen dibutuhkan untuk
melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangan Al
– Thuneibat, Ibrahim Isa, dan Ata Baker, 2011.
Independensi auditor merupakan landasan dalam profesi auditor. Secara umum, ada dua bentuk independensi auditor : independence in fact dan
independence in appearance. Independence in fact menuntut auditor agar membentuk opini dalam laporan audit seolah
– olah auditor itu pengamat profesional, tidak berat sebelah. Independence in appearance menuntut auditor
untuk menghindari situasi yang dapat membuat orang lain mengira bahwa dia tidak mempertahankan pola pikiran yang adil Porter et.al., 2003.
Audit laporan keuangan diharapkan dapat mengurangi risiko informasi dan memperbaiki pengambilan keputusan Al
– Thuneibat et.al., 2011. Proses audit didesain untuk menentukan apakah gambaran yang dilaporkan dalam
laporan keuangan menunjukkan hasil operasional perusahaan dan posisi keuangan yang sebenarnya dalam cara yang jujur Al
– Thuneibat et.al., 2011. Peningkatan kualitas adalah fungsi tidak hanya deteksi auditor dalam hal salah
saji material, tetapi juga deteksi terhadap perilaku auditor. Oleh karena itu, jika auditor menemukan salah saji material, menghasilkan kualitas audit yang lebih
tinggi, sedangkan kegagalan untuk memperbaiki salah saji material melalui deteksi dan sebelum mengeluarkan laporan audit atau terlebih kegagalan yang
tidak mengungkap salah saji material menghalangi peningkatan kualitas audit Al
– Thuneibat et.al., 2011.
Kualitas audit tidak dapat terlepas dari standar umum audit yang tercantum dalam Pernyataan Standar Auditing Mulyadi, 2002, 39, yaitu keahlian
dan pelatihan teknis yang memadai, independensi dalam sikap mental, dan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama.
Universitas Sumatera Utara
13
Kualitas audit akan berpengaruh pada laporan audit yang dikeluarkan oleh auditor. Terdapat lima kategori laporan audit menurut Mulyadi 2002 yaitu
wajar tanpa pengecualian, wajar tanpa pengecualian dengan kalimat penjelasan atau modifikasi kalimat, wajar dengan pengecualian, tidak wajar, dan menolak
memberikan pendapat. Masing-masing dari laporan audit tersebut dikeluarkan dengan kondisi yang berbeda-beda. Auditor dituntut untuk menggunakan
kompetensi dan independensinya semaksimal mungkin dalam melakukan proses audit agar menghasilkan laporan audit yang sesuai karena reputasi auditor juga
ikut dipertaruhkan ketika opini ternyata tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sesungguhnya.
Skandal keuangan terjadi tidak hanya di Amerika, tetapi juga terjadi di Indonesia. Dampak skandal tersebut adalah adanya pembaharuan tatanan kondisi
maupun regulasi praktik bisnis di Amerika Serikat seperti diterbitkannya Sarbanes Oxley Act SOX pada bulan Juli 2002. Sarbanes Oxley Act SOX
melakukan perbaikan dan pengetatan pada komponen audit maupun pendukungnya. Usaha peningkatan kualitas audit ini dilakukan dengan
mensyaratkan pendidikan minimum per tahun, membatasi masa perikatan tenure auditor dengan kliennya, serta membentuk komite audit yang membawahi auditor
intern.
Runtuhnya perusahaan besar seperti perusahaan Enron di Amerika Serikat tahun 2001 silam dikaitkan dengan kurangnya independensi dari auditor.
Kejadian di perusahaan Enron melibatkan KAP Arthur Andersen sehingga semakin menyadarkan pentingnya independensi auditor dalam suatu KAP. Oleh
sebab itu, dikeluarkanlah kebijakan baru tentang peraturan pengauditan di Indonesia, yaitu Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 17PMK.012008 tentang
“Jasa Akuntan Publik” pasal 3 yang merupakan penyempurnaan atas Keputusan Menteri Keuangan No. 423KMK.062002 dan No. 359KMK.062003. Peraturan
ini mewajibkan rotasi auditor partner setiap 3 tahun dan rotasi KAP setiap 6 tahun. Peraturan ini dimaksudkan untuk menimimalkan terjadinya skandal
keuangan yang melibatkan auditor.
Al – Thuneibat et.al 2011 berpendapat bahwa hubungan yang lama
antara auditor dan kliennya berpotensi untuk menciptakan kedekatan antara mereka, cukup untuk menghalangi independensi auditor dan mengurangi kualitas
audit.
Jackson et.al 2008 mencoba meneliti bagaimana pengaruh rotasi perusahaan KAP dalam kaitannya dengan hubungan auditor
– klien terhadap kualitas audit. Mereka mengukur kualitas audit dengan dua pendekatan, yaitu
kecenderungan untuk menerbitkan opini going concern dan tingkat kebijaksaan
Universitas Sumatera Utara
14
akrual. Berbeda dengan kesimpulan yang dikemukakan oleh Al-Thuneibat et al. 2011, Jackson et al. 2008 menemukan bahwa kualitas audit akan meningkat
terkait dengan lamanya hubungan auditor-klien, ketika diproksikan dengan kecenderungan untuk menerbitkan opini going concern, dan tidak berpengaruh
ketika diproksikan dengan tingkat kebijaksanaan akrual. Berdasarkan temuan tersebut mereka menyimpulkan bahwa rotasi KAP tidak akan meningkatkan
kualitas audit dan berpendapat bahwa rotasi KAP yang dilakukan oleh perusahaan
klien hanya akan memunculkan biaya-biaya yang tidak penting, baik bagi kantor akuntan maupun bagi perusahaan dengan manfaat yang minimal. Jackson et.al.
2008 mendukung teori bahwa semakin panjang hubungan auditor dan klien, maka akan tercipta audit yang lebih berkualitas.
De Angelo 1998 berpendapat independensi dalam auditor besar lebih mungkin terjaga karena ketergantungan ekonomi auditor terhadap klien tidak
begitu besar bagi auditor besar, dan auditor besar berpeluang besar untuk mengalami kerugian yang lebih besar misalnya kerugian yang lebih tinggi dalam
kehilangan reputasi pada kasus kegagalan audit, bila dibandingkan dengan auditor kecil sehingga jaminan atas kualitas audit lebih ditingkatkan.
Choi et.al 2010 menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara ukuran perusahaan audit KAP terhadap kualitas audit. Hasil
analisis mereka mendukung pandangan yang menyatakan bahwa kantor audit yang lebih besar menyediakan audit yang lebih berkualitas dibandingkan dengan
kantor audit yang berukuran kecil.
Dong yu 2007 dalam penelitiannya juga menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara ukuran perusahaan audit KAP dengan kualitas
audit. Dia berpendapat bahwa kantor akuntan yang besar secara sistematis pasti akan menghasilkan audit yang berkualitas lebih tinggi. Dia mendasarkan
penelitiannya atas dua argumen yang dibuatnya berdasarkan penelitian-penelitian
sebelumnya. Pertama, auditor yang berkerja di perusahaan yang lebih besar memiliki pengalaman pertemuan yang lebih banyak dengan klien yang berbeda -
beda, dan membuat mereka memiliki pengalaman yang kolektif sehingga mereka mampu untuk menyediakan audit yang lebih berkualitas. Kedua, ketergantungan
ekonomi dapat mengancam objektivitas dan independensi auditor.
Sinaga 2012 melakukan penelitian pengaruh audit tenure, ukuran KAP, dan ukuran perusahaan klien. Hasil penelitian menunjukkan audit tenure tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Sedangkan, ukuran KAP dan ukuran perusahaan klien berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
Universitas Sumatera Utara
15
Permana 2012 melakukan penelitian pengaruh masa perikatan audit dan ukuran KAP terhadap kualitas audit. Hasil menunjukkan masa perikatan tidak
berpengaruh terhadap kualitas audit. Sedangkan, ukuran KAP berpengaruh signifikan dengan arah negatif terhadap kualitas audit.
Leonora et.al 2012 melakukan penelitian hubungan masa perikatan audit dengan kualitas audit. Hasil penelitian menunjukkan masa perikatan audit
tidak berhubungan dengan opini audit berkaitan dengan going concern sebagai proksi kualitas audit.
Febriyanti et.al 2012 melakukan penelitian pengaruh masa perikatan audit, rotasi KAP, ukuran perusahaan klien, dan ukuran KAP pada kualitas audit.
Hasil penelitian menunjukkan masa perikatan audit, rotasi KAP, dan ukuran KAP tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Sedangkan ukuran perusahan klien
berpengaruh positif dan sigmifikan terhadap kualitas audit di perusahaan manufaktur yang listing di BEI periode 2009
– 2012. Ferdinan 2010 melakukan penelitian pengaruh tenur kantor akuntan
publik KAP dan reputasi KAP terhadap kualitas audit. Hasil penelitian menunjukkan tenur KAP secara statistik berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap kualitas audit yang dihitung dengan akrual lancar. Reputasi KAP berpengaruh signifikan ketika diuji sebagai variabel tunggal.
Hartadi 2009 melakukan penelitian pengaruh fee audit, rotasi KAP, dan reputasi auditor terhadap kualitas audit di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian
menunjukkan fee audit berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, sedangkan rotasi KAP dan reputasi auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas
audit.
Perdana 2014 melakukan penelitian pengaruh rotasi kantor akuntan publik dan rotasi akuntan publik partner auditor terhadap kualitas audit studi
empiris perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2010-2013. Hasil penelitian menunjukkan rotasi kantor akuntan publik berpengaruh signifikan
terhadap kualitas audit, sedangkan rotasi akuntan publik partner auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
Ardianingsih 2013 melakukan penelitian pengaruh komite audit, lama perikatan audit, dan audit capacity stress terhadap kualitas audit. Hasil penelitian
menunjukkan komite audit, lama perikatan audit, dan audit capacity stress tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
Berdasarkan uraian serta penelitian di berbagai negara tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil penelitian pada peneliti untuk
Universitas Sumatera Utara
16
variabel penelitian yang sama, hal ini mendorong peneliti untuk melakukan penelitian ulang terhadap faktor yang sama. Adapun faktor
– faktor yang akan diuji kembali dalam penelitian ini adalah audit tenure, audit capacity stress, dan
komite audit.
Penelitian ini mengacu pada penelitian Febrianti 2012 dan Ardianingsih 2013, perbedaaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah periode
waktu penelitian yaitu periode 2009 – 2013. Pada Penelitian Febrianti 2012 yang
menjadi objek penelitian adalah perusahaan manufaktur yang listing di BEI tahun 2009
– 2012 dan penelitian Ardianingsih 2013 menggunakan perusahaan perbankan yang listing di BEI tahun 2008
– 2012. Penelitian ini menggunakan objek penelitian perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2009
– 2013. Penelitian Febrianti 2012 menggunakan proksi opini going concern pada
kualitas audit, Ardianingsih 2013 menggunakan proksi ukuran KAP pada kualitas audit. Sehingga penelitian ini menggunakan proksi ukuran KAP pada
kualitas audit. Oleh karena itu, penelitian ini berusaha untuk meneliti dan menganalisis lebih dalam mengenai faktor
– faktor yang mempengaruhi kualitas audit
dengan judul “Pengaruh Audit Tenure, Audit Switching, Audit Capacity Stress, Ukuran Perusahaan, dan Independensi Komite Audit terhadap
Kualitas Audit
Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di BEI Tahun 2009
– 2013”.
1.2 Perumusan Masalah